Chereads / BROTHERHOOD : Pengorbanan seorang Kakak / Chapter 3 - Bintang kembali

Chapter 3 - Bintang kembali

Di negara Polandia....

Malam hari di apartemen mewah seorang pria tampan 38 tahun dengan tinggi badan 175cm, memiliki kulit sawo matang. Matthew Alexander 38 tahun, sedang menikmati angin malam Polandia dari penthaouse. Ditemani dengan segelas anggur merah sambil menghirup aroma yang khas di negara Polandia.

Kring...Kring... Kring....

Dering telepon berbunyi, Mathew berbalik lalu berjalan untuk mengangkat telepon yang ada di atas meja rumahnya.

"zejdę na dół (aku akan turun ke bawah)," ucap Mathew dengan menutup gagang teleponnya.

Setelah selesai dia langsung masuk ke dalam kamarnya, tak lama dia keluar dengan pakaian jas kantor yang sangat elegan dan memiliki kharisma di wajahnya. Di lobi dia sudah dijemput oleh asistennya untuk masuk ke dalam mobil.

"Czy on już tam jest? (Apa dia sudah ada di sana?" tanya Mathew duduk di kursi belakang sambil melihat asisten yang sedang menyetir mobilnya.

"w drodze (Sedang dalam perjalanan)," jawab asistennya dengan sangat ramah dan fokus mengendarai mobilnya.

Mathew melihat keluar kaca jendelanya, bintang-bintang di langit membuatnya menghela nafas seketika ada sesuatu yang membuat sesak di dadanya.

"Dia pasti sudah besar sekarang," batinnya sambil menatap bintang di langit.

Di restoran bintang lima yang ada di Polandia, dia bertemu dengan seorang pria tua dengan kacamata besarnya. Bos Rajmund atasan Mathew yang sangat tegas dan bijaksana.

"jedź do indonezji zajmij się tam moim biznesem (Pergilah ke Indonesia, urus bisnisku di sana," perintah Bos Rajmund kepada Mathew. "Jeśli możesz kontrolować kontynent azjatycki, zwłaszcza Azję Południowo-Wschodnią (Kalau bisa kuasai Benua Asia, termasuk Asia tenggara," lanjut Bos Rajmund kepada Mathew sambil meneguk segelas anggur merah.

" Dobrze proszę pana, wykonam twoje rozkazy (Baik Tuan, saya akan laksanakan perintah Anda," jawab Mathew tersenyum melihat Bos Rajmund.

Setelah pertemuan selesai, dia membantu Bos Rajmund yang sudah mabuk untuk membawanya ke mobil yang sudah siap. Selesai itu dia juga masuk ke dalam mobil, untuk balik pulang ke penthaouse.

"Przygotuj swój bilet do Indonezji (Siapkan tiket untuk ke Indonesia," perintah Mathew kepada asistennya.

"Dobrze proszę pana (Baik Pak)," jawab Asistennya dengan fokus melihat ke depan.

Mathew menyandarkan kepalanya ke kaca jendela mobilnya, lalu dia memejamkan matanya mengingat kejadian yang membuatnya terluka.

Di negara Indonesia...

Malam hari Andrew baru saja sampai rumah dan ingin membuka pintu, tiba-tiba Sonia datang menyambutnya dengan membawakan lauk pauk untuk dimakan olehnya. Rumah mereka jaraknya hanya lima langkah saja, itu yang membuat mereka bersahabat dari kecil.

"Andrew aku bawakan makanan kesukaanmu," ucap Sonia tersenyum lalu memberikan piring yang berisi orek tempe.

"Wah...Tahu saja aku belum makan, masuk tidak," Andrew sambil membuka pintunya dengan kuncinya.

"Tidak usah, aku kesini hanya ingin mengantar itu. Aku harus menjaga nenek. Dia sedang sakit," jawab Sonia menolak untuk masuk ke rumahnya.

"Sakit apa? Apa aku perlu kesana sekarang?" tanya Andrew dengan wajah cemas.

"Tidak usah, lagi pula dia sudah tidur. Aku pulang ya," pamit Sonia lalu pergi meninggalkan Andrew.

Andrew masuk ke dalam rumahnya yang sederhana, dengan ukuran 12x5m persegi. Rumah yang sangat rapi untuk ukuran pria dewasa, dia langsung pergi ke meja makan untuk menyantap orek tempe kesukaannya.

