"Sebenarnya tidak harus memberitahukan Mama soal kedatangan Zean pa, Zean hanya mampir sebentar.. Zean sudah merasa nyaman tinggal di Villa apalagi karena lebih dekat dengan sekolah.."
"Jadi kamu tidak akan menginap.. ??" Anggara menghentikan makannya karena terkejut. Zean hanya mengangguk..
"Maaf selama ini Papa sudah sangat keras, Kamu pasti marah sama Papa..!!"
"Tidak Pa, Zean justru sangat senang dengan semua nasihat Papa.. makanya Zean pulang, Zean kangen sama Papa." Pemuda itu memegangi tangan sang papa.
"Kamu sudah besar, sudah saatnya bantu-bantu Papa di kantor.. Papa akan menempatkan kamu di posisi Manager.." Anggara menepuk-nepuk tangan Zean yang masih memegangi tangan kanannya.
"Maaf Pa, Zean belum siap..!!"
"Apa kamu tidak tertarik..??"
"Bukan begitu.. Zean hanya masih ingin bebas saja..!!"
"Baiklah Papa mengerti, selesaikan saja studi mu dulu.. Papa harap jika lulus nanti kamu bersedia melanjutkannya ke luar negeri..!!" Zean mencubit sela antara kedua alisnya, yang menandakan saat ini ia tengah tertekan. Sejujurnya ia tidak ingin kemana-mana, disini saja ia sudah merasa cukup.. namun ia juga tidak ingin mengecewakan sang Papa.
"Jangan terlalu dipikirkan jika kamu tidak mau, pertimbangkan saja dulu..!!" Laki-laki itu kemudian bangkit meninggalkan meja makan.
Zean ikut bangkit dan mengikuti sang Papa di teras samping rumah, keduanya duduk kembali menikmati pemandangan indah taman buatan. Mereka bercengkrama layaknya Ayah dan Anak.. jika dibanding dengan sang Mama Zean memang lebih dekat dengan Ayahnya, terlebih lagi setelah ia mengetahui perselingkuhan itu.
Mansion Baru dr. Bryan..
Semenjak mengetahui tentang adanya orang yang memata-matai keluarganya, dr. Bryan akhirnya pindah ke suatu tempat yang lebih jauh dari keramaian. Ia juga harus resign dari profesinya sebagai Dokter spesialis kejiwaan, terlebih sang istri saat ini Depresinya semakin buruk hingga beliau lebih protektif. Sementara Kenza tinggal di sebuah kondominium tidak jauh dari kampusnya.
"Selangkah lagi sayang .. Kenza akan membawa Lian pulang, Mommy harus sembuh ya..!!" dr. Bryan memegangi tangan sang istri yang masih belum sadarkan diri karena obat penenang seraya menciumnya.
"Apa hari ini Mommy histeris lagi Dad.. ??" Kenza bertanya tiba-tiba dari belakang, spontan dr. Bryan menghapus Airmatanya dan kemudian berdiri. Ia mengisyaratkan Kenza untuk mengikutinya keluar dari ruangan tersebut.
"Seperti yang kamu lihat, Mommy sejauh ini sudah mampu bertahan.. namun kesehatannya semakin memburuk. Apa kamu tidak bisa mempercepat rencana itu.. ?? Kita harus bisa membawa Lian kemari..!!"
"Kenza sedang mengusahakannya Dad.. hanya saja Nuna itu sangat licik, kita harus punya strategi yang bagus. Saat ini Zean sedang menyelidikinya, siapa tahu Nuna itu mempunyai sesuatu yang bisa kita jadikan barang untuk mengancamnya..!!"
"Yah.. Daddy cukup mengerti... tapi.. Daddy mohon Ken, kenapa kamu tidak bekerja sama saja dengan pemuda itu.. biar masalahnya cepat kelar. Kita jangan pikirkan bagaimana kedepannya, tuk saat ini kesehatan Mommy lebih penting..!!"
