Dash terlihat bingung mencari di mana-mana benda antik yang dia temukan di tengah hutan waktu itu. Hanya dia tinggal sebentar namun benda tersebut telah hilang dan tidak berada di dalam kotak yang sebelumnya dia tempatkan di bawah meja.
Raut wajah panik Dash Hale tidak bisa di pungkiri, karena dia menjadi parno sendiri setelah bermimpi di temui oleh seorang perempuan yang berbicara padanya untuk menjaga benda antik tersebut. Dan sekarang malah benda tersebut hilang dari tempat penyimpanan nya.
"Aduh bagaimana ini? Kalau hilang, aku benar-benar akan kacau!" Ucapnya sambil menggaruk kepala bagian belakangnya sambil mengintip di setiap sudut untuk memastikan kembali, siapa tahu benda tersebut menggelinding sendiri ke sebuah tempat.
Setelah membongkar beberapa tempat dan meneliti satu persatu dari setiap sudut, Dash masih belum bisa menemukan dimana benda antik tersebut.
Matanya langsung melotot lebar pada saat teringat akan kakaknya yang biasanya suka menjahili nya. Dengan cepat Dash langsung bergegas menuju ke rumahnya, perasaan dia tidak enak, takut terjadi sesuatu hal yang aneh-aneh. Meskipun dia agak kesal dengan benda tersebut, karena baginya dia adalah pembawa sial.
Namun disisi lain dia juga sangat menyukainya, karena itu adalah benda temuannya sendiri.
Dia masuk ke dalam rumah, dan disana sudah ada Kakeknya dan juga kakak laki-laki nya yang sedang menikmati makan malam mereka.
"Hei sini makan bersama!" Ucap sang kakek pada cucunya yang baru saja masuk dengan raut wajah yang panik bercampur dan basah kuyup karena keringat.
"Kalian apakah mengambil benda antik berwarna merah yang berada di dalam lumbung tempat biasanya aku beristirahat?" Tanya Dash kepada mereka berdua yang sedang menikmati makan malam mereka. Tentunya dengan daging yang di bawakan pulang oleh Dash.
"Owh maksud kamu itu?" Ujar Thomas sambil menunjuk ke arah ke arah tungku.
"Aaaaaa tidak!!!" Dash langsung berlari dan mengambil panci yang sekarang sedang berada di atas tungku itu. Yang membuatnya panik adalah bawah benda antik berwarna merah yang dia cari itu, sudah berada di dalam panci yang sedang di rebus di atas tungku.
Dengan cepat Dash langsung mengeluarkan Benda Antik tersebut.
Dia mengambil nafas lega pada saat ternyata bahwa air yang berada di dalam dandang belum mendidih sama sekali, rasanya siapapun yang menaruhnya ke panci dan hendak merebus nya itu, dia baru saja melakukan nya untuk beberapa menit. Untung saja tidak sampai mendidih.
"Lagian apa sih batu doang kok di simpan! Tujuannya itu di rebus agar bisa di pecah menggunakan palu itu, siapa tahu dalamnya ada sebuah emas atau harta karun lainnya!" Ucap Thomas dengan santai.
"Hah? Kalian tadi sempat memalukan palu yang berada di atas meja tersebut ke Benda Ini? Sumpah sungguh keterlaluan sekali!" Ucap Dash mulai emosi pada kakak laki-laki nya yang melakukan apa-apa tanpa izin atau bilang dulu pada Dash.
"Hisss apa an sih, lagian itu kan cuma baru kapur doang kan!" Jawab Thomas santai sambil memakan daging oseng sambal hijau, yang berada di depannya itu.
"Sudah, sudah jangan berkelahi terus. Ayo sini makan dulu!" Ucap Kakeknya mencoba menjadi penengah dari mereka berdua, sambil menawarkan makan malam pada Dash.
"Lain kali itu kalau mau ngapa-ngapain itu bilang dan izin dulu! Jangan seenaknya sendiri! Kalian makan sendiri aku lagi malas buat makan!" Ucap Dash dengan nada tinggi saat melihat ekspresi tidak bersalah dari kakaknya itu.
Dia menendang panci yang tadi Thomas gunakan untuk merebus benda antik milik adiknya.
Brakk
Dash keluar rumah dan menutup pintu dengan keras, menandakan bahwa dia benar-benar sedang emosi kepada kakaknya yang suka bertindak lancang tanpa di pikir terlebih dahulu.
