Chapter 20 - DIANDRA

"Saya bersedia ikut dengan Nuna, tapi saya mohon tolong Jangan sakiti Ayah saya lagi..!!" Wanita muda itu kembali memelas.

"Tidak nak.. Ayah tidak setuju, kamu masih muda.. Wanita iblis itu sangat kejam, kamu tahu apa yang akan dia lakukan terhadap mu..??" Diandra terlihat ragu, Ia tatap mata ayahnya itu.. namun jika membayangkan keadaan sang ibu yang tengah berbaring di rumah sakit dan juga kekejaman bodyguard terhadap Ayahnya dengan sangat berat hati Diandra tetap pada pendiriannya.

"Maaf Ayah, Dian akan berkorban untuk keluarga kita.. demi kesembuhan ibu dan juga adik-adik, tolong restui Dian yah..!!" Keduanya menangis seraya berpelukan.

Melihat pemandangan seperti itu, spontan saja membuat Hati Fredly terenyuh ada sesuatu yang membuat hatinya ikut sakit. Entah kenapa perasaan iba dan tak tega justru saat ini merasukinya, padahal selama ini Fredly tidak pernah merasakan hal seperti itu sebelumnya.

Maklum semenjak ikut dengan sang Nuna ketika usianya baru sepuluh tahun, Hati Fredly seperti mati rasa. Dia tidak pernah merasa iba, apalagi merasa kasihan Karena sang Nuna sengaja mendidiknya Seperti mesin pemukul yang tidak mempunyai perasaan. Namun Hati Fredly mulai melunak ketika hadirnya seorang anak kecil yang lambat laun ternyata mampu membuatnya mengerti Dan tahu bagaimana rasanya sakit hati dan bahagia.. Anak kecil itu tidak lain dan tidak bukan yakni Berlian.

Nuna Shaqie memberikan isyarat kepada bodyguard yang tadi memegangi wanita itu, laki-laki itu pun langsung menarik Diandra dari Ayahnya.

"Sudah cukup basa basinya, Gerry bawa gadis itu langsung ke rumah bordir..!!" Bodyguard tersebut hanya mengangguk dan memasukkan wanita muda itu kedalam mobil.

"Bukankah dia belum berpengalaman Nuna.. apa tidak seharusnya dibawa ke rumah pelatihan dulu..!!' Fredly angkat bicara.

"Sejak kapan kamu berani memerintah Nuna..??" Wanita itu terlihat geram, sedang Fredly langsung menunduk.

"Ini sebagai hukuman karena Ayahnya sudah berani menghina Nuna." Wanita itu akhirnya menjelaskan.

Sesampainya di rumah bordir..

"Gerr... Masukan wanita itu kedalam kamar VVIP nomor 305, karena seseorang sudah menunggunya di sana!!"

"Nuna...!!" Fredly refleks.

"Ada apalagi.. ??" Wanita itu melotot dengan sinis.

"Tidak.. hanya bertanya, jika sudah selesai wanita itu harus dibawa kemana..??"

"Kamu Sepertinya peduli sekali.. Seret saja dia ke gudang..!!" Fredly terlihat cemas.

"Hahaha... Kenapa kamu tegang!! Sepertinya kamu sudah berubah semenjak dekat dengan Maisie, apa gadis itu sudah mengajarimu yang tidak-tidak ??" Nuna Shaqie mengitari tubuh Fredly seraya menggerayanginya, namun tidak sedikit pun laki-laki itu bergeming.

"Kamu membosankan Fred.. kenapa kamu tidak responsif terhadap Nuna, apa benar kamu Sakit..??" Wanita itu berkacak pinggang seraya memandangi selangkangan Fredly.

"Seperti biasa, Jika sudah selesai bawa saja dia ke rumah pelatihan." Bisik Nuna Shaqie sambil mencoba memegang milik laki-laki itu sambil berlalu. Fredly hanya menahan nafas ia takut miliknya akan bangkit, ia tidak Sudi jika harus melayani nafsu wanita tua itu.

Satu jam kemudian..

Kamar VVIP 305.

Tok tok.. "Layanan kamar..!!" Seorang pelayan mengetuk pintu kamar tersebut.

Tidak lama kemudian Seorang laki-laki paruh baya dengan bertelanjang dada membukanya..

"Minuman dan cemilan tambahan tuan..!!"

"Baiklah bawa masuk, saya memang sedang membutuhkan minuman tambahan.. melihat wanita itu saya semakin bergairah.. hahaha."

Pelayan itu kemudian masuk, namun ketika laki-laki paruh baya itu menutup pintu ia langsung membekap mulutnya dari belakang hingga pingsan.

Fredly yang saat ini sedang menyamar sebagai pelayan langsung memapah tubuh laki-laki itu dan menaruhnya diatas kasur. Sedang Diandra terlihat tak sadarkan diri dengan berbagai luka lebam di wajahnya dan kiss Mark di sekujur tubuhnya bahkan noda darah yang cukup banyak di selimut yang menutupi tubuh wanita muda itu.

"Kurang ajar..!!" Makinya dalam hati.

Fredly langsung membersihkan tubuh wanita itu.

"Tolong tuan.. saya sudah tidak sanggup..!!" Diandra bergumam dengan setengah sadar, ia merasakan nyeri disekitar tubuhnya apalagi di area kewanitaannya.

"Tenang Nona.. saya akan membantu Anda berpakaian." Dengan cekatan Fredly memakai baju pada wanita itu.

