Ketos yg sedang berjalan menuju ruangan di mana tempat pelaksanaan kegiatan OSPEK berlangsung, tiba-tiba langkahnya terhenti.
Ia memandang Anna yg sudah tergeletak di bawah, dengan cepat ia berlari menuju Anna.
'Duk ... duk ... duk'
langkah kaki yang sangat kuat, setelah sampai di tempat Anna, "Dek, dek bangun dek,"
ia terus menerus memegang pipi Anna dengan sapu tanganya, terlihat sangat enah bukan?.
"Dek bangun dek bangun"
Karena melihat Anna yg memang kondisinya sangat lemah sekali, akhirnya ia memutuskan untuk membawanya ke ruangan Uks.
Di saat ruangan OSPEK terdengar bising di saat itupun hening seketika ketika melihat ketos yg sedang mengendong seorang gadis yang tak lain adalah Anna, siswi gang di hukum lantaran keterlambatanbya.
"Itu ... tu bukanya ketos yh?" gumam Rubi kepada Nisa. Sontak hal itu membuat ia terdiam sambil mengengam erat tanganya menandakan bahwa rasa kecemburunya sedang meluap-luap.
"Ngapain si ketos! udah di tungguin juga," ujar Nisa yg langsung mengikuti ia ke ruangan Uks.
Disisi lain, sepanjang jendela penuh dengan ratapan wajah para siswi, yang menghayal andai saja diri mereka yg berada di posisi gadis itu.
"Eh, adik-adik ngapain kalian gitu! ayo semua kembali ke tempat duduk masing-masing" ujar kak Adit.
Nisa yang memegang roknya sampai di betis, berlari sekencang mungkin sampai-sampai ia terjatuh.
"Gedebukkkk," suara hentakan badanya yg jatuh ke lantai.
"Auu ... sakit ... ih"
Setelah itu ia kembali berdiri lagi. Aneh bukan? rasa sakit yg ia rasakan tiada duanya ketika ia terjatuh tadi, karena faktor kecemburuanya yang begitu besar.
Sesampai di ruangan Uks, Nisa langsung kaget setelah melihat ketos mengosokan minyak kayu putih ke hidung Anna.
"Bay kamu nie di tungguin juga!" ujar Nisa yang tiba-tiba menaikan nada suaranya. Hal ini membuat Bayu terkejut.
"Eh Nis, maaf yah soalnya nie anak pingsan tadi." Sambil tersenyum ke Nisa. Nisa yang melihatnya langsung membalikan badanya, "Auh ah ngk peduli!"
"Ulu-Ulu jadi ceritanya ngambek nie," ia pun berbicara sambil mengelus kepala Nisa.
Nisa yg tadinya terlihat marah telah membaik, dan ia pun membalikan badanya dan menghadap ke arah Bayu. Sambil menonjok perutnya.
'Buuuf' suara yg terdengar dari tonjokan Nisa ke Bayu.
"Auuh ... kok tanganku yang sakit!" ujar Nisa.
"Makanya ngk usah sok-sok kuat nonjok cowok, percuma juga nonjok ngk bakalan ke rasa kok malahan tangan kamu kan yang sakit," bisik Bayu padanya.
Anna yg masih terbujur lemah sampai sekarang, ia belum sadar.
"Bay antarin aku donk!"
"Kemana?"
"Ke rumah mau ganti rok"
"Emang rok kamu kenapa???
"Rokku sobek," dengan senyuman yang manja.
"kok bisa?"
"Yah karena kejar kamu lah!" dengan muka yg seketika berubah jadi bete.
"Hahahah ... iyiy sini aku antarin, tapi sebelum itu konsultasi dulu sama staf yg lain agar mereka tau jika aku sama kamu ijin dulu." Nisa yg menganggukan kepalanya pertanda bahwa ia setuju.
Setelah semua sudah di atur dan semua sesi berjalan dengan lancar Adit, dan Rubi menjenguk Anna yang masih terbujur lemah.
Tapi sebelum mereka sampai, Anna sudah siuman.
'Drekkkk,' suara pintu terbuka.
"Dek udah sadar yah?" ujar Adit.
"Ia kak, makasih yh udah nolongin."
"Bukan dia yg nolong kamu, tapi ketos kita," sahut Rubi.
"Oh ... begitu."
Anna yang sudah merasa baikan, mencoba menelfon Ayah untuk di mintai jemput.
"Assalamualaikum, ayah,."
"Waalaikumussalam iya nak, ad apa?"
"Ayah masih sibuk ngk?"
"Iya sayang, ayah masih lagi metting sama teman ayah, emangnya ada apa nak?"
"Ohw ... yaudah kalau begitu lanjutkan dulu kerja ayah, nanti aku minta jemput sama ade aja."
"Iya sayang, hati-hati yah,"
Telfon di matikan, Anna sengaja tidak memberitahukan kondisinya kepada ayah karena Anna tidak ingin membebani pemikiran ayahnya yg sedang sibuk bekerja.
