Chereads / BROTHERHOOD : Pengorbanan seorang Kakak / Chapter 5 - Tugas yang berat

Chapter 5 - Tugas yang berat

Di depan ruangan komandan Agung, dia berdiri dengan ragu sebelum memasukinya. Lalu tidak lama dia mulai mengetuk pintu ruangan atasannya yang memanggilnya.

Tok...Tok...Tok.....

MASUK....!

Pak Agung berdiri saat melihat Andrew datang memasuki ruangannya, lalu memintanya untuk duduk di sofa yang ada di ruangannya.

"Silakan duduk di sana," Pak Agung mempersilahkan Andrew untuk duduk.

"Terima kasih Pak," ucap Andrew duduk di sofa.

"Kamu mau minum apa? Biar saya buatkan," tanya Pak Agung berdiri melihat Andrew.

"Tidak usah Pak, saya tadi sudah minum di luar," jawab Andrew menolak tawaran dari Pak Agung dengan tersenyum sopan.

"Baiklah kalau begitu, saya langsung saja ya," ucap Pak Agung sambil duduk di hadapannya. "Kamu sudah berapa lama jadi polantas?" tanya Pak Agung melihat Andrew.

"Sekitar dua tahun Pak," jawab Andrew sambil melihat Pa Agung yang ada di hadapannya.

"Terakhir kamu menangkap pengendara yang menggunakan narkoba kan," Pak Agung menegaskan kembali dengan mengingat-ingat.

"Betul Pak," jawab Andrew kepada Pak Agung.

***Flashback memori Andrew***

Malam hari saat Andrew sedang berjaga dipos polisi yang di pertigaan lampu merah jalan besar, Andrew keluar untuk melihat keadaan lalu lintas yang lancar dan dia berniat untuk masuk lagi ke dalam pos.

DUAAAARKKKKKKKKK....

Terdengar suara tabrakan mobil saling beradu, membuat Andrew dengan sigap langsung mendekati kejadian yang ada di depannya.

"MALIK CEPAT KEMARI!!!" teriak Andrew sambil berlari menuju mobil yang bertabrakan itu.

Malik yang ada dipos langsung menghubungi ambulance, untuk segera datang ke TKP. Andrew membantu orang yang ada di dalam mobil untuk keluar, untung saja tidak ada korban jiwa. Malik yang baru tiba, ikut membantu korban yang ada di mobil satunya.

"Pelan-pelan," ucap Andrew membantu pengendara wanita sendirian di dalam mobilnya lalu meletakkannya di tanah.

Dia menghirup aroma minuman dari tubuh korban terluka di bagian dahinya. Saat ingin menegurnya, seketika korban pria memarahi pengendara wanita itu.

"Heh lu tahu enggak salahnya lu! Lu pikir dong, ini kan jalan besar, dan lu itu melanggar karena sudah masuk jalan gua! Sialan banget lu," tegur Pria muda itu dengan emosi lalu merangkul pasangan wanitanya yang terluka di bagian dagunya. "Awas saja lu ya, sampai enggak mau tanggung jawab!" lanjutannya dengan emosi kepada pengendara wanita yang diam saja sambil memejamkan matanya.

Andrew meminta Malik membawa pasangan itu ke dalam pos sampai mobil ambulance tiba dengan melirik ke arah pos. Malik dengan sigap, langsung mengajak pria dan pasangannya untuk masuk ke dalam pos.

"Pak bisa ikut saya kita tunggu ambulance di dalam," ajak Malik sambil memegang lengan pria yang terus saja mengoceh.

"Awas lu ya kabur," ancam pria itu dengan penuh kebencian.

"Tenang saja Pak dia saya amankan juga," ucap Andrew meyakinkan korban yang terlihat kesal.

Wanita yang setengah sadar itu mencoba berdiri, namun dia terjatuh dan terjatuh lagi. Andrew semakin yakin bahwa wanita itu mengendarai mobilnya dengan keadaan mabuk.

"Anda mabuk ya! Boleh saya minta SIM dan STNK mobilnya," tegur Andrew sambil melihat wanita itu yang duduk di tanah.

"Saya tidak mabuk, jangan fitnah Pak polisi!" jawab wanita itu dengan nada orang mabuk. "Sudah tidak usah diperpanjang lagi, saya bisa memberikan Anda uang yang banyak. Tunggu ya saya ambil tas dulu di dalam mobil," lanjut wanita itu dengan sempoyongan dia bangkit lalu berjalan menuju mobilnya diikuti oleh Andrew di belakangnya.

