Chapter 21 - NEGOSIASI

Sementara itu di luar..

Zean sekilas masih mendengar perseteruan keduanya dari luar, namun ia tak ingin ikut campur. Zean langsung melajukan mobilnya keluar gerbang namun tak berapa lama kemudian, sebuah mobil menghadangnya dari depan. Laki-laki itu mengernyitkan dahi karena bingung dan tiba-tiba Kenza datang menghampirinya.

"Tuan Kenan..?? ada apa dengan laki-laki itu..??" Zean membatin, ia terlihat kesal.

"Keluar lah sebentar, saya ingin bicara dengan Anda..!!"

"Lancang sekali Anda mencegat saya seperti ini. Anda pikir Anda siapa.. ??"

"Tidak penting siapa Saya bagi Anda, namun yang pasti ini menyangkut tentang Nona Maisie.!!" Kenza berterus terang.

Mendengar itu Zean langsung memutar mobilnya dan berkata,

"Ikuti saya, kita jangan bicarakan dia disini.!!"

Kenza hanya menurut, ia langsung masuk kedalam mobilnya dan mengikuti pemuda itu.

Sesampainya di sebuah Caffe..

"Tuan muda, Apakah Anda ingin ke ruangan yang lebih pribadi..??" seorang pelayan menyapa Zean dengan begitu hormat.

"Tidak perlu, kita duduk disini saja..!!"

Keduanya duduk di sudut dekat jendela.

Jika dibandingkan dengan Kenza sebenarnya sosok Zean lebih dewasa dalam bersikap, ia cenderung tenang dalam setiap menghadapi masalah sedang Kenza sering hilang kontrol dalam bertindak. Padahal usianya terpaut 5 tahun dari Zean.

"Anda mau pesan apa.. ??" Zean berbasa-basi.

"Tidak usah berpura-pura baik, kita tidak sedekat itu..!!" Kenza to the points.

"ha ha ha... baiklah, jadi apa yang ingin anda bicarakan tentang Maisie.. ??"

"Tolong bujuk Nuna Shaqie agar mau mengikutsertakan Maisie dalam ajang lelang wanita penghibur termahal.. karena saat ini sepertinya wanita itu lebih terpengaruh pada Anda..!!"

"Jadi Anda meminta bantuan saya untuk hal sepele seperti itu.. ?? ha ha ha ... kenapa tidak Anda sendiri saja yang mengatakan langsung padanya... atau mungkin Anda sudah mengakui bahwa Saya memang lebih hebat dari pada Anda ??"

"Sudah saya duga... Anda begitu Sombong, jika tidak demi kebaikan Maisie saya juga tidak Sudi meminta bantuan kepada Anda.!!"

Zean kembali terdiam..

"Anda tidak tahu aturan mainnya seperti apa kan di lelang itu ??" Kenza kembali bertanya.

"Tentu saja saya tau, siapa yang bisa menawar lebih mahal dia yang akan membawa gadis itu.!!" Zean meremehkan.

"Tapi perlu Anda catat, bahwa lelang tersebut juga merupakan ajang pembebasan untuk Maisie..!!"

"Apa maksud Anda..??"

"Jika Maisie bisa dimenangkan oleh salah satu dari kita, maka Nuna Shaqie tidak berhak lagi atas kehidupan gadis itu selamanya."

"Oh ya... ?? Apa Anda tidak sedang bercanda.. ??" Zean memastikan.

"Untuk apa saya bercanda merendahkan harga diri saya meminta bantuan kepada Anda..!! bukankah tujuan kita sama..??"

Zean masih nampak berpikir dengan sangat keras.

"Anda hanya perlu mempengaruhi wanita keparat itu supaya bersedia mengikutsertakan Maisie, namun untuk dapat memenangkan Maisie kita berjuang masing-masing dan bertemu di lelang itu untuk bersaing secara fair. bagaimana.. ??"

"Bagaimana jika saya tidak mau...?? bukankah itu tidak adil untuk saya, saya yang berusaha membujuk Nuna tapi Anda juga ikut serta memperebutkan Maisie di lelang itu..??" Zean protes.

"Maksud Anda..??"

"Saya akan membujuk Nuna, tapi disaat lelang nanti Saya juga yang akan memenangkan Maisie.. jadi saya harap Anda tidak perlu ikut Andil dalam Acara itu..!!"

"Oh.. apakah Anda takut saya yang akan memenangkan lelang itu..?? karena saya pikir bocah tengil seperti Anda tidak akan bisa membawa uang dengan begitu banyak sekalipun Anda seorang kaya raya.. karena anda masih harus mengandalkan orang tua..!! bukankah begitu..??!" Kenza mulai memprovokasi anak itu.

Zean langsung geram, ia menarik kerah baju Kenza dengan kasar..

"Anda pikir saya takut..??!!"

"Singkirkan tangan kotor Anda dari baju saya..!! Anda juga harus ingat, malam itu Maisie terlihat lebih nyaman ketika berada di samping saya. Jadi sekalipun Anda bisa memenangkan gadis itu, tapi tidak dengan hatinya.." Kali ini Kenza menggertak, seketika Zean melepaskan genggamannya.

"Sepertinya percuma juga saya berbicara dengan Anda, tapi perlu Anda ingat bahwa suatu saat Anda justru berterima kasih kepada saya..!!" Kenza langsung pergi meninggalkan Zean.

Laki-laki itu menghela nafas panjang, ia mencubit cela diantara alisnya karena merasa tertekan. Sebuah kebiasaan yang sering ia lakukan seperti Ayahnya, maklum meski bukan anak kandung namun keduanya memang sudah dekat dari semenjak kecil.

