"Kau?! Apa yang kau lakukan disini?"
Makhluk hijau botak itu hanya tersenyum smirk, menampilkan giginya yang kecil dan rapat.
"Kau mengenalnya?" Heros bertanya setelah mendengar pertanyaan Kara pada siluman aneh dihadapannya.
"Tentu saja," sahut Kara nampak gusar pada siluman hijau. "Dia kaki tangan pangeran kegelapan," sambungnya membuat Heros mengalihkan pandangannya ke siluman hijau itu.
"Ah …." Heros manggut-manggut. Pantas saja, selain jelek dan mungil, siluman itu tak terlihat sekuat yang dibicarakan Akio pada mereka. Ternyata memang bukan Hanzai yang datang.
Lalu bau apa yang dicium olehnya? Mengapa tak asing seperti halnya aroma tubuh Akio?
Siluman hijau ini jelas bukan rubah.
Mata Heros menyipit dengan waspada. "Kau tak datang sendiri."
"Hahahahaha … apa kau mencari tuanku, Hanzai? Cih! Makhluk rendah sepertimu tak pantas mencarinya apalagi sampai ingin berhadapan dengan pangeran," sanggahnya dengan sinis.
Jelas sekali ia ingin menyombongkan diri melihat Heros sama sekali tak memancarkan aura yang kuat.
"Joura … apa benar dia seperti yang kau katakan, huh? Haha .. auranya bahkan terlalu kecil … dan penampilan apa itu? seperti manusia saja," gumamnya sambil menatap rendah pada Heros dan kawan-kawannya.
Kemudian Osute dengan serta merta mengarahkan Maho No Tsue miliknya kepada Heros.
Syuuuttttt!!!
"Akh!" Mata Heros membulat ketika hampir saja sebuah bola api kecil mengenai dirinya. Tongkat tengkorak milik siluman hijau itu tiba-tiba mengeluarkan api.
Heros mengernyitkan dahinya. Makhluk ini menyerangnya tanpa memberi aba-aba atau gerakan apapun yang mencurigakan. Hampir saja dirinya terkena karena tak fokus. Heros sedari tadi begitu tertarik mengamati wajah siluman itu sehingga tak memperhatikan serangan itu.
"Ck ck ck … benar-benar bukan tandingan, Tuan." Makhluk hijau itu menggeleng sambil mencemooh. "Jika saja aku mengarahkan bola apiku dengan benar, kau mungkin akan menjadi arang."
"Hentikan Osute! Apa maumu?" Kara bertanya dengan lantang. Bukan apa-apa, turunnya Osute berarti memang menandakan portal berhasil dibuka lagi.
"Tentu saja berburu rubah!" jawabnya lantang membuat Akio cepat bersembunyi dibelakang Heros dengan takut.
"Heros, dia cukup berbahaya. Kau harus berhati-hati!" Akio berbisik memperingati Heros.
Di Immortal Land, tidak ada yang tidak mengenali Osute. Tapi siluman yang dari awal telah lahir di dunia manusia tentu tak akan mengenal makhluk hijau itu. Wajar saja Akio memperingati Heros.
Heros membaguskan pijakannya dan memasang pertahanannya. Auranya meningkat dan makin mendingin seperti es.
Osute manggut-manggut merasakan pertambahan kekuatan Heros. Namun ia tertawa membayangkan kemenangan disaat yang bersamaan. Bagaimana tidak jika kekuatan Heros sama sekali tak terasa cukup untuk melawannya apalagi tuannya.
Busshhhhhhhh
Kedua tangan Heros menengadah di depan dada sambil mengeluarkan angin berbentuk bola.
"CAKAAAAAARRR AAANGIIIINNNN!!!!"
Tiba-tiba ia melayangkan dua cakaran menyambut Osute. Osute hanya tersenyum licik melihat kedua bola angin itu tertebas oleh cakaran Heros kemudian secepat kilat terdorong kearah Osute.
Angin berbentuk jarum-jarum itu tentu bukan angin biasa. Kulit Osute akan terkoyak jika terkena angin yang telah mengeras oleh cakra yang dikeluarkan jari Heros.
Tapi tepat sebelum mengenai Osute,
SRAAAAAAA
Cakaran angin itu langsung menghilang seperti asap begitu Osute menggoyangkan tongkatnya.
"Hilang? Bahkan seperti debu." Netra Heros bergoyang menyadari makhluk ini tak boleh diremehkan.
'Tidak, ini pasti hanya kebetulan. Gerakanku mungkin kurang cepat.' Heros membatin dengan kesal.
SRAAAAAAAAA!!!!
Namun lagi-lagi serangannya sama sekali tak bisa menjangkau makluk hijau itu. Selalu saja berhasil di halau dengan tongkat tengkorak bermotif ular itu.