Wanita itu membuka pintu mobilnya untuk mengambil tasnya yang berada di kursi belakang. Andrew memperhatikan dalam mobilnya, lalu dia melihat plastik bening yang berisi butiran obat yang ada di dekat pedal gas. Dengan cepat Andrew menyingkirkan wanita itu lalu memborgolnya.

"Kenapa saya diborgol," teriak wanita itu dengan emosi tangannya diborgol oleh Andrew.

Andrew mengambil plastik yang berisi tiga butir pil dan menunjukkannya pada wanita yang berusia sekitar 30 tahun.

"Ini apa?" tanya Andrew dengan menatap tajam wanita itu. "Pil ekstasi! Anda pengguna narkoba, dan harus ditahan karena telah membahayakan nyawa orang lain," lanjut Andrew menarik lengan wanita itu.

"Ampun Pak... Ampun. Tolong lepaskan saya," lirih wanita itu namun diabaikan oleh Andrew yang membawanya memakai mobil patroli.

***Kembali ke masa kini***

"Jadi bagaimana?" tanya Pak Agung melihat Andrew yang melamun.

"Ha? Apanya Pak?" tanya Andrew yang tidak mendengarkan perkataan atasannya.

"Iya jadi bagaimana kamu mau kan ditempatkan di bagian Satres Narkoba?" tanya lagi Pak Agung melihat Andrew.

Malik baru saja tiba di depan meja kerja Darwis, lalu dia menanyakan Andrew yang belum terlihat olehnya.

"Andrew ke mana sih? Kok jam begini belum datang juga," tanya Malik sambil melihat jam tangannya.

"Sudah dari tadi kali, dia dipanggil sama Pak Agung ke ruangannya," jawab Darwis sambil melihat Malik yang berdiri di depan meja kerjanya.

"Ada masalah apa memangnya? Kok bisa dia dipanggil ke ruangan Pak Agung," tanya Malik penasaran sambil duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Darwis.

"Aku tidak tahu, nanti saja tunggu Andrew keluar dari ruangan Pak Agung. Aku juga penasaran," jawab Darwis yang sama penasarannya dengan Malik.

Di dalam pesawat Mathew memandang pemandangan langit yang begitu cerah dari jendela, lalu dia mengeluarkan kalung liontin yang dipakainya dan memasukkannya lagi ke dalam kemejanya.

"Cały czas o nim zapominałam, więc nie powinnam narażać go na niebezpieczeństwo (Selama ini aku sudah melupakannya, jadi aku tidak boleh membuatnya dalam bahaya)," batin Mathew sambil menghela nafasnya.

Sonia menghubungi Neneknya yang ada di rumah, tapi nomornya tidak aktif. Membuatnya menjadi tidak tenang dalam melakukan pekerjaannya.

"Nenek ini sudah aku bilang untuk aktifkan ponselnya, masih saja mati seperti ini," gumam Sonia kesal dengan melihat ponselnya lagi.

Nenek Iyah yang sedang berbaring di ranjangnya, merasakan sakit di bagian ginjalnya. Lalu seketika dadanya sesak dan tak lama dia memejamkan matanya.

Merasa penasaran Sonia mencoba menghubungi Andrew, untuk menanyakan soal neneknya. Andrew yang baru keluar dari ruangan Pak Agung dengan cepat mengangkat panggilan dari Sonia.

"Ada apa Sonia?" tanya Andrew kepada Sonia sambil berjalan pelan.

"Nenekku bagaimana tadi? Apa dia mau diajak ke rumah sakit?" tanya Sonia dengan nada cemas.

"Aku sudah membujuknya, tapi dia menolak. Memangnya ada apa? Kenapa suaramu seperti itu?" tanya Andrew merasakan kecemasan Sonia.

"Aku tidak bisa menghubungi Nenek, bisa tolong kamu lihat sekalian patroli," pinta Sonia dengan penuh harap kepada Andrew.

"Iya sudah sekarang aku akan melihatnya, jangan cemas ya. Fokus saja dengan pekerjaanmu," jawab Andrew lalu mematikan panggilannya dan mulai melanjutkan perjalanannya.