"Jadi gini, yang menolong kamu adalah Bayu."
Anna yang mendengar ucapan Adit langsung menanyakan pria yang telah menolongnya itu.
"Bayu?" sembari mengerutkan dahi, dan berusaha keras memikirkan siapa Bayu itu.
"Bro, Bayu itu siapa?"
Adut melanjutkn pembicaraanya.
"Jadi Bayu itu ketua osis di sini,"
"Oh ketua Osis," Anna legah mendengarnya.
"Yaudah kalau gitu aku dan kakaku pamit yh, bro nanti main ke rumah, lagian hari juga sudah semakin sore nie."
"Ok bro!" ujar Adit.
Sesekali ia menatap ke arah Anna, sedangkan
Anna juga demikian.
'Tiiit .... Tiiit'
Suara klakson motor milik Rey, setelah semunya kembali, di perjalanan pulang, Rey menanyakan keadaan Anna yg masih terlihat agak pucat dan lemas. Sementara itu, Anna yang di gonceng hanya terdiam memikirkan siapa Ketos yg bernama Bayu itu. Di saat ia serius memikirkn Bayu, Rey yang hanya melihat kakaknya dari kaca spion motor mengagetkannya. Ia menggerakan bahunya yg sebelah kiri di mana tempat sandaran kepala Anna.
"Kak-kak, kok ngelamun si? kakak masih ngerasa pusing yah?" tanya Rey yang masih cemas dengan keadaan kakaknya.
Pertanyaan yang sama telah di lontarkan Rey sebanyak 3 kali. Namun, Anna belum menjawab malahan ia masih terdiam dan merenung.
Hal ini membuat Rey menghentikan motornya, saat motor telah berhenti di pinggir trotaor, Anna yang baru sadar dari melamunya tadi langsung bertanya ke Rey.
"Dek kok berhenti dsini, kan rumah kita masih jauh?" Anna nampak kebingungan. Rey yang tak menjawab pertanyaan kakaknya itu langsung meraba testa Anna.
"Allhamdulillah ngk panas!" ujar Rey.
"Panas? siapa yg panas!" tnya Anna.
"Habisnya kakak di tanya dari tadi ngk di jawab, diam bae."
"Wess ayo lanjutin jalannya!" ujar Anna.
"Ok kak"
Di tengah perjalanan Anna menanyakan sesuatu kepada Rey mengenai Adit.
"Dek, kak Adit itu orangnya kek gimana?"
sambil memeluk erat badan adiknya itu.
"Ohw Adit, baik kok anaknya. Emang kenapa kak?"
"Ngk sih, kakak cuman pengen tau doank!"
"Alah biilang aja kakak naksir kan sama dia?"
Anna yang mendengar ucapan itu dari adiknya, membuat ia tersipu malu. Dan berhenti menanyai Adit.
"Di rumah aja kak baru aku ceritain"
Terdengar helaan napas dari Anna.
Beberapa menit kemudian akhirnya mereka pun sampai di rumah.
Terlihat dari arah kejauhan Rey dan anna melihat sosok wanita yang begitu mereka cintai, rupanya ia adalah ibunda tercinta yg telah menunggu mereka pulang.
"Ma"
Suara Anna yang masih di atas motor, dari arah kejauhan sambil melambaikan tangan.
Setiba di depan rumah.
"Assalamualaikum mama," sahut Anna dan Rey dengan kompak.
"Waalaikumussalam, kenapa baru pulang nak?" perasaan yang risau di rasakan Mama.
"Tuh! kak Anna tadi pingsan Ma, di sekolah, terus siumanya agak lama." Ujar Rey.
"lah, kok gitu? kenapa kakak ngk kasih tau Mama!" terlihat Mama yang langsung panik.
Anna yang saat itu tidak memberi jawaban ia hanya terdiam mendengar ucapan mamanya. Bersikap seolah-olah tidak ingin merepotkan siapapun.
"Ngkpp kok Ma! Anna udah baikan kok, jadi Mama ngk usah khawatir sama aku yh" Anna mencoba menyakinkan mamanya tersebut.
"Tapi, lain kali jangan gitu yh nak! Mama kan jadi khawatir sama kamu" ujar Mama yang tak ingin kejadian buruk menimpa putrinya itu.
"Tau nie kakak! kenapa ngk kasih kabar ke aku dan Mama, kan jika kita tau nanti kita ke sekolah kaka, bdw Ayah udah tau belum kak?"
