"KAHEED!!" seruku menghunus tombak selagi berlari. Sedang di kanan kiriku para menteri dihabisi tanpa ampun oleh para vandal, namun tak kuhiraukan.
Tentu tak ada yang lebih penting bagiku, terlebih dikala pemandangan seperti ini yang nampak di depanku. Pemandangan Kaheed yang menusukan pedangnya ke perut Ibu.
Mengalir darah segar dari mulut Ibu, sedang tangannya terangkat kearahku mengepakan telapak. Bahkan disaat terakhirnya Ibu masih berusaha menjauhkanku dari bahaya.
"APA YANG KAU LAKUKAN, KAHEED!!"
Menyambutku pun dicabutnya pedang dari perut Ibu, bersambung dengan hantaman batang dari tombakku. Doronganku mengantar Kaheed menabrak dinding, masih dengan batang tombak yang kudorong mendesaknya. Didorongnya pun aku balik, terhempas aku ke lantai.
Sesaat pandanganku melayang, kulihat bagaimana cahaya pergi dari iris Ibu yang tergeletak bersimba darah di sampingku.