"Assalamu'alaikum.." Kayra dan Daren mengucapkan salam saat masuk ke dalam apartemen sang putra.
Devan yang sedang membantu Kania merapikan rumah mereka disaat waktu libur terkesiap mendengarkan suara kedua orang tuanya yang telah berdiri di belakang dirinya karena pintu apartemen Devan telah dibuka oleh Kania.
"Wa'alaikumsalam.." Devan dan Kania membalas salam kedua orang tua mereka dengan kompak.
"Anak mama yang tampan rajin sekali sih." Mama Kayra memuji putra kesayangannya itu.
Devan terkekeh dengan ucapan sang mama. "Perasaan Devan dari dulu rajin deh. Iya kan yah?" Devan mencari dukungan dari sang ayah.
Ayah Daren mengulas senyuman hangat kepada sang putra semata wayangnya itu. "Iya sayang. Putra ayah yang tampan ini memang rajin, baik sama cerdas."
Devan tergelak kencang mendengar ucapan sang ayah. Ayah Daren, mama Kayra dan Kania menatap ke arah Devan dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Devan yang merasakan semua orang yang berada di apartemen kini sedang menatap ke arah dirinya seketika menghentikan gelak tawanya.
"Ayah dan mama ada apa ke sini? Kenapa hanya berdua? Papa kemana ma?" Devan mengajukan pertanyaan bertubi-tubi kepada sang ayah dan sang mama.
Ayah Daren dan mama Kayra saling menatap satu sama lain. Mama Kayra menganggukan kepala memberikan dukungan kepada mantan suaminya itu untuk menyampaikan apa yang ingin disampaikan oleh mereka setelah mereka duduk di sofa yang berada di ruang keluarga.
Devan dan Kania menghentikan aktivitas mereka lalu ikut duduk di hadapan ayah Daren dan mama Kayra. Devan menatap ke arah sang ayah dengan tatapan yang sulit untuk diartikan saat Devan melihat ada sesuatu dalam manik mata sang ayah yang disembunyikan dari dirinya saat ini. Namun Devan tidak mengetahui apa yang sedang disembunyikan okeh sang ayah dari dirinya.
"Ada yang ingin ayah dan mama bicarakan sama kamu, Devan. Kamu tenang saja iya Devan. Ayah sudah meminta ijin kepada papa kamu unyuk datang ke sini bersama dengan mama kamu," ucap ayah Devan tampak serius.
Devan menganggukan kepala menanggapi ucapan ayah Devan tanpa mengeluarkan satu patah katapun. Kania yang menyadari keberadaan dirinya mungkin tidak diperlukan hendak bangkit dari duduknya, namun ayah Devan mencegah Kania yang hendak pergi meninggalkan mereka bertiga saat ini.
Kania kembali duduk di samping Devan setelah sang ayah mertua melarang dirinya untuk pergi meninggalkan mereka.
Tak lama kemudian ayah Devan memulai pembicaraan dengan Devan dan menantunya. Devan menyimak dengan serius setiap ucapan yang keluar dari bibir sang ayah kandungnya itu. Kening Devan tampak berkerut mendengar ucapan sang ayah tentang warisan harta yang dimiliki oleh sang ayah untuk dirinya. Devan menatap ke arah sang mama yang mengedikan bahu kepada Devan tanda tidak mengetahui apapun rencana sang ayah Devan.
Helaan nafas berat terdengar dari bibir Devan setelah sang ayah mengakhiri ucapannya. Melihat sang suami yang tampak sedang berpikir hal berat, Kania berusaha menenangkan sang suami dengan usapan lembut di lengan sang suami. Devan menoleh lalu tersenyum kepada sang istri yang sedang mengulas senyuman manis kepada dirinya saat ini. Anggukan kepala dari Devan menandakan jika Devan kini sedang dalam keadaan baik-baik saja. Devan juga meminta kepada sang istri untuk tetap bersikap dengan tenang saat ini.
Devan kembali menatap ke arah sang ayah dan sang mama setelah dapat memastikan jika sang istri kini dalam kondisi tenang. Beribu tanya dalam benak Devan dengan apa yang telah diucapkan oleh sang ayah. Namun Devan masih memilih diam seribu bahasa sembari mencoba mencerna dengan baik ucapan dari sang ayah beberapa waktu yang lalu.
"Kenapa ayah berbicara seperti itu? Apa ayah tidak sayang lagi sama Devan sehingga ayah seolah akan pergi meninggalkan Devan? Kenapa ayah menyembunyikan rahasia dari Devan? Kenapa selama hidup Devan, ayah dan mama selalu menyembunyikan rahasia dari Devan? Mama menyembunyikan ayah dari Devan saat Devan masih kecil. Apa yang ayah sembunyikan dari Devan sekarang? Hah? Satu hal yang harus ayah tahu, Devan tidak membutuhkan harta ayah. Devan bisa mencari harta sendiri dengan kemampuan ayah. Devan tidak butuh harta ayah. Devan hanya butuh ayah berada di samping Devan selamanya. Bukan sesaat ayah di samping Devan. Devan sadar ayah dan mama tidak mungkin bersama lagi kan? Devan sadar itu ayah. Tapi apa ayah juga akan meninggalkan Devan secepat ini? Ayah kenapa? Apa benar jika tidak ada yang sayang kepada Devan selama ini? Kenapa Devan selalu dibedakan ayah? Mam?" Devan yang sudah tersulut emosi beranjak dari duduknya lalu pergi meninggalkan mereka semua menaiki anak tangga menuju ke kamarnya setelah menggebaeka meja yang menghentikan ayah Daren, mama Kayra dan Kania.
Ada yang terasa nyeri dalam hati ayah Daren waktu mendengar apa yang diucapkan oleh sang putra semata wayangnya itu. Ya. Ayah Daren mengakui jika dirinya banyak melakukan kesalahan dan belum dapat menjadi ayah yang baik kepada putranya. Ayah Daren belum dapat memberikan kebahagiaan kepada sang putra. Namun ayah Daren akan terus berusaha semampu dirinya untuk membahagiakan putra semata wayangnya itu.
Mama Kayra merasakan hal yang sama seperti apa yang rasakan oleh mantan suaminya. Perasaan bersalah itu tuda dapat dihilangkan dari dalam diri mama Kayra saat ini. Devan. Anak yang lahir akibat kesalahan mantan suaminya. Anak yang tidak pernah diharapkan oleh mantan suaminya. Anak yang terlahir dengan keadaan yang tidak baik kini sedang mencurahkan segala isi hatinya.
"Maafkan mama, Devan.."