Kenza tengah berpikir keras, ia tidak mau bekerja sama dengan bocah ingusan itu... kenapa harus dia. Meski memang peluangnya sangat besar, Namun Kenza ingin mengusahakannya sendiri. Ia gengsi jika harus meminta bantuan pada Zean, yang mana saat itu ia memang sudah kalah darinya. Tapi jika ia harus berusaha sendiri, mau sampai kapan...?? Sedang wanita itu begitu licik hingga hampir tidak ada satu tindakan kriminal pun yang bisa Kenza retas di komputernya untuk dijadikan sebagai bukti kejahatan.
"Baiklah Dad... Kenza akan usahakan untuk bisa berbicara dengannya. Tapi apa Daddy tidak takut jika Lian justru akan lebih dekat dengan keluarga itu..??"
"Bukankah tuan James sudah mengatakan bahwa anak itu belum mengetahuinya, bahkan Anggara dan Hanggono pun tidak.. Tugas kamu hanya membujuk anak itu supaya mempengaruhi Nuna Shaqie agar mau menjadikan Lian sebagai kontestan Lelang wanita penghibur termahal, Untuk selanjutnya kita harus bisa memenangkan lelang itu. Daddy bersedia meski harus menjual Mansion ini, yang terpenting kita bisa membawa Lian pulang..!!"
"Semoga saja, sebelum lelang itu terjadi Aku sudah bisa menemukan celah pada wanita biadab itu..!!" Zean membatin.
"Baiklah Dad... Kenza akan urus segera !!"
"Semangat Ken.. Kita harus membuat Mommy sembuh..!!" Sang Daddy menepuk bahu Kenza dengan pelan, pemuda itu kemudian pamit dan keluar mengendarai mobilnya.
"Baiklah Pa, sudah sore Zean harus pamit..!!" Zean berdiri seraya melihat jam di tangannya.
"Tunggulah sebentar, siapa tahu Mama mu sekarang sedang dalam perjalanan."
"Harus sampai kapan pa..?? dari jam satu Zean datang, tapi Mama tak kunjung tiba. jika Mama memang berniat tuk pulang, dari jam dua juga pasti Mama sudah sampai !!"
"Zean.. dari dulu kan kamu tahu, Papa dan kamu jarang menemani Mama di jam segini, Ayolah tunggu setengah jam lagi.. kasihan Mama, ia sangat kesepian..!!" Anggara terlihat memelas, ia sangat memperdulikan sang istri.
"Kesepian.. ?? Papa salah pa, Mama tidak pernah merasa kesepian.. mereka selalu berdua di belakang Papa..!!" Lagi-lagi Zean membatin, ia masih belum berani tuk berterus terang kepada Papa nya itu.
"Ok.. Zean tunggu.. tapi hanya untuk setengah jam, karna malam ini Zean sudah janji Pa.. ada sesuatu yang ingin Zean lakukan."
"Iya Papa mengerti.." Zean pun duduk kembali.
Sementara itu di Kediaman Nuna Shaqie..
Lian tengah berkeringat, ia baru saja latihan tinju bersama Uncle Fredly.. tubuhnya yang seksi dengan peluh yang masih menetes membuat laki-laki manapun akan bergairah jika melihatnya, namun tidak bagi bodyguard itu. Beliau sudah terbiasa melihat yang lebih vulgar dari Lian, karena hampir 20 tahun ia sudah berkecimpung di dunia hiburan seperti itu. Hal ini juga yang menjadikan Lian lebih mempercayai Uncle Fredly dibanding bodyguard yang lain.
"hhuuiitt.. hhuuiitt..." Laki-laki itu bersiul sembari membereskan tempat latihan.
"Hemmm hheemmm.. sepertinya ada yang lagi bahagia..!!" Sindir Lian dengan deheman.
Gadis itu masih selonjoran di lantai untuk menghilangkan penat, wajahnya masih bersimbah keringat. Uncle Fredly melempar handuk kecil dan air minum kepada Lian lalu kemudian ikut duduk disampingnya.
