Chereads / DARK HEROS / Chapter 19 - Portal akan Terbuka!

Chapter 19 - Portal akan Terbuka!

"Setidaknya … tolong bawa aku ke tempat yang aman, Tuan."

Ular hitam itu berhenti bergerak. Namun hanya ekor matanya saja yang sekilas menangkap sosok berbulu yang tengah menatapnya dengan harapan besar.

Namun begitu melihat mata merah dingin milik sang Ular, gagak itu merasa harapannya hilang.

Ular itu sama sekali tak peduli. Ia melenggang pergi lagi.

"Tuan! Aku mohon!" serunya penuh keputusasaan.

Kali ini siluman ular itu memutar kepalanya ke arah siluman gagak.

"Aku rasa kau salah tempat untuk meminta bantuan," ucapnya datar. "Aku tidak sebaik itu," sambungnya sambil kembali bergerak.

"A-aku janji akan membalas budi!" teriak siluman gagak itu tak ingin menyerah. Bagaimanapun ia harus menyelamatkan diri dari sana.

"Balas budi?" Sepertinya dia mulai tertarik.

"Iya! Aku janji akan membalas kebaikanmu, Tuan!"

"Shhh!" Siluman ular itu tertawa kecil. "Baik … jadi apa yang kau tawarkan padaku?"

Ditanya demikian, Kara jadi bingung.

"Dengar …," katanya membuat Kara terpaku. "Aku tak akan melakukan sesuatu dengan percuma. Tawarkan sesuatu agar aku mempertimbangkan permintaanmu."

"Em, Tuan … bagaimana jika aku tawarkan informasi yang sangat penting untukmu?"

"Jika tidak berguna, sebaiknya tak perlu kau katakan." Siluman ular itu langsung menjawab dengan tegas.

"Aku yakin ini lumayan penting untukmu, Tuan."

Kara tersenyum menatap siluman itu. "Izinkan aku untuk menyampaikan pengamatanku terhadapmu terlebih dahulu, Tuan."

Siluman itu tak menjawab. Namun ia memasang telinganya untuk mendengarkan.

"Dengan melihatmu saja … aku tahu kau sangat hebat. Auramu sangat berbeda," puji Kara. "Tuan pasti sangat suka makanan yang besar. Maksudku … energi milik siluman lainnya."

"Aku bisa memberimu informasi tentang dimana kau bisa mendapatkan makanan yang pantas untuk memuaskan rasa laparmu, Tuan," tawarnya dengan senyuman lebar. "Bukankah kau kesulitan mendapatkannya akhir-akhir ini?"

Siluman itu tak menyahut. Namun jelas sorot matanya membenarkan ucapan Kara padanya.

Kara kembali tersenyum simpul. Rupanya tebakannya benar. Makhluk besar itu mungkin saja baru turun ke dunia manusia dan tak tahu apa-apa tentang itu.

"Jadi … bagaimana? Apakah tawaranku bisa kau terima, Tuan?"

Siluman ular itu bergeming. Senyum Kara memudar.

'Hm, benar-benar sulit membujuknya …,' Kara membatin. 'Ah, aku memang bodoh! Dia kan sudah mengatakan sedang tak lapar. Jadi bagaimana sekarang?'

Namun tiba-tiba …

Clap!

Ular itu berubah menjadi manusia.

"He-hebat!" gumam Kara sambil membelalakkan mata. "Dia siluman level Tsu."

Kara tak percaya. Ternyata ular hitam itu berasal dari level tinggi Tsu. Tadinya Kara memujinya hanya untuk membuatnya tersanjung. Tak disangka jika siluman dihadapannya memang memiliki kekuatan yang besar.

Lantas siluman ular yang telah berubah menjadi manusia itu mendekati Kara.

"Jika kau masih memiliki rasa takut, jangan sampai kau berkata yang tidak benar."

Kara mengangguk. Lalu siluman itu membebaskannya dari rantai besi yang mengikat kakinya.

"Terimakasih, Tuan."

"Simpan terimakasihmu. Aku hanya butuh informasi itu," balasnya membuat Kara mengangguk lagi.

"Di dunia manusia, yang tinggal hanyalah siluman lemah sepertiku, Tuan. Kami hanya memiliki energi yang kecil. Akan tetapi, sebuah kejadian besar sebentar lagi akan terjadi, dan kau akan panen besar, Tuan."

"Apa maksudmu kejadian besar?"

"Bulan merah, Tuan," jawabnya bersemangat. "Sebentar lagi akan terjadi bulan merah."

Siluman ular itu mengerutkan dahinya. Mungkin sebelumnya ia belum pernah mendengar tentang bulan merah. Sehingga Kara pun menjelaskan apa yang akan terjadi setelahnya.