Namun memang benar juga sih, bahwa yang sekolah pun belum tentu bisa benar-benar memiliki pemikiran yang lebih dewasa dari pada yang tidak sekolah sama sekali.
"Minta maaf pada adik mu itu!?" Ucap Kakeknya meminta Thomas agar menyesali perbuatannya kepada Dash.
"Nggak mau!" Jawab Thomas singkat dan kemudian memakan dengan cepat daging yang berada di depannya, lalu dia berdiri setelah selesai memasukkan semua daging oseng itu ke dalam mulutnya.
Tanpa mengucapkan kata, dia pergi keluar dari rumah dan meninggalkan kakeknya seorang diri duduk di ruang makan.
Memang sifat Thomas sangat berbeda dengan adiknya, Thomas memiliki kepribadian yang keras dan egois, namun dia kalau sedang baik dia akan menjadi baik sekali. Namun sekali menjadi orang yang keras, maka dia akan bisa keras melebihi itu.
Dash masuk ke lumbung dengan kesal sambil membopong benda antik berwarna merah yang berada di dalam pangkuan tangannya.
Dia duduk di atas kasur jerami miliknya, lalu melihat dengan perlahan ke arah benda tersebut, mengelusnya dan kemudian membersihkan nya dari beberapa kotoran yang menempel pada bagian luar dari benda tersebut.
"Sebenarnya kamu ini apa sih? Batu? Atau mungkin tabung harta karun? Atau..." Dash agak ragu saat ingin mengatakan kalimat selanjutnya yang membuat dia agak menjadi penasaran akan hal tersebut.
"Atau kamu adalah sebuah telur yang datang dari langit terus di berikan kepadaku? Haha!" Ucapnya dan tertawa pada dirinya sendiri.
Dia tertawa karena merasa aneh dengan dirinya yang tiba-tiba malah mengajak ngobrol benda mati itu.
"Aduh mendingan aku tidur saja hehe, kalau memang ini telur ya sudah pasti akan menetas lah, Kira-kira telur apa yah? Apakah singa? Aduh tolol singa itu melahirkan bukan sih? Hmmm atau ini telur alien?" Ujarnya sambil bergidik saat membayangkan jikalau itu adalah telur alien.
"Hmmm kalau memang kamu adalah sesuatu hal yang hidup, maka hiduplah bersamaku? Andai saja kamu bisa berbicara haha!" Ucapnya sambil tersenyum mengangkat barang antik berwarna merah yang dia pegang, tak sengaja Dash mengocok benda tersebut dan hendak mendengar apakah ada Isi di balik dari cangkang atau tabung lonjong yang mirip kerasnya dengan Batu.
Dia terkejut saat mengocok dan menggoyang kan—nya, karena seperti ada sesuatu di dalam dari benda antik yang dia pegang.
"Tidak-tidak, ini karena aku saja yang terlalu capek dan mengantuk. Sebaiknya aku istirahat saja!" Ucap Dash, kemudian merebahkan dirinya ke ranjang jeraminya yang membuat dia nyaman, karena tidur di atas jerami itu sangat menghangatkan.
Dia memutuskan untuk tidur bersama barang antiknya, yang masih dia belum tahu sebenarnya benda apakah itu. Dia merangkulnya dan seperti mengerami benda tersebut, untuk di ajak tidur bersama dengannya.
Malam itu adalah sebuah malam sejarah bagi Dash, karena besok dia akan menyambut pagi hari dengan sebuah kejutan yang akan membuat nya bahagia, jikalau dia merasa demikian.
Karena kekonyolan nya malam itu membuat benda antik yang dia pegang dan berada di peluknya sekarang menjadi bernyawa.
Ini adalah sebuah awal baru bagi kisah Dash Hale yang berasal dari sebuah desa terpencil di kota Mariana. Karena kehidupan nya akan berubah total setelah dia besok bangun pagi.
Semoga saja dia bisa memikul sebuah tanggung jawab yang begitu besar, karena menjadi dirinya adalah sesuatu hal yang tidak mudah di lakukan oleh banyak orang.
Namun dia dengan senang hati selalu menjalani kehidupan nya dengan penuh keceriaan dan tawa. Karena hanya dengan itulah dia bisa menyembunyikan rasa sakit di dalam hati yang dia rasakan.