"Opa akan membantu kamu memenangkan gadis itu..!!" Tiba-tiba Hanggono bersuara dari meja samping, Ia ternyata mengikuti Zean dan Kenza tatkala mengantarkan Hanin pulang. Ketika itu ia tidak sengaja melihat keduanya berbicara dari kejauhan dan kemudian masuk ke mobil masing-masing, Namun mobil keduanya berjalan beriringan Karena penasaran Hanggono pun mengikutinya.

"Opa.. ?? sejak kapan Opa ada disini..?? jangan ikut campur dengan urusan Zean..!!" Pemuda itu terlihat panik, sedang sang Opa malah menghampiri meja Zean dan duduk di depannya.

"Apa gadis yang kamu maksud itu adalah gadis yang tempo hari ada di kamar mu..??" Godanya lagi.

"Bukan urusan Opa..!!" Zean kembali merengut.

"Yah.. seperti yang tadi orang itu katakan, bahwa kamu tidak akan bisa melakukannya sendiri. Apa kamu pikir Papamu akan bersedia memberikan uangnya hanya untuk seorang gadis pelac..!!"

"Jaga ucapan Opa.. !! Dia bukan gadis seperti yang Opa pikirkan, dia masih suci..!!" Zean kembali emosi, ia memotong perkataan sang Opa karena tak terima jika gadis itu harus di hina.

"Baiklah.. apapun itu dan sesuci apapun dia, jika berada di tempat itu tetap saja Papa mu akan berpikiran yang tidak-tidak..!!" Kali ini Zean mulai melunak.

"Papa mu pasti tidak akan setuju, apalagi jika harus mengeluarkan banyak uang untuk membebaskannya.. jadi untuk saat ini hanya Opa yang bisa membantu mu dan yang akan selalu berada di pihakmu..!! Tenang saja...Opa tidak akan bercerita pada siapapun sekalipun pada ibu mu."

Pemuda itu bersedekap tangan dan menyenderkan punggungnya ke kursi, sedang matanya menerawang jauh ke luar jendela, ia tidak sedikit pun melihat wajah Hanggono.

"Pikirkan saja dulu baik-baik, jika kamu setuju segera hubungi Opa..!! Opa bisa memberikan apapun yang tidak bisa diberikan Papa mu..!!" Hanggono menepuk pundak Zean pelan, laki-laki itu kemudian bangkit dan pergi meninggalkan Zean yang masih tengah berpikir keras.

Zean memandangi punggung sang Opa dengan nanar, selama ini beliau memang sangat memanjakannya. Namun entah kenapa Zean berubah ilfill ketika ia tahu perselingkuhannya dengan sang Mama, bahkan ia sangat membenci keduanya. Zean kemudian ikut bangkit dan keluar dari Caffe tersebut, malam ini ia harus menjemput Lian karna ia sudah membayar sang Nuna untuk bisa membawa Lian makan malam di sebuah restauran terkenal.

Malam harinya..

"Ka Fredly malam ini tugas dimana..??" Diandra bersandar di bahu Fredly yang saat ini tengah mengemudikan mobilnya, Ia akan mengantarkan wanita itu ke rumah bordir untuk menemui klien.

Laki-laki itu hanya terdiam, ia seperti sedang memikirkan sesuatu. Karena tidak mendapat balasan wanita itu pun menegakkan duduknya.

"Kakak masih marah..??" Diandra kembali bertanya.

"Tidak.. Aku tidak berhak mencampuri urusanmu, jadi kamu tidak harus mempedulikan perasanku.."

"Kak... jangan egois!! Aku juga tidak ingin seperti ini..!!"

"Makanya kamu harus ikut dengan Kakak, kita pergi dari tempat ini..!!"

"Tidak semudah itu ka, Kakak tahu kan Nuna seperti apa.. ??"

"Tapi Kakak sudah tidak sanggup melihat kamu selalu melayani laki-laki lain..!!" Fredly menepikan mobilnya.

"Apa kamu tahu perasaan Kakak tersiksa setiap kali membayangkan tubuhmu di jamah oleh bermacam-macam laki-laki dengan orang yang berbeda..?? Setiap hari Ndra.. tolong mengerti perasaan Kakak..!!"

"Bukankah kita sudah sepakat tentang hubungan ini, bahkan Kakak yang bilang sendiri akan menerima Aku apa adanya.. bahkan Aku juga sering menawari Kakak dengan tubuhku tapi Kakak selalu menolak..!! Aku tidak punya apa-apa untuk bisa membalas perasaan Kakak, Aku hanya punya tubuh ini.. tapi maaf jika Aku harus pergi dari tempat ini Aku tidak bisa Kak. Keluarga ku di rumah masih membutuhkan belas kasih Nuna Shaqie..!!" Wanita itu menangis tersedu-sedu.

Sejujurnya Diandra juga ingin pergi bersama Fredly, namun ia terlalu pengecut untuk bisa kabur dari sang Nuna.. ia khawatir Nuna Shaqie justru akan melampiaskan kemarahannya pada keluarga yang ada di rumah. Diandra juga sering menawari Fredly dengan tubuhnya sebagai ucapan terimakasih atau rasa cintanya kepada lelaki itu, namun Fredly selalu saja menolaknya dengan alasan ingin memiliki Diandra seutuhnya dalam ikatan pernikahan yang membuat Diandra semakin mencintai dan tidak ingin kehilangan laki-laki itu.

Fredly terlihat prustasi, ia sudah kehabisan akal untuk bisa membujuk Diandra supaya ikut dengannya kabur dari tempat yang terkutuk itu.