"Mau-mauan si Amel sama cowok males kerja begitu," pikir Rizal.
Dina berniat untuk mencari lowongan pekerjaan ke pabrik-pabrik. Ia berpikir mungkin ada pabrik yang mau menerimanya.
"Pak, apakah di sini masih ada lowongan pekerjaan?" tanya Dina kepada seorang satpam yang sedang bertugas.
"Lowongan pekerjaan? Untuk ibunya?" Dina mengangguk.
"Maaf Buk, pabrik ini hanya menerima pemuda dan pemudi," jelas satpam.
"Oh begitu, baik, terima kasih ya Pak." Dina berjalan lagi untuk melamar pekerjaan.
"Penampilannya, seperti orang kaya, tapi, kenapa dia mau melamar? Apa ibu tadi lagi prank?" pikir Haryono—satpam di pabrik Laurenz.
Dina yang kehausan, membeli minuman di sebuah warung kecil.
"Lu belum pulang?" Rizal mengira jika Nico telah pulang.
"Iya, gue belom pulang. Lu gak ngusir gue kan?" tanya Nico.
"Enggak kok, santai aja," ujar Rizal.
"Eh, ngomong-ngomong, kerjaan lu apa sih zal? Sampe bisa punya rumah segede ini?" tanya Nico penasaran.