Plak!
Satu tamparan cukup keras melayang di lengan Samuel dari sang kakak tercinta kala Samuel memuji kecantikan Kania calon istri kakaknya itu. Ya. Tidak dapat dipungkiri oleh Samuel sebagai pria normal mengakui jika calon kakak iparnya itu memiliki kecantikan natural yang dapat membuat laki-laki akan tertarik kepada Kania sejak pandangan pertama. Namun Samuel berusaha untuk menepis apa yang kini menyelinap dalam hatinya saat merasakan lengannya di tampar oleh seseorang.
"Mama.. Kak Devan nakal." Samuel mengadu kepada mamanya seperti anak kecil.
Devan berdecak dengan kesal melihat sikap Samuel hari ini. Sementara itu semua yang berada di dalam apartemen Devan tergelak kencang melihat sikap Samuel seperti layaknya anak kecil.
"Ada baby Hui iya di apartemen Devan hari ini?' ucap Devan.
"Baby Hui?" ucap mereka dengan kompak sembari bertanya kepada Devan.
Devan menunjuk ke arah Samuel dengan mengedikan dagunya. "Bayi besarnya mama yang suka main sama wanita."
Pletak..
Satu sentilan dilayangkan oleh Samuel di kening sang kakak. "Sembarang saja kamu kalau bicara. Kamu mau matiin pasaran aku? Hah?"
Devan tertawa mendengar adik kesayangannya tampak emosi. "Kamu kan memang suka main wanita Samuel." Devan tidak mau kalah dengan Samuel.
"Aku memang pecinta wanita. Tapi aku bukan pemain wanita. Aku masih normal jadi iya aku pecinta wanita. Tidak ada yang salah kan?" Samuel dengan sengaja menjeda ucapannya sembari menyeringai menatap ke arah sang kakak. "Memangnya kakak yang tidak suka wanita? Eh.. Maksud aku menjauhi wanita. Kakak kan manusia kutub yang hatinya sudah beku. Tapi Samuel merasa bersyukur akhirnya ada yang berhasil meluluhkan hati manusia kutub ini. Apalagi wanitanya cantik lagi." Samuel kembali menggoda kakak tercintanya itu.
"Kita ke lapangan basket di bawah saja yuk Samuel," balas Devan.
Samuel menautkan kedua alis. "Ngapain kita ke lapangan basket panas-panas begini somplak?"
"Berantem lha Samuel. Memangnya kamu pikir mau ngapain kita di sana? Berjemur? Cari perhatian wanita begitu? Itu kan kamu bukan kakak," balas Devan.
Mama Kayra menggelengkan kepala melihat kelakuan absurd kedua buah hatinya itu saat mereka bertemu pasti perdebatan tidak akan pernah dapat dihindari oleh mereka berdua seperti saat ini. Walaupun seperti itu kakak beradik itu selalu rukun satu sama lain. Bahkan Devan dan Samuel saling membantu jika salah satu dari mereka sedang menghadapi masalah berat atau ringan.
"Ayo.. Kita ganti pakaian lagi sayang. Biarkan mereka terus berdebat sayang." Mama Kayra mengajak calon menantunya kembali ke kamar untuk berganti pakaian daripada melihat perdebatan kedua buah hatinya itu.
Devan dan Samuel menghentikan perdebatan saat mendnegarkan suara lembut yang tidak adung di gendang telinganya. Devan dan Samuel saling menatap dengan tatapan penuh tanda tanya melihat mama tercintanya dan Kania sedang melangkahkan kaki menaiki anak tangga menuju ke kamar Kania. Sontak Devan dan Samuel kembali duduk di tempatnya masing-masing lalu meneguk minuman yang berada di meja.
"Sudah bertengkarnya? Apa kalian merasa lelah?" tanya papa Damian.
"Berantem iya lelah pa. Habis Samuel duluan pa. Masa iya Samuel bilang begitu ke Devan. Iya jelas Devan tidak mau kasih Kania ke Samuel lha pa," jawab Devan dengan jujur tanpa ada kebohongan dalam ucapannya saat ini.
Ayah Daren, papa Damian dan Samuel mengulum senyuman saat mendengarkan apa yang diucapkan oleh Devan, manusia kutub yang terkenal hatinya telah membeku untuk kaum yang beranaka kaum hawa atau seorang wanita itu.