Syutttttttt!!!!!!!
"Akhhh!!! Sssial!!" Heros mendesis begitu lengannya tersambar bola api yang ia hindari. Kecepatannya sama sekali bukan apa-apa bagi makhluk hijau itu.
"Kalian cepat pergi! Cari tempat yang lebih aman. Kalian bisa terkena bola api siluman itu!" titah Heros pada Kara dan Akio. Sedari tadi ia berhasil melindungi kedua temannya itu dengan halauan cakar anginnya pada bola api Osute, namun Heros tetap merasa kewalahan.
"Tapi Heros—"
"Cepatlah, Kara! Kita tak punya waktu banyak!" potong Heros segera sambil melancarkan serangan lainnya.
Melihat Heros terus berusaha mengulur waktu agar makhluk itu tak menyerang keduanya, Kara tak berpikir untuk pergi jauh. Ia dan Akio hanya berlari beberapa meter dan terlihat menghilang dibalik pepohonan. Padahal sejatinya mereka hanya bersembunyi di balik pepohonan besar.
"AKKKHH!!!" Lagi Heros mengerang kesakitan begitu serangan Osute mengenai dirinya. Padahal ia telah mengarahkan cakar angin untuk menghalau namun ternyata ukuran bola api yang makin membesar itu membuatnya tak berguna.
Tapi untunglah bola api yang telah bertabrakan dengan cakar anginnya sedikit berkurang auranya, sehingga Heros hanya merasa dadanya sesak saja setelah ia rubuh di tanah.
"Hahaha … matilah kau." Osute berkata dengan senyum menyeramkannya. Heros membulatkan matanya begitu melihat sebuah bola api besar yang berkali-kali lipat besarnya sedang berkumpul disekitar tongkat makhluk hijau itu.
Badannya yang begitu lelah dan auranya yang meredup membuat Heros tak dapat menggerakkan tubuhnya yang basah oleh peluh. Nafasnya memburu begitu dengan kejamnya Osute berteriak dengan lantang menyerangnya.
"HIDANEEEEEE!!!!!"
Api itu menyembur, namun …
SRRAAAAA!!!!!
Tiba-tiba api itu membelok, tak jadi menghantam Heros padahal sedikit lagi api itu menghujani tubuhnya yang sudah sangat lemah. Osute mengernyitkan dahi dengan marah. Seseorang jelas mencoba menolong siluman yang hendak ia lenyapkan itu.
Namun kemudian matanya menjadi kaget melihat siapa yang membantu siluman rendahan yang hampir menjadi mangsanya itu.
"Tu-tuan!" ujarnya begitu siluman berjubah putih dengan wajah dingin itu muncul disana.
"Aku tidak mengizinkanmu membunuhnya. Jadi jangan berani menyentuhnya … dia milikku," katanya diikuti senyuman dingin pada Osute. "Biar aku yang melenyapkannya," sambungnya sembari menatap ke arah Heros yang tengah menatap tajam kearahnya.
"Apa yang kau inginkan dariku?!!" tanya Heros sambil menahan sakit pada dadanya.
"Berani sekali kau berbicara dengan nada tinggi pada tuanku!!!" Osute langsung memukul perut Heros dengan tongkatnya.
"Akhh!!"
Heros memuntahkan darah. Bahkan dengan pukulan biasa dari tongkat makhluk itu sudah bisa membuatnya terluka. Segitu kuatnya kah tongkat itu?
"Tuan, aku pikir Joura salah meramalmu. Mana mungkin siluman rendah ini dapat membunuhmu. Lihat saja dia sama sekali tak memiliki kekuatan apa-apa!"
Hanzai tersenyum mendengar perkataan tangan kanannya itu. Kemudian ia berjongkok mendekatkan wajahnya pada Heros yang terkapar di tanah tak berdaya.
"Jika aku membunuhmu sekarang, apa kau memiliki sebuah permintaan?" Hanzai menyunggingkan senyumnya lagi. Benar-benar wajah tampan dengan seringai yang menyeramkan.
Heros terdiam. Tangannya hanya mengepal. Namun ia tak mengucapkan apa-apa untuk menjawab pertanyaan konyol dari Hanzai.
Heros merasa dadanya makin sesak dan panas. Lukanya mungkin begitu dalam. Bahkan sebelum disentuh oleh Hanzai, dirinya mungkin benar-benar akan mati.
Apa ini akhir dari segalanya? Heros melirik kearah kanannya dimana Kara dan Akio menghilang. Kemudian ia tersenyum dengan sangat menyesal.
'Aku harap, kalian akan baik-baik saja tanpaku ….'