"Andai saja ada nasi hangat, pasti akan lebih enak," gumamnya dengan melahap orek tempe pemberian Sonia.

Saat sedang makan tiba-tiba ponselnya berdering, dengan cepat Andrew mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya dan mengangkat panggilan dari Malik rekan kerjanya.

"Kau sudah sembuh?" tanya Andrew sambil menyuap oreknya.

"Sudah besok aku akan masuk, ada laporan apa hari ini?" tanya Malik sedang tiduran di ranjang, sambil melihat istrinya yang sedang bersolek di meja riasnya.

"Tidak ada laporan yang penting, seperti biasanya saja," jawab Andrew kepada Malik.

"Ya sudah kalau begitu sampai ketemu besok," Malik mematikan panggilannya.

Setelah memanggil Malik 32 tahun meletakkan ponselnya di atas meja, lalu memanggil istrinya Cantika 29 tahun untuk tidur bersama.

"Cantikku kemarilah aku sangat merindukanmu," puji Malik sambil memanggil manja istrinya yang tampak sudah siap.

"Percuma saja kamu memanggilku seperti itu, aku sedang haid. Jadi maafkan aku," jawab Cantika tersenyum melihat suaminya yang tampak kecewa padanya. "Mas kapan ya kita punya anak, umur kita ini sudah tua loh," ucap Cantika sambil melangkah pergi ke ranjang.

"Menikah juga baru setahun, tenang saja. Jangan terlalu dipikirkan, lagi pula kamu juga baru dipindahkan tugas ke Polsek yang baru," jawab Malik sambil mendekap istrinya.

"Iya juga sih, kita jadi jauh sekarang. Tidak bersama lagi," keluh Cantika dengan wajah cemberut.

"Tidak apa-apa yang penting kan kita selalu bisa bertemu di rumah," jawab Malik menenangkan istrinya yang sedang mengeluh.

Setelah selesai mencuci piring, Sonia pergi ke kamar neneknya lalu dia memperhatikan wajah neneknya yang sedang tidur pulas. Rasa takut masih ada di benaknya saat dokter mengatakan kondisi neneknya yang memiliki penyakit ginjal.

"Bagaimana ya aku bisa membujuk nenek pergi ke rumah sakit," batinnya bertanya-tanya lalu berbalik pergi dari kamar neneknya.

Keesokan paginya Andrew bangun jam 05.00 pagi, lalu dia membersihkan diri di kamar mandi. Selesai mandi dia membuat kopi dan telur ceplok mata sapi untuk sarapan sebelum bekerja.

Tok...Tok...Tok...

Suara ketukan pintu terdengar ditelinganya, dengan cepat dia membukakan pintu dan ternyata Sonia yang datang pagi-pagi sekali ke rumahnya.

"Tumben pagi hari seperti ini kamu datang?" tanya Andrew sambil memegang spatula

"Ini bau apa, seperti ada yang gosong," ucap Sonia sambil mengendusnya.

"Telurku gosong," teriak Andrew lalu berbalik untuk berlari ke arah dapur.

Sonia tertawa kecil melihat kelucuan sahabatnya itu, lalu dia masuk dan kembali menutup pintu rumahnya. Di meja makan Andrew memasak ulang telurnya lalu mengajak Sonia untuk sarapan bersama.

"Kamu hari ini mulai kerja kan?" tanya Andrew sambil makan dengan nasi hangat dan telur mata sapi.

"Hm...Tapi ada yang ingin aku sampaikan," jawab Sonia dengan ragu-ragu sambil mengunyah makanannya.

"Katakan saja. Tidak perlu bertanya dulu, untuk apa hanya membuatku penasaran saja," ucap Andrew kepada Sonia yang sedang tersenyum menatapnya.

"Bantu aku membujuk nenek untuk mau pergi ke rumah sakit. Kamu kan paling bisa membujuknya," pinta Sonia kepada Andrew.

"Memang penyakitnya parah, sehingga harus pergi ke rumah sakit?" tanya Andrew dengan mencemaskan nenek Sonia.

"Ginjal," jawab Sonia dengan hati yang sedih dan pilu.

Andrew saat mengetahui itu semua sangat terkejut, lalu meyakinkan Sonia untuk mengandalkannya untuk membujuk neneknya pergi ke rumah sakit.

"Aku pasti akan membantumu, pasti! Jadi jangan khawatir ya," ucap Andrew meyakinkan Sonia.