Ada-ada saja orang itu menyebutnya Penunggang Naga, mana ada orang semacam dia bisa menunggang Naga. Pasti mereka hanya membual semata. Batin Dash Hale aneh saat melihat beberapa kerumunan orang yang berada di pojokan kanan dari bar ini dengan mabuk dan membicarakan hal yang tidak jelas.
"Kita rayakan sepuluh tahun silam? Atau dua puluh tahun silam? Pertempuran Naga itu?" Ujar Salah satu pria gemuk yang sekarang menuangkan bir kembali ke cangkir besar yang di pegang oleh laki-laki yang di sebut Cendric.
Dash hanya bisa diam melihat tingkah laku mereka orang tua yang masih saja terlihat seperti anak kecil baginya.
"Dua puluh tahun silam rasanya wkwkw!" Ucap Cendric dengan tertawa terbahak-bahak.
"Bagaimana dengan naga mu, dimana dia sekarang?" Tanya Dash tiba-tiba yang tersulut oleh bercandaan mereka yang berada satu meja di pojokan kanan dari bar.
Sontak semua orang yang duduk bersama dengan Cendric itu langsung melihat kearah Dash dengan datar dan tanpa ekspresi.
"Halo, mana naga mu? Sang Penunggang Naga?" Ucap Dash lagi dengan nada yang agak mengejek ke arah Cendric.
Entah karena terbawa oleh emosinya semata atau karena penasaran hingga Dash sampai berani mengatakan hal tersebut pada segerombolan orang yang terlihat bar-bar layaknya pejuang bangsa Viking yang sudah pensiun.
"Wuahha hahah hahah!"
Namun mereka hanya tertawa sambil menunjuk aneh ke arah dimana Dash duduk.
"Bos izinkan aku memberikan pelajaran kepada bocah tengik seperti dia!" Ucap salah satu pria yang berotot besar dan berjanggut panjang, rambutnya di gelung dan di ikat tinggi ke atas seperti pemain sumo.
Namun saat pria itu hendak berdiri, Cendric melarangnya dengan menggelengkan kepalanya.
Dan pria itu hanya mengikuti arahan yang di berikan oleh Cendric.
Dash memalingkan wajahnya dari mereka dan kemudian meminum bir yang telah dia pesan tadi.
"Uhukkk uhuk!" Saat meneguk bir yang dia pesan, Dash tersedak dan terbatuk karena ini adalah pengalaman pertama baginya untuk meminum bir. Karena rasanya yang aneh di lidahnya sehingga dia muntahkan.
"Hahaha lihat!!! Tempat mu bukan disini! Pakai popokmu lagi!" Teriak dari salah satu mereka yang segerombolan yang sama dengan Cendric.
Dash makin emosi saat dia di katakan layaknya seperti anak kecil, dia bangkit berdiri dan kemudian menenteng tas nya. Dash memutuskan untuk keluar pergi dari bar tersebut.
"Dasar orang tua tidak berpendidikan, mana tahu dia tentang ajaran tata krama kepada orang lain!" Umpat Dash menggerutu di sepanjang perjalanan pulang nya.
Dia menggerutu tentang pendidikan sekolah mereka, namun dia sendiri saja tidak tahu rasanya bersekolah itu seperti apa.
"Hei Dash, ini Dagingmu!" Ucap George penjual Daging yang tadi sempat di pesan olehnya.
Dash dengan lesu berjalan ke arahnya, merogoh ke kantongnya dan mengeluarkan beberapa koin perak yang tadi di beri oleh Penjual barang antik.
"Hanya ini Tuan uang saya!" Ucap Dash sambil menaruh lima koin perak di depan George.
George yang melihat hal itu langsung mengembalikan lagi uang yang di keluarkan oleh Dash, dan meminta untuk menyimpan nya lagi.
"Tenang saja ini tadi gratis untuk kamu, ada lebihan banyak!" Ujar nya dengan raut wajah kasihan pada laki-laki yang terlihat kucel dengan tampilannya sekarang.
"Benarkah?" Tanya Dash tidak percaya, matanya membelalak dan senyum nya melebar saat dia bisa mendapatkan daging yang dia pesan secara gratis.