"Anna dari Smp mana Sebelumnya?" tanya Rubi.
"Aku dari SMPN 23 kak"
Anna yang sambil menjawab pertanyaan dari Rubi, di saat itulah Adit menatapnya sambil ternseyum.
"Hey awas naksir kau sama dia!" Rubi yang mengejeknya tanpa rasa bersalah.
"Apaan si, kagetin aja" ujar Adit yan sudah tak bisa mengelak.
Adit pun langsung tersenyum malu pada Anna yang menatap nya. "Masya Allah, udah baik, kalem, manis, polos, ramah, sopan lagi, cucok banget jadi wanita impian," ujarnya dalam hati.
Diam-diam Adit menaruh perasaanya kepda Anna, tetapi ia hanya diam.
"Kak kegiatan OSPEKnya udah selesai yah" ?tanya Anna ke Rubi.
"Ia dek udah selesai"
"Enggak apa nanti besok baru kamu ikut yh, tapi ingat jangan telat. Nanti pulang di rumah istirahat yang cukup"
"Baik kak," dengan wajah yang riang, seolah-olah tak terjadi sesuatu padanya.
Anna, Rubi dan Adit keluar dari ruangan uks tadi.
Sesampai di ujung kelas, semuanya berpisah terkecuali dengan Adit. Adit yang setia menunggu Anna sampai penjemputanya datang.
Anna yang merasa cangung, kerap kali salah tingkah dalam bergerak. Dengan jarak yang bisa di bilang agak dekat, tak mengurungkan niatnya untuk mengajak Anna berbicara.
"Dek rumah kamu jauh yah dari sini?"
Anna yang dari tadi tinggal menatap ke arah bawah akhirnya berbicara juga.
"Iya kak lumayan jauh," sambil memegang ranselnya.
"Siapa yang jemput kamu?"
"Adikku," ujar Dila jawaban yang sangat irit.
"Oh kenapa ngk naik taksi aja dek?"
"Aku takut kak, heheheh," Sambil tersenyum malu. Adit yg menatap Anna merasakan kesejukan di hatinya, pasalnya selama ia berada di SMA ini ia tak pernah seakrab ini dengan cewek.
"Ya Allah, kak Adit baik juga yah, andai saja itu kak Malik pasti aku lebih senang," gumamnya dalam hati.
'Trengg ... Treng' suara getaran hp yg berasal dari tas Anna, ternyata yang menelfon ia adalah adiknya.
"Assalamualaikum kak, kaka di mana?"
"Waalaikumussalam dek, aku udah ada di gerbang samping sekolah, emang kamu dimana?"
"Aku di gerbang depan kak"
"Yaudah kalau gitu ade mutar ke samping ya"
"Ok kak, telfon di matikan.
Sesampai ia di gerbang samping, ia langsung bertos tangan dengan Adit, sontak hal ini membuat ia semakin kaget dan kebingungan.
"Weiiitss ... bro pa kabar?" ujar Rey adiknya Anna.
"Baik bro, kau sendiri apa kabar?"
"Baik, seperti biasa."
Anna langsung menanyakan hal ini ke Rey.
"Dek kamu kenal sama dia?"
"Ohw ini kakak kamu yah?sembari tersenyum ke Anna.
"Ia ini kakak aku"
"Ia kak aku kenal sama Adit, Adit ini teman ngumpul aku kak," sahut Rey.
"gitu yah, yasudah ayuk kita pulang." Ajak Anna.
"Bentar-bentar," suara Rey yang langsung membuat Anna kaget.
"Ada apa?"
"Kok kaka bisa sama Adit? Pacaran Yah"
"Dek kamu nie apaan sih, kak Adit ini kakak kelas aku, kebetulan tadi mereka yg temanin kaka pas di Uks" ujar Anna.
"Uks?" Rey kaget mendengar ucapan itu, "Siapa yang sakit, kakak sakit yh? kok ngk kasih kabar di rumah" ujar Rey yang panik.
"Ia tadi Anna pingsan makanya di bawah ke Uks," Adit tak menyangka betapa pedulinya Rey ke Anna.
"Kenapa bisa pingsan kak? pasti karena kecapean yh, kan kakak sudah di bilangin sama mama dan ayah jangan terlalu capek, kan jadi gini akhirnya!" dengkul Rey yang kesal.
Rey yg nampak khawatir terhadap kakanya membuat Adit sahut padanya. Tak di sangkah betapa pedulinya ia terhadap Anna.
"Iya, kakak tau kok tapi allhamdulillah kakak udah mendingan" Anna mengalihkan pembicaraan agar Rey tak begitu panik.
"Terus siapa yg membawa kakak ke Uks?"
"Kakak juga ngk tau."
Tiba-tiba Adit memotong pembicaraan mereka berdua.