Kania mengambil air minum dingin di dapur setelah berada di apartemen milik sang suami. Sementara itu, Devan kini sedang duduk di sofa yang berada di ruang tengah sembari memijat pangkal hidungnya. Apa yang terjadi hari ini terasa melelahkan bagi Devan. Pekerjaan yang bum selesai ditambah dengan masalah sang istri yang telah diganggu oleh laki-laki kurang ajar itu. Devan merasa kecewa kepada sang istri karena sang istri tidak menceritakan apa yang telah terjadi kepada dirinya di kampus.
"Mas.. Diminum dulu," ucap Kania sembari memberikan satu gelas air dingin kepada sang suami.
Devan menerima minuman dingin yang diberikan oleh sang istri tanpa mengalihkan perhatian dari apa yang kini sedang ditatap oleh Devan. Devan tidak ingin menatap ke arah sang istri karena perasaan kecewa itu masih menyelimuti dalam diri Devan. Devan memilih mengalihkan tatapan ke arah lain dan tidak ingin bertengkar dengan sang istri.
Kania menghela nafas kasar melihat sang suami yang masih diam seribu bahasa kepada dirinya saat ini. Kania berusaha meraba apa yang kini sedang dirasakan oleh sang suami. Kania percaya jika kini sang suami sedang merasa kecewa terhadap dirinya. Entah kecewa karena apa. Kania juga tidak mengetahui hal itu saat ini. Tapi Kania sangat meyakini jika sang suami kini sedang merasa kecewa dengan dirinya.
"Mas.. Kania minta maaf iya sama mas," ucap Kania dengan penuh perasaan bersalah.
Devan sontak mengalihkan perhatian mendengar suara lembut wanita yang sangat dicintainya itu masuk ke dalam gendang telinganya dan meminta maaf kepada dirinya.
Devan menautkan kedua alis menatap ke arah sang istri yang sedang menatap ke arah dirinya saat ini.
"Untuk?" tanya Devan.
Helaan nafas berat kembali terdengar dari bibir Kania saat mendengar pertanyaan singkat dari sang suami.
"Kania minta maaf jika telah mengecewakan mas. Kania tahu mas kecewa ke Kania saat ini. Tapi Kania tidak tahu kenapa mas kecewa kepada Kania. Apa yang membuat mas kecewa sama Kania. Kania minta tolong kepada mas, katakan kepada Kania. Tolong beritahu kepada Kania, apa yang telah Kania lakukan kepada mas sehingga mas kecewa sama Kania saat ini," sambung Kania.
Devan menatap manik mata hitam milik sang istri dengan lekat berusaha untuk mencari kebohongan dalam pendar netra sang istri karena Devan tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh sang istri jika sang istri tidak tahu letak kecewa sang suami kepada sang istri. Tidak mungkin Kania tidak tahu jika apa yang telah dilakukan oleh Kania telah mengecewakan sang suami. Namun Devan tidak menemukan apa yang dicari dalam pendar netra sang istri. Devan hanya menemukan kejujuran dalam pendar netra sang istri saat ini.
Sungguh..
Devan masih tidak percaya jika istrinya tidak mengetahui di mana letak kesalahannya saat ini. Namun, pendar netra sang istri juga tidak dapat membohongi Devan.
"Apa kamu yakin tidak tahu dimana letak kesalahan kamu yang telah membuat kecewa mas saat ini?" tanya Devan berusaha untuk memancing kejujuran dari dang istri.
Gelengan kepala dari sang istri menjawab pertanyaan Devan. Apalagi Devan dapat mendengar helaan nafas berat kembali keluar dari bibir mungil Kania saat ini.
"Kania tidak tahu mas. Sungguh.. Kania tidak tahu di mana letak kesalahan Kania yang telah membuat mas kecewa kepada Kania saat ini. Kania minta tolong beritahu kepada Kania di mana letak kesalahan Kania saat ini mas? Biar Kania tahu dan Kania akan memperbaiki kesalahan Kania agar Kania tidak mengulanginya lagi suatu saat nanti mas," jawab Kania dengan jujur tanpa ada kebohongan sama sekali dalam ucapannya kali ini.
Devan menghela nafas pelan sebelum memberitahukan kepada sang istri apa yang telah membuat dirinya kecewa kepada sang istri saat ini. Tak lama kemudian, Devan menceritakan kepada sang istri di mana letak kesalahan dang istri yang telah membuat dirinya kecewa saat ini. Kania menyimak pembicaraan sang suami dengan serius dan berusaha mencerna apa yang diceritakan oleh sang suami saat ini. Ada perasaan bersalah dalam diri Kania setelah menyadari di mana letak kesalahannya saat ini. Kania merasa tidak menjadi istri yang berguna bagi sang suami karena tidak berkata jujur kepada sang suami.
Ya. Perasaan bersalah menyelimuti dalam diri Kania saat mendengar apa yang diceritakan kepada sang suami saat ini. Sang suami begitu menghargai dan menghormati dirinya. Sang suami tidak pernah menutupi satu hal apapun dalam dirinya. Namun Kania dengan tega menyimpan rahasia dalam dirinya dan tidak bersikap junuar. Kania tercengang saat sang suami mengatakan jika sang suami tidak pernah main-main dengan pernikahan di antara dirinya dan sang istri.
Ah.. Kania semakin merasa bersalah jika seperti ini. Kania merasa tidak tahu harus berbuat apa saat ini. Perasaan dalam dirinya sangat tidak jelas dan campur aduk saat ini.
"Apa kamu telah menyadari di mana letak kesalahan yang telah kamu lakukan sehingga membuat mas kecewa dengan kamu saat ini?" Devan kembali bertanya kepada sang istri setelah menyelesaikan ceritanya kali ini.
Kania menganggukan kepala menjawab pertanyaan dari sang suami. "Iya mas. Kania telah mengerti mas. Kania minta maaf atas kesalahan tang telah Kania lakukan kepada mas. Bukannya Kania tidak ingin bercerita jujur kepada mas. Tapi Kania tidak ingin menambah beban pikiran mas yang pasti lelah dengan pekerjaan di kantor mas. Kania berpikir jika mas tidak akan tahu tentang masalah ini sehingga Kania memutuskan untuk tidak menceritakan apa yang Kania alami kepada mas di kampus." Kania meminta maaf dengan tulus kepada sang suami dengan buliran kristal bening yang dengan lancang menetes di wajah cantik alami milik Kania saat ini.
Devan menghapus buliran kristal bening yang menetes di wajah cantik dang istri dengan kedua telapak tangannya sembari mengulas senyuman manisnya saat ini. Tanpa meminta ijin terlebih dahulu kepada sang istri, Devan mendekap dengan hangat tubuh sang istri.
Kania terkesiap saat mendapatkan dekapan yang terasa hangat dari sang suami. Tubuh Kania seketika membeli saat sang suami mendekap dengan hangat tubuhnya saat ini.
"Mas minta maaf iya sayang.."