Chereads / TULUS / Chapter 2 - APAKAH PERNIKAHAN BATAL?

Chapter 2 - APAKAH PERNIKAHAN BATAL?

"Sayang maaf karena aku baru bisa ke sini, maafkan aku" kini Ahmer memegang tangan Anindia dengan erat dan menciumi nya.

Anindia menoleh sekarang pada lelaki yang akan menjadi suaminya itu. "Apakah kamu baru datang? " lirih Anindia kemudian.

Ahmer mengangguk karena menyesal, ia bahkan tak mampu menatap wajah Anindia terlalu lama.

"Ahmer, biarkan Anindia istirahat dulu dan kita bicarakan tentang urusan lain karena penabrak Anindia belum di temukan" ucap pak Hadir.

Badan Ahmer gemetar, "Ah, apakah belum ada laporan Yah?" tanya Ahmer.

"Tentu saja, jika sudah pasti Ayah akan memberitahu mu"

Ahmer tampak memiliki nafas tersengal-senggal , ia tampak panik seketika.

Sementara Ahmer berbicara dengan Ayah Anindia, gadis itu memanggil sang ibu. "Ma, apakah Ahmer belum tahu apa yang terjadi kepada ku?"

Ibunya mengangguk. "Dia baru saja datang, seperti nya kemarin ponselnya mati dan tidak bisa di hubungi" jawab ibunya.

"Ma, tolong katakan pada Ayah jangan beri tahu Ahmer tentang ini"

Mendengar ucapan anaknya itu, bu Hadi membelalakkan matanya. "Ada apa, kenapa nak?"

"Aku mohon mah, biar aku saja yang bilang"

Permintaan Anindia di angguk oleh ibunya, ia ingin menghargai keputusan putrinya.

Satu minggu berlalu, kini Anindia bisa pulang ke rumahnya. Namun ia hanya beberapa hari bertemu Ahmer, bahkan lelaki itu tak mengatakan sedikit pun tentang pernikahan mereka.

Malam harinya, Anindia menelpon sangat calon suami dan memintanya datang.

Kring ... kring ... kring ...

Suara telpon itu berdering, namun nampaknya Ahmer pun tidak berniat mengangkat telpon dari orang yang di cintai nya ,dan akhirnya anandia pun tak peduli lagi dengan kabar dari Ahmer karna masalah yang menimpanya membuat dirinya bimbang harus mulai pembicaraan dari mana

Sejam sebelum tengah malam , Anindia memilih untuk merehat kan pikira nya mata yang sembab , pikiran yang kacau , hati yang terus merintih berbicara "ia harus apa ? apa yang bisa ia berikan di pernikahan ini"?

Keesokan pagi nya , ia pun terbangun dari alas tidur yang nampak sederhana itu , ia duduk ber jam-jam lamanya , ia menatap ke sudut kosong lagi lagi ia memikirkan masalah yang sama yang menghantuinya selama seminggu ini , dan suara ibu mengetuk pintu kamar Anindia .

"Apakah kau baik-baik saja ? tanya ibunya

" Mah , bagaimana degan masalah ini ? Ahmer seorang pria mapan pemilik perusahaan satu-satunya dan ia pasti mengharapkan anak dalam pernikahan ini .

Anindia pun kebingungan dalam kondisi nya sekarang ,ia harus apa ? sedangkan memberi ank saja ia sudah tidak bisa akibat kecelakaanya, dan siapa disini yang harus bertanggung jawab yang menimpanya ? sedangkan orang yang menabraknya saja tidak ada jejak sedikitpun ,polisi belum juga mengetahuinya siapa dalang dibalik kecelakaan tersebut.

Dan ibunya pun ikut merasakan penderitaan sang anak , Anindia hampir saja putus asa dan sempat ingin menyerah dan mengingatkan dirinya kepada ibunya untuk tidak dulu membahas masalah ini .

Sebulan berlalu dalam peristiwa nya Anindia pun masih bungkam suara tentang masalahnya kepada Ahmer, dan Ahmer pun sebaliknya tidak pernah mempertanyakan lagi tentang siapa dalang dibalik kecelakaan tersebut.

