Winda tidak mau melepas pelukan Seno walau sedetik saja, di sepanjang perjalanan dia terus memeluk Seno sambil memejamkan matanya. Winda berharap kalau bayang-bayang Seno yang licik bisa hilang dari ingatannya.
"Kamu mau makan apa habis ini?" Winda bertanya.
"Aku Cuma pengen tumis daging sapi sama nasi goreng buatan kamu."
"Nanti sampe rumah langsung aku masakin ya sayang." Ucap Winda lembut, "Kamu jangan tinggali aku lagi. Kalau kamu dinas ke luar kota aku tetep harus ikut. Gak mau tau."
Seno terkekeh pelan, begitu pun dengan pak Udin yang sedang menyetir.
"Pak Udin kemarin diem aja, sekarang udah berani ngetawain aku." Ucap Winda pada pak Udin.
"Maaf, Non. Kebablasan. Soalnya kemaren-kemaren kan non Winda nangis terus."
Winda semakin menenggelamkan wajahnya ke dada Seno. Aroma khas Seno yang menjadi favoritenya kini bebas kapan saja dia cium.
"Kok lama banget ya nyampe rumahnya." Ucap Winda tidak sabar untuk memasakkan masakan kesukaan Seno.