"Terimakasih Tuan George! Tuhan selalu memberkatimu!" Ucap Dash dan kemudian berlari pergi dengan raut wajah yang begitu sumringah bahagia.
"Amin" Jawab George mengamini apa yang baru saja tadi di katakan oleh Dash padanya.
"Semoga hidupmu kelak berubah!" Batinnya berdoa untuk anak laki-laki yang dia sering tolong dan bantu.
Dash dengan ekspresi senangnya itu melupakan semua kejadian yang berada di bar tadi yang sempat membuatnya jengkel, namun sekarang raut wajah bahagia itu telah kembali ke wajahnya.
"Bagaimana bajunya?"
Dash langsung terhenti, ekspresi wajahnya berubah datar, dan matanya melotot seperti jantungnya mau copot.
Dash membalikkan tubuhnya secara perlahan ke penjual pakaian yang menanyakan bajunya tadi.
"Aaa hmm itu.. Anu!"
"Sudah ku duga, hanya bocah sinting yang suka berkhayal!" Potong penjual pakaian itu langsung masuk ke dalam tokonya membiarkan Dash terpaku diam di depan tokonya.
Jantungnya yang hendak copot itu, rasanya sekarang malah sudah meledak akibat perkataan yang telah di katakan oleh laki-laki tua itu.
Dash dengan ekspresi datar dan kosongnya itu berjalan dengan perlahan meninggalkan toko pakaian.
Sepanjang perjalanan dia tidak mood untuk berlari jadi dia putuskan untuk berjalan saja, jadi sudah bisa di pastikan bahwa dia akan sampai di rumahnya dalam waktu tiga puluh menit ke depan.
Tiga puluh menit telah berlalu,
Rasa nya dia sudah tidak punya semangat hidup lagi, Dash berjalan dengan lemas tanpa ekspresi itu telah sampai di depan rumahnya.
Kakeknya yang sedang mencangkul di depan halaman rumah mereka itu bingung saat melihat ekspresi raut wajah dari cucunya itu begitu kusut.
"Hei Dash, ngapain itu wajah kok di tekuk gitu?" Tanya kakeknya penasaran dengan apa sebenarnya yang terjadi pada cucu laki-laki nya itu.
"Kakek ini ada daging rusa dan babi buat kakek, tolong di masak yang enak yah!" Jawab Dash dengan datar lalu menaruh daging tersebut di meja dekat dengan ruang tamu mereka.
"Aku mau istirahat di lumbung ya, jangan ada yang ganggu aku dulu!" Ujarnya lemas sambil berjalan menuju ke arah lumbung penyimpanan hasil panen mereka.
Dash masuk ke dalam ruangan tersebut, lalu menaruh kotak dari benda yang dia kira antik dan mahal itu di meja tempat biasanya dia menikmati makan. Dia memandang dengan agak kesal ke arah kotak yang berada di meja sekarang,
Dia langsung merebahkan dirinya ke tumpukan jerami yang sudah dia lapisi dengan selimut, yang akan membuat hangat siapapun yang hendak tidur di jerami kering tersebut.
"Ada apa sih sebenernya yang terjadi, kenapa semua yang aku pikirkan dan bayangkan tiba-tiba semuanya menjadi hilang dan tidak tergapai sama sekali!" Gumam Dash Hale sambil memainkan rambutnya sendiri.
Dia memejamkan matanya yang lelah dengan kejadian yang baru saja dia dapatkan hari ini. Dan karena dia sangat lelah, dengan cepat pun dia sudah terlelap dalam tidurnya.
———
"Dash... Jangan sampai pusaka itu jatuh di tangan orang lain, jagalah dengan nyawamu, aku tahu kamu pasti bisa melakukan tugas itu, karena pusaka itu adalah te.."
———
Dash langsung bangun dari tidurnya saat dia bermimpi sesuatu hal yang aneh. Dia seperti melihat bayangan sesosok seorang wanita yang dia tidak kenal itu berada di dalam mimpinya, serta memberikan benda antik yang katanya dia adalah pusaka yang harus di jaga dengan hidupnya.
"Siapa dia tadi? Apa yang akan di katakan olehnya tadi...!" Dash bingung dan masih berada duduk di atas jerami saat dia menyadari bahwa yang di mimpikan itu seperti sebuah kenyataan baginya. ..