"Minumlah dan basuh keringat mu dulu..!!" Lian hanya menuruti perintah bodyguard itu.
"Kamu tahu Mai bahwa seseorang pasti suatu saat akan berada pada titik jenuh.. sekuat dan sesabar apapun kamu suatu saat pasti akan merasakannya juga."
"Bisa tidak sih Uncle itu tidak muter-muter kalo jelasin sesuatu..!!" Lian langsung protes, Uncle Fredly langsung menyentil dahi Lian dengan pelan.
"Kamu itu orangnya tidak sabaran, segala sesuatu itu butuh proses.. butuh pemanasan dulu sebelum melakukan penetrasi untuk mencapai klimaks..!!"
"Idiihhh apaan sih Uncle itu Mulu yang di bahas, bosen deh..!! Nuna juga sudah sering bahas masalah itu saat pelatihan, kenapa jadi larinya kesitu...!!" Lian terlihat kesal, sedang laki-laki itu malah tertawa.
"Hahaha... Ok.. ok.. sorry my girl, Uncle hanya bercanda. Abisnya kamu itu lucu kalo lagi keppo.."
"Jadi.. ??" Lian kembali ke pertanyaan awal.
"Sepertinya suatu saat Uncle juga harus pergi dari sini bersama seseorang.." Kali ini Bodyguard itu terlihat serius.
"Maksud Uncle.. Uncle sudah punya gebetan ??"
"Sepertinya begitu, tapi Uncle harap dia mau serius dengan Uncle.."
"Siapa dia Uncle.. ?? Apa Mai Kenal..??"
"Tidak juga, setiap Anak asuhan Nuna pasti tidak ditempatkan di sini kecuali kamu. Karena dari awal Nuna tidak berniat menjadikan mu wanita penghibur, namun sekarang sepertinya Nuna sudah gelap mata. Kamu beruntung Mai karna tidak langsung dimasukkan ke rumah bordir, berbeda dengan Diandra.."
"Diandra... ?? Apa dia.. ??"
"Yah... namanya Diandra, Kasihan...!! Dia sudah harus melayani seorang klien meski baru pertama kali memasuki rumah bordir itu." Uncle Fredly kemudian berflash back pada beberapa bulan yang lalu..
"Tolong Nuna.. jangan bawa Anak saya, saya berjanji akan melunasi hutang-hutang saya.. Istri saya masih di rumah sakit, dia masih butuh biaya banyak.!!" Seorang Laki-laki memohon pada wanita itu seraya memegangi Kakinya, sementara seorang wanita muda sekitar 21 tahunan terlihat menangis dipegangi oleh seorang bodyguard.
"Oh.. bukankah itu bagus, dengan begitu kamu bisa melunasi hutang mu padaku sekaligus mendapat tambahan biaya untuk istri mu dirumah sakit..!!"
"Apa maksud Nuna.. ??"
"Fred... Ambilkan saya cek..!!" Wanita itu mengulurkan tangannya pada Fredly.
"Ini cek dengan sejumlah uang sisa pelunasan hutang Anda, namun dengan syarat putri Anda harus ikut dengan saya.. bagaimana !!"
"Biadab kamu wanita iblis !! saya tidak akan menjual darah daging saya sendiri..!!" Laki-laki itu langsung bangkit Hendak menghajar sang Nuna, namun dengan sigap Fredly langsung menendang laki-laki itu hingga tersungkur ke tanah.
Diandra menginjak kaki bodyguard yang memeganginya itu dan berlari menuju Ayahnya.
"Tolong jangan sakiti Ayah saya, tolong tuan.. saya mohon..!!" Refleks Fredly menatap mata wanita muda itu, yang saat ini tengah mendongak memohon padanya seraya berlutut membelakangi Sang Ayah. Ada pancaran indah yang mampu menggetarkan hatinya, Wajahnya yang memelas dengan butir airmata yang sudah membasahi pipi seakan menghantam relung hatinya yang paling dalam. Ia justru teringat dengan Lian, gadis yang selama 9 tahun ini ia jaga kesuciannya.