"Terimakasih kasih tuan.. Anda begitu baik.." Diandra mengusap pipi Fredly dan kemudian kembali pingsan. Semenjak kejadian itu keduanya semakin dekat dan tentu saja tanpa sepengetahuan sang Nuna Bahkan sepertinya Fredly memang sudah jatuh cinta pada Diandra.

Kring kring kring...

Suara handphone Lian menyadarkan Fredly dari lamunannya.

"Sudah selesai kan berflash back nya.. ?? Kalo udah Mai mau angkat telpon dari Nuna.. kan ini udah mulai masuk ke bagian screen Mai !!" Gadis itu mengingatkan.

Fredly terlihat pasrah pada sang penulis. 🤭

"Ya Nuna... Di rumah.. kenapa ?? nanti malam..?? Si brengsek itu lagi.. ?? Iya iya... Tuan muda Zean maksudnya !! Iya denger..!!iya Nuna Mai denger.. nanti malam jam 7 di jemput tuan muda Zean.. begitu kan ??!" Panggilan pun berakhir. Lian terlihat geram, ia menggenggam handphone nya dengan sangat kuat karena menahan emosi.

"Kenapa Mai.. ?? Klien itu lagi..??" Bodyguard itu menebak.

"Udah tau nanya.. !!" Jawabnya ketus seraya pergi dari hadapan laki-laki tersebut.

Memang seperti biasa jika Nuna Shaqie mendapatkan anak asuh baru, baik yang ia beli dengan paksa atau yang sukarela ingin menjadi wanita penghibur ia akan selalu menempatkannya ke rumah pelatihan terlebih dahulu. Ketika sudah mendapat pelatihan yang cukup dan pengalaman yang mumpuni baru ia kemudian melepaskannya di rumah bordir, karna Nuna Shaqie memang benar-benar menjadikan anak asuhnya sebagai pelacur kelas atas yang sudah profesional dan bahkan itu berjenjang sesuai kemampuan anak asuhnya dalam mendapatkan pundi-pundi uang yang paling banyak.

Untuk saat ini bagi Nuna, nama Maisie adalah daftar nama yang berada di puncak paling atas sebagai wanita penghibur yang paling mahal dalam asuhannya. karna meski hanya baru dua orang yang menjadi klien nya yakni Zean dan Kenza atau yang lebih dikenal dengan nama tuan Kenan, Nuna Shaqie sudah meraup uang yang sebanding dengan penghasilan sepuluh anak asuhnya yang sudah sangat profesional di kelas atas.

Namun Tentu saja hal itu masih disembunyikan oleh sang Nuna karena Berlian memang belum ia publikasikan sebagai wanita penghibur pendatang baru di rumah bordir tersebut.

Pukul 16:00 di Mansion Adiyaksa..

"Pa.. ini sudah satu jam dari waktu yang tadi Papa minta, udah sore.. please Pa, Zean sudah ada janji..!! Lain kali Zean janji akan lebih sering mengunjungi Papa !!" Anggara sudah tidak bisa menahan putra tunggal nya lagi, karena bagaimanapun juga sang istri sudah sangat mengecewakannya.

"Baiklah.. Papa sudah tidak bisa menahannya lagi, kamu hati-hati di jalan.. sering-sering lah kemari karena Papa juga butuh kamu." Anggara memeluk Zean dengan sangat erat, seperti takut kehilangan.

"Pasti Pa.. !!" Balas laki-laki itu.

Namun ketika baru akan membuka pintu, Hanin masuk terlebih dahulu.

"Zean sayang.. Anak Mama.. akhirnya kamu pulang juga.. Mama kangen sayang!!" Serunya sembari ingin memeluk laki-laki itu, namun dengan sigap Zean justru menghindari sang Mama.

"Pa.. Zean pamit...!!" Sekali lagi Zean berpamitan pada Papa nya dan kemudian keluar.

"Iya sayang hati-hati..!!" Dan laki-laki itu menimpali.

"Zean .. kamu mau kemana.. ?? Mama kangen sayang...!! Pa.. hentikan Zean, kenapa Papa diam saja..!!" Wanita itu mulai panik. Anggara hanya memijat pelipisnya dengan pelan, ia terlihat penat dengan kelakuan sang istri.

"Mama seharusnya pulang ketika Papa menghubungi Mama itu, karna Zean sudah menunggu Mama sejak jam makan siang tadi."

"Tapi Papa waktu itu tidak bilang kalau Zean ada di rumah kan...??"

"Oh jadi jika ada Zean saja Mama baru bersedia pulang..?? Tapi sama Papa tidak.. ?? Bagaimana jika saat itu Papa butuh Mama..??"

"Bukan begitu maksud Mama pa.. bukankah memang kalian berdua tidak pernah ada dirumah ketika makan siang.. jadi.."

"Jadi apa.. ?? Wajar Ma jika seorang ibu dan istri itu tetap menunggu suami dan anaknya dirumah.. sedangkan Mama..?? Pantas saja Zean tidak betah tinggal di rumah ini..!!"

"Terus pa... Terus saja papa itu salahkan Mama..!! Apa papa pikir Mama selama ini tidak kesepian juga.. lalu bagaimana ketika Papa sedang keluar kota dan Zean tidak ada di rumah.. Papa masih menyalahkan Mama juga.. ??" Wanita itu emosi.

"Terserah lah Ma, Papa juga capek..!!" Anggara pergi ke atas untuk menenangkan diri.

"Pa tunggu pa... Mama belum selesai bicara..!!" Hanin mengikuti sang suami naik ke atas.