"Ngk usah bilang ayah nanti ayah malah kepikiran lagi sama aku, please yh Ma! dek! kakak mohon."
"Yasudah kalau gitu kakak mandi trus makan yh nak" ujar Mama yang langsung mencium testa anna.
"Siap Ma!"
keluarga Anna adalah keluarga yang hidup dengan kebutuhan yang sangat layak, di mana Ayahnya adalah salah satu pimpinan dari beberapa perusahaan ternama yang ada di Jakarta maupun di luar Kota. Begitupun dengan Ibunya yang juga mempimpin 3 perusahaan atas peninggalan dari kedua orang tuanya. Namun, hal ini tidak mengurangi kesibukan mereka untuk selalu memperhatikan anak-anaknya. Selain itu, tak ada satu pun teman yang tahu bahwa Anna dan Rey adalah ornag yang berada. Semua identitas mereka, di sembunyikan dengan baik-baik.
Selain orang tuanya sibuk tetapi Anna dan Rey tahu diri. Kedua orang tuanya tak membebani pikiran Anna dan Rey.
Jadi tak heran kan? jika keluarga mereka adalah keluarga yg sakinah mawadah warohmah.
Di balik itu juga, tak ada rasa sombong pada diri mereka. Apalagi niat buruk walau sekecil apapun tidak timbul pada pendirian mereka. Keluarga ini ibarat padi semakin ke atas semakin menunduk.
Sesampai di kamar, Anna langsung mandi dan beres-beres. Beberapa menit kemudian semuanya telah usai kini saatnya ia menerima jawaban dari Rey mengenai Adit.
'Duuukkkk duuuukkkk'
langkah kaki Anna menuju ke luar kamar.
"Ade, kamu dimana si?"
"Dek ... Dek ... Dek"
"Yah kak, ada apa? aku di ruang lukis," sahut Rey yang menjawab dari atas tingkat.
"Iya kakak kesana?"
Dari arah belakang nampak suara seseorang, teryata itu adalah suara ibunya yg menegur Anna.
"Ada apa sih, kak! kok teriak-teriak begitu emangnya ada apa?" Mama yang begitu penasaran.
Anna yang mendengar kata mamanya langsung tersenyum malu seakan-akan ada yang ia tutupi.
"Eh Mama, hehehehe ... ngk ada apa-apa kok ma!"
"Dih-dih anak mama yg cantik ini kenapa senyum-senyum sendiri, nahloh ada apa yah?"
"Ngk kok Ma, ngk ada apa-apa, Anna hanya ingin tanya sesuatu sama Ade" ujar Anna dengan wajah yang mulai memerah.
"Yaudah kalau gitu, Mama mau lanjut kerja dulu yah sayang"
"Ok Ma."
Selepas itu ia pun menemui adiknya yang berada di lantai atas tempat ruang lukis bagi keluarga itu.
'tok tok tok' suara ketukan pintu dari luar.
"Dek aku masuk yah"
"Masuk aja kak, kamarnya ngk di kunci kok," sahut Rey.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam"
Rey yang saat itu sedang melukis akhirnya terhenti sesaat kedatangan kakaknya.
"yeh kak ada apa?"
"Ade lupa yeh yang di motor tadi?"
"motor?"
Anna meyakinkan kembali ingatanya.
"Ohw itu, yang pertanyaan kakak mengenai kak Adit"
Anna langsung mengangguk.
"Ohw iya-iya! ada apa emangnya kak?, emang itu wajib aku ceritaain yah! cie-cie kakak nie, aku curiga deh" Rey sangat mengusili sang kakak.
Wajah Anna pun memerah, senyuman malu- malunya terlukis di wajah.
"Kan ade udah janji sama kaka mau ceritain dia"
"Tapi, kok kakak malah maksa yah buat aku ceritain, cie kaka!"
"Apa sih dek"
Anna pun semakin malu, wajahnya tambah memera.
"Nanti aja yh kak, lagian aku juga lagi lukis nanti yg ada konsentrasi aku malah terganggu"
Rey pun melanjutkan lukisanya. sebetulnya ia tak serius melukis ia hanya ingin mengerjai kakaknya saja.
"Dek ayolah please, Dek"
desakan Anna tetap tak mempan, ia gagal untuk membuat Rey menceritakan Adit. Di dalam hati Rey, ia tertawa melihat keadaan kakanya itu yang selalu memaksa ia untuk tetap mengatakan sesuatu tentang Adit.
"Hahaha hahha" sembari menatap Anna.