Devan menautkan kedua alis melihat ayah, papa dan adiknya sedang mengulum senyuman ke arah dirinya. "Kenapa pada begitu sih? Mencurigakan."
"Ayah yang seharusnya bertanya seperti itu sama kamu, Devan. Sejak kapan kamu jatuh cinta?" sahaut ayah Daren.
"Jatuh cinta?" Devan mnegerutkan kening mendengar ucapan ayah kandungnya.
"Siapa yang jatuh cinta ayah? Apa ayah yang sedang jatuh cinta? Tapi Devan tidak mau mempunyai mama baru ayah. Mama Devan hanya mama Kayra. Tidak ada yang lain."
Ayah Daren berdecak kesal. "Siapa juga yang mau kasih kamu mama baru. Ayah sudah nyaman dengan keadaan sekarang."
Devan menatap sang ayah dengan tatapan sendu. Sontak Devan mendekap tubuh sang ayah yang masih tampak kekar walaupun usia sudah tidak lagi muda.
"Devan minta maaf iya ayah. Devan tidak ada maksud menyakiti hati ayah. Devan sayang sekali sama ayah. Ayah itu hebat bagi Devan. Laki-laki hebat itu laki-laki yang mau mengakui kesalahannya dan merubah diri dari kesalahan yang telah dilakukan. Devan bangga sama ayah," ucap Devan sembari terisak kecil dalam dekapan sang ayah.
Tanpa disadari oleh ketiga laki-laki dengan generasi berbeda itu, mama Nayra dan Kania mendengarkan apa yang sedang ketiga laki-laki itu bicarakan saat ini dari balik dinding pembatas ruangan. Suasana yang santai kini berubah sendu saat ayah dan anak itu saling mendekap dan mencurahkan isi hatinya.
Buliran kristal beningenetes di wajah cantik mama Kayra mendengar apa yang diucapkan Daren mantan suaminya dan Devan, anak kandungnya bersama dengan Daren. Ada perasaan tidak tega atau iba menyelimuti hati mama Kayra mendengar ucapan ayah dan anak itu. Kesalahan fatal yang dilakukan oleh Daren di masa lalu memaksa mama Kayra untuk menyerah dan mengakhiri pernikahan mereka. Walaupun ada buah hati di antara ayah Daren dan mama Kayra, namun mama Kayra memilih menyerah dan meninggalkan ayah Daren. Sakit hati yang mama Kayra rasakan tidak dapat disembuhkan oleh apapun saat itu. Mama Kayra dapat memaafkan ayah Daren seririmh berjalannya waktu. Namun mama Kayra tidak ingin jika harus kembali kepada mantabb suaminya itu.
Kania yang tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi saat ini hanya bisa mengusap punggung calon mama mertuanya yang sedang bersedih. Kayra berusaha untuk memenangkan hati calon mama mertua yang sedang bersedih saat ini.
Mama Kayra menghapus buliran kristal bening yang menetes di wajah lalu mengulas senyuman manis kepada calon menantu pilihan anak pertamanya itu. Tak lama kemudian, mama Kayra mengajak Kania turun ke bawah menghampiri empat laki-laki dewasa yang sangat dicintai oleh mama Kayra itu.
"Kalian lagi pada bahas apa sih? Kelihatannya seru banget? Tidak ngajak kita lagi. Iya kan Kania sayang?" tanya mama Kayra setelah duduk di samping sang suami.
Ayah Daren, papa Damian, Devan dan Samuel menyipitkan mata melihat wajah wanita yang paling mereka cintai itu tampak sembab saat ini.
"Mama habis menangis iya?" tanya Devan dan Samuel dengan kompak.
Mama Karya menautkan kedua alis. "Menangis? Menangis kenapa?"
"Mama itu paling tidak bisa berbohong sama Devan dan Samuel," ujar Devan.
Mama Kayra mengulas senyuman manis nan hangat. "Iya sayang. Mama memang tidak pernah bisa berbohong dari anak-anak mama yang tampan ini. Iya sayang. Mama memang habis menangis. Tapi mama menangis bahagia karena sebentar lagi mama memiliki menantu yang cantik, baik, sholehah dan sederhana." Mama Kayra berusaha bersikap tenang agar kedua putranya tidak menaruh curiga kembali kepada dirinya saat ini.
Devan dan Samuel beranjak dari duduknya lalu mendekap tubuh mungil sang mama tercinta dengan hangat. Mama Kayra membalas dekapan hangat kedua putra tampannya dengan hangat.