Anindia pun berhasil menerobos semua kesedihan yang dia alami ,ia berjalan keluar tanpa pikir panjang ia berniat menemui sang pujaan hatinya yaitu Ahmer , dia suda tidak peduli lagi dengan kondisinya yang ia takutkan adalah Karirnya akan hancur bila Ahmer menikah dengan nya

"Anindia , ku mau kemana ? tanya ibu hadi

"aku mau bicara Bu mengenai pernikahan dengan nya yang semakin hari semakin dekat namun masalahku belum juga terselesai kan juga "

Meski hatinya masih rapuh ,namun Anindia tak nampak ingin melihatkan kesedihannya lagi di depan keluarga besar nya , dan semakin berjalan keluar ia melihat toko aksesoris ,ia berniat ingin memberikan kejutan terhadap pasangannya ,ia pun membeli jam tangan hitam meski harganya tidak seberapa "semoga saja Ahmer mau memakainya ", ujar Anindia dalam hatinya .

Waktu hampir berlalu , ia berjalan di pinggir jalan menuju rumah kekasihnya .

Sesudah sampai,Ahmer terkejut melihat kekasihnya berjalan menemuinya dan Anindia pun melihat ke arah Ahmer dengan wajah tersenyum sedikit dibibir nya membuat kesan menarik.

"Kau tak mengabari ku dulu? tanya Ahmer kepadanya

" Maaf,aku buru buru "? jawaban Anindia sebari memberikan jam tangan yang ia berikan

"Kau membelikannya untuk ku? ini bagus sekali " Jawaban Ahmer sambil memakai jam tangan .

Dan Anindia menanyakan tentang pernikahan dengan nya tak terasa 1 bulan berlalu dan perenikha nya dengan Ahmer semakin dekat ,ia pun merasa telah membohongi Ahmer satu bulan lalu , ia merasa sangat amat bersalah .

" Ahmer kita sebentar lagi menikah , aku tidak ingin ada kebohongan di anatara kita lagi , aku tidak peduli kau mau membenciku atau menerimaku yang jelas ku harus tau ,ini semua bukan inginku hidupku hari itu sial begitu sial ".

Celetukan Anindia tersebut membuat Ahmer gelisah ia merasa kesal atas apa yang dia lakukan kepada calon istrinya tersebut

" Ahmer ,akibat kecelakaan yang lalu itu aku hampir gila ,benar benar aku jadi gila setiap malam ku termenung meratapi nasib kesialan ku kenapa harus aku ? kenapa harus terjadi padaku ? ya tuhan apa salahku sedangkan polis sampai saat ini belum bisa menangkap pelaku tak punya hati tersebut " ujar Anindia

Mendengar Anindia bicara tersebut ,Ahmer pun merasa bersalah , ia menghela napas panjang perlahan tubuhnya membungkuk kepala nya menunduk , ia harus mulai dari mana , ia tidak bisa jujur kepada Anindia , tapi di sisi lain ia Merasakan penderitaan sang calon istri alami yang di sebabkan oleh ulahnya sendiri .

Mungkin walaupun hari itu beragam kesalahan tapi Anindia masih bersyukur diberi umur panjang, dan Ahmer pun masih diam tak berbicara sepatah kata ,ia masih bungkam dalam penabrakan Anindia sang calon istri nya , begitu juga Anindia kepada Ahmer, lagi lagi Anindia bertanya tentang pernikahan ya .

"Apakah kau mau menikahiku , meski kau tak bisa mempunyai keturunan ?

" Jangan sembarangan , kau dan aku ini sehat sayang sama sama bisa mempunyai keturunan, sabar saja " ujar Ahmer tanpa mengerti apa yang di maksud Anindia .

Anindia pun memejamkan mata , tidak butuh waktu lama ia memberi tahukan semuanya tentang masalah menimpa nya , dan ia pun tertunduk wajahnya dengan pandangan kosong entah kemana pikiran dan raganya ia sampai mengucapkan "aku harus apa ? aku bingung Ahmer " sambil menatap sorot mata indah calon suaminya .

" Hey kenapa ? cerita padaku " ujar Ahmer

"Dari kesialan ku ,keburukan ku dengan orang lain mungkin orang lain Tidak akan sial seperti diriku , sebulan lalu otaku hancur pikiranku kacau hatiku sakit Ahmer kecelakaan membuatku stres parah kau tidak tau , dan tidak akan tau kebenaran ini , tidak ada yang bertanggung jawab disini ,aku menangngung nya sendiri bahkan ibuku juga tidak bisa membantu dalam perkara ini karna ini memang takdiri ku .