"Saat bulan merah terjadi, portal di dunia siluman akan terbuka. Tanah lapang itu kami sebut Immortal Land. Setidaknya dia akan membuka lebih dari 10 detik," tutur Kara. "Dalam waktu itu, siluman-siluman level Tsu akan menyebrang ke dunia manusia. Tidak semua, tapi siluman level Tsu, banyak yang ingin pindah kesini," sambungnya.

"Sepuluh detik?"

Kara mengangguk. "Benar, Tuan. Tapi, aku tak tahu kapan harinya. Tapi aku bisa meyakinkanmu bahwa itu sudah tak lama lagi. Karena beberapa hari ini aku bertemu siluman Tsu."

"Mereka pasti melewati portal … hal ini selalu terjadi sebelum bulan merah muncul. Sebelum portal benar-benar terbuka, akan ada 2 kali pembukaan portal yang sangat singkat," lanjutnya menjelaskan.

"Dan itu sudah terjadi, Tuan."

Cerita tentang terbitnya bulan merah menggantikan cahaya bulan yang putih, tak banyak diketahui oleh siluman ataupun manusia. Bahkan Kara bertaruh, yang tahu akan hal itu hanya segelintir saja dan dapat dihitung dengan jari.

Bulan merah mistis itu, satu-satunya cara yang dapat membuka portal dunia siluman yang terhubung langsung dengan dunia manusia.

Selalu saja banyak siluman yang ingin melarikan diri ke dunia manusia, dan Kara adalah salah satu diantara mereka yang berhasil kabur dari sana saat pintu itu terbuka seratus tahun yang lalu.

"Baiklah. Ikuti aku." Siluman ular itu berubah ke bentuk semulanya. Ia merayap pergi dengan perutnya. Ia setuju mengantar Kara ke tempat yang lebih aman. Namun Kara memandangnya dengan sedih.

"Tuan, aku tak bisa mengikutimu. Sayapku …." Ucapan Kara membuat sang ular langsung menatap sayap Kara yang nampaknya terkilir.

Melihat siluman gagak itu tak bisa terbang, ular itu membuka mulutnya. Ia berencana membawa Kara dengan mulutnya yang besar.

"Eh, Tu-tuan … aku rasa aku punya ide yang lebih baik dari itu." Kara tersenyum masam. "Aku takut saat diperjalanan kau malah lupa dan tak sengaja menelanku, hehe …."

Kemudian Kara langsung menaiki tubuh si ular.

"Aku bisa berpegangan ditubuhmu seperti ini, Tuan," ucap Kara sembari duduk manis di tubuh ular itu.

Perjalanan pun dimulai. Mereka melewati semak belukar yang begitu tinggi. Kara harus menyesuaikan diri agar tak tenggelam di rerumputan ataupun terjatuh karena tubuh ular itu lumayan licin.

'Aku harus bertahan. Besok, aku akan kembali lagi kesana. Setidaknya sayapku harus sembuh dulu. Kalau aku diam disana dalam keadaan begini, bisa-bisa aku tertangkap lagi dan Daiki tak akan membiarkan aku pergi.' Kara bertekad dalam hati.

Niatnya tak surut untuk melihat kedatangan Clan A. Dia sudah sangat penasaran dengan mereka. Berangkali saja memang benar semua berhubungan dengan ibu Heros yang hilang.

Malam makin larut hingga akhirnya mereka sampai di sebuah pedesaan.

"Apa kita akan menginap disini malam ini, Tuan?" tanya Kara pada siluman ular itu yang kini telah berubah ke wujud manusianya.

"Kau ingatlah untuk tak berkata apa-apa. Manusia tak seramah itu pada makhluk lain yang bisa berbicara sepertimu," kata siluman ular itu sambil membawa Kara di lengannya.

Mereka memasuki desa menuju sebuah tempat yang bertuliskan penginapan. Kara rasa, siluman ular itu sudah sering melakukan hal ini dan berbaur dengan manusia. Ia bahkan paham tentang pembayaran dan sebagainya.

Entahlah uangnya dari mana, yang pasti siluman ular yang kini berwujud pemuda tampan itu cukup memiliki banyak uang.

Meski wujudnya biasa saja, tapi Kara tahu dia makhluk yang berbahaya. Kara bertekad untuk lebih berhati-hati. Ia tak bisa benar-benar mempercayai makhluk itu. Karena di dunia ini, ketulusan tak pernah benar-benar ada.

'Aku tak boleh tertidur nyenyak malam ini. Sebaiknya aku tetap waspada padanya.'