Kania menghampiri sang suami yang kini sedang menyendiri di dalam kamar setelah meminta ijin kepada mertuanya. Kania dengan terpaksa meninggalkan kedua mertuanya yang masih berada di ruang keluarga apartemen sang suami. Kania merasa waktu yang diberikan kepada Devan untuk berpikir dengan menenangkan diri telah cukup sehingga Kania memberanikan diri menghampiri sang suami mencoba untuk menenangkan hatinya.
"Mas." Kania mengusap pelan lengan sang suami saat sang suami sedang duduk di sofa yang berada di kamar mereka.
Devan menoleh ke arah sang istri saat suara lembut sang istri mengalun indah di gendang telinganya. Tampak wajah Devan kini sangat kusut. Ada perasaan sedih dalam hati Kania melihat keadaan sang suami saat ini. Walaupun ada senyuman yang terukir di wajah tampan sang suami kepada dirinya. Namun Kania tahu jika sang suami sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja saat ini. Senyuman sang suami tidak dapat membohongi apa yang sedang dirasakan oleh sang suami.
"Mas." Kania kembali memanggil sang suami dengan nada lembut.
"Iya sayang," balas Devan dengan mengulas senyuman manis ke arah sang istri.
"Kania minta maaf kalau lancang bicara kali ini. Kania memang belum tahu sepenuhnya masa lalu mas. Tapi Kania berpikir mas tidak boleh seperti itu kepada ayah dan mama, mas. Ayah juga pasti punya alasan kenapa berbicara seperti itu. Ayah pasti punya alasan kenapa melimpahkan semua hartanya kepada mas. Iya mas. Apa yang mas ucapkan benar. Harta tidak penting. Lebih penting kehadiran kedua orang tua kita. Itu benar mas. Kania setuju. Tapi apa tidak sebaiknya mas mencari tahu alasan kenapa ayah berbicara seperti itu? Kania hanya tidak ingin mas menyesal di kemudian hari saat salah satu atau kedua orang tua mas tidak ada lagi di dunia ini. Kania sudah merasakan itu mas. Jadi Kania berharap mas tidak merasakan ini terlebih dahulu. Kania tidak ingin mas menyesal nanti. Kania berharap mas dapat memikirkan hal ini." Kania mencoba menasehati sang suami dengan nada pelan agar tidak menyinggung hati sang suami.
Devan menatap manik mata hitam sang istri dengan lekat. Tidak ada yang salah dari apa yng diucapkan oleh Kania. Bahkan Devan telah berusaha mencerna nasehat dari sang istri tadi. Manik mata sang istri menunjukan jika Kania peduli kepada dirinya. Devan menangkip kedua sudut wajah sang istri dengan telapak tangannya yang besar dan kekar sembari mengukir senyuman manis di wajah tampannya.
"Terima kasih iya sayang sudah mengingatkan mas. Mas tidak marah kok kamu menasehati mas. Itu tandanya kamu peduli sama mas." Devan dengan sengaja menjeda ucapannya untuk melihat ekpresi sang istri. "Apa ayah dan mama masih berada di bawah sayang?" Devan menggengam tangan sang istri lalu mengecup punggung tangan sang istri dengan lembut.
Ada yang berdesir dalam hati Kania setiap kali sang suami memperlakukan dirinya dengan sangat manis. Hatinya bagai terdapat taman bunga dengan ribuan kupu-kupu yang menari dengan indah di dalam hati Kania saat ini. Devan mengulum senyuman melihat ekpresi Kania saat ini. Ada perasaan bahagia dalam diri Devan dengan sikap Kania yang menggemaskan di mata Devan.
"Iya mas. Ayah dan mama masih ada di bawah mas," balas Kania.
"Ayo.. Kita ke bawah sayang." Devan bangkit dari duduknya lalu mengajak Kania turun ke bawah menemui kedua orang tuanya.
Ayah Daren dan mama Kayra tercengang melihat Devan yang turun bersama dengan istrinya menuju ke arah mereka. Ayah Daren menghela nafas lega melihat sang putra semata wayang kembali menemui dirinya. Ayah Daren dapat menerka jika sang menantu dapat menenangkan hati sang putra kesayangannya itu. Ada cinta yang berhiti besar dari Devan kepada sang istri sehingga ayah Daren dapat memastikan jika Devan akan mendengarkan apa yang diucapkan oleh sang istri. Devan juga tidak akan mungkin bersikap kasar ke sang istri. Ayah rnedea sangat mengenal bagaimana Devan yang tidak akan kasar kepada wanita yang dicintai dan disayangi oleh dirinya yakni sang mama dan sang istri.
Devan dan Kania duduk yang berada di samping ayah Devan dan mama Nayra duduk saat ini.
"Ayah. Mama. Devan minta maaf iya atas sikap Devan tadi. Devan tidak ada niat untuk menyakiti hati ayah dan mama. Jujur. Devan hanya merasa terkejut karena ayah tiba-tiba membahas tentang warisan yang belum pernah ayah bahas selama ini. Bahkan Devan tidak pernah memikirkan hal itu ayah dan mama. Devan hanya ingin ayah dan mama panjang umur, sehat dan bahagia. Devan ingin ayah dan mamam terus mendampingi Devan dan keluarga kecil Devan nanti. Cucu-cucu ayah yang tampan dan cantik jika sudah waktunya nanti. Devan tahu ayah dan mama tidak mungkin bersatu lagi. Tapi Devan masih bisa kan memiliki harapan untuk kebahagian ayah dan mama bersama dengan Devan dan keluarga kecil Devan? Devan sangat menyayangi ayah dan mama. Devan minta maaf sama ayah dan mama tas ucapan dan sikap Devan tadi." Devan mengecup punggung tangan ayah dan mama secara bergantian setelah meminta maaf kepada kedua orang tuanya.
Buliran kristal bening itu mengalir di wajah mereka saat ini. Sedih. Mereka sedih mendengarkan apan yang diucapkan okeh Devan saat ini. Ayah Daren tidak dapat menyembunyikan perasaan dirinya saat ini. Penyesalan masih menyelimuti dalam diri ayah Daren dengan apa yang telah dilakukan di masa lalu. Bahkan ayah Daren sering berandai-andai dengan semuan keadaan ini. Namun, ayah Daren menyadari jika semua yang telah terjadi tidak mungkin akan kembali lagi. Waktu tidak mungkin berputar mundur dalam hidup ini.
"Iya sayang. Ayah dapat memahami apa yang kami rasakan saat ini. Tapi satu hal yang kami harus tahu Devan. Tidak ada yang tahu tentang usia kan? Ayah tidak apa-apa Devan. Ayah sehat walafiat. Ayah sehat dan tidak sakit Devan. Tapi ayah melakukan ini hanya untuk berjaga-jaga jika suatu saat nanti ayah harus pergi meninggalkan kamu, ayah merasa bahagia dan lega karena telah memberikan hak kamu secara langsung kepada anak kesayangan ayah ini. Ayah juga ingin menemani kamu dan keluarga kamu nanti Devan. Ayah juga ingin menemani cucu-cucu ayah nanti. Ayah akan selalu berdoa untuk kebahagiaan ayah, mama kamu, kamu dan keluarga kamu, Devan. Doa ayah tidak akan pernah putus untuk kita semua Devan," terang ayah Daren dengan mengusap puncak kepala sang putra kesayangannya itu.
Devan langsung mendekap tubuh sang ayah yang masih tampak kekar walaupun usia ayah Daren sudah tidak lagi muda saat ini. Wajah tampan ayah Daren juga masih terlukis di sana.