Ini pertama kalinya aku akan naik kereta api, kata Mbak Syakila sangat nyaman dan tidak membuatku mabuk, bahkan bisa tidur nyenyak katanya. Aku memang sering mabuk kendaraan jika naik mobil atau bis.
Senangnya katanya aku akan diajak jalan-jalan ke Monas kalau sudah di Jakarta.
Dulu aku hanya bisa melihat Monas dari televisi, sekarang aku akan datang ke Jakarta dan bisa melihat Monas kapanpun yang aku mau, menara emas itu membuat aku penasaran. Monas kan ujungnya mirip emas jadi kadang aku menyebutnya menara emas.
Dalam kereta aku dan Mbak Syakila terus mengobrol agar waktu cepat berlalu.
Kami duduk di gerbong tiga, dekat jendela dan toilet biar tidak jauh-jauh kalau mau setor anu.
"Mbak Syakila, serius mau ngajak aku ke Monas? Ya, Allah aku senang banget. Jakarta itu keren banget, sudah jadi impianku sejak kecil ingin mengais rezeki di Jakarta."
"Kontrakan Mbak tidak terlalu jauh dari Monas, setiap libur kerja kita bisa jalan-jalan keliling Jakarta. Selain ke Monas, Aryna ingin ke mana lagi?" Mbak Syakila bertanya padaku sambil ngemil kacang, minumnya teh hangat.
"Ke mana pun, Mbak Syakila asal jalan-jalan aku sudah senang, Mbak kan tahu sendiri Aryna di desa hanya di rumah dan di rumah saja tidak pernah keluyuran, paling main ke rumah Wulan doang, nasibku hidup bagaikan katak dalam tempurung," gumamku.
Mbak Syakila tertawa ia berkata, "Sekarang kodoknya lepas, awas dimakan ular!"
"Tenang, sang katak punya pelindung yaitu harimau. Mbak Syakila kan mirip macan!" Aku tersenyum puas meledek Mbak Syakila balik seraya mengupas kulit kacang.
"Insyaa Allah, Mbak Syakila akan selalu jagain kamu adikku. Eh, maksudnya macam itu galak atau manis cantik? Pasti manis dan cantik, dong?" jelasnya terlalu percaya diri.
Aku dan Mbak Syakila kelelahan mengobrol kami pun menutup mata berusaha untuk tidur jika itu bisa, kalaupun tidak bisa aku bisa mengintip pemandangan dari balik jendela kereta api yang terlihat indah.
Aku menatap wajah ayu Mbak Syakila yang tertidur terlelap.
"Aku sudah tidak sabar, ingin rasanya cepat sampai di Jakarta, kota impian aku datang!" gumamku lirih.
"Turun di mana Mbak?" tanya seseorang yang duduknya di depanku, dia laki-laki kekar.
"Stasiun Senen," sahutku merasa sedikit takut ngobrol dengan orang asing.
"Oh, mau ke Jakarta, sama dong! Boleh kenalan, aku Bryan!" ucapnya seraya senyum sok tebar pesona di hadapanku.
Ia mengajakku kenalan, dari tadi perasaan sibuk main handphone dan ngopi tanpa bicara apapun, sekarang Mbak Syakila tidur malah ngajak kenalan. Kenapa? Heran, mungkin Mbak Syakila benar-benar macan jadi cowok takut sama dia soalnya gadis tomboy.
"Namaku Aryna," jawabku singkat.
Namun aku menolak bersalaman, takut ketahuan jika tanganku gemetaran jika mau berjabat tangan.
"Maaf bukan muhrim," kataku menolak dengan sopan lalu pamit ke toilet agar dia tidak bertanya-tanya lagi.
Senangnya sebentar lagi sampai, kata Mbak Syakila paling jam tujuh malam sudah sampai di Jakarta, artinya tinggal dua jam lagi. Aku Aryna tidak sabar lagi bertemu kamu Jakarta, im coming!
"Setelah kerja, ada uang selain kirim uang ke orang tua, aku ingin beli ponsel, ingin jalan-jalan, beli baju baru, sepatu baru, tas baru, dan aku juga mau nyobain kuliner yang enak-enak. Aku sudah tidak sabar untuk melakukan itu semua, rasanya pengen nyobain kerak telor juga, katanya enak.
Makanan di Jakarta khas Betawi kali ya, jadi berkhayal memakan semua makanan.
Bayangkan ada hidangan spesial seperti pas hari ulang tahun Jakarta katanya menyediakan beberapa jajanan tradisional, ya ampun ngiler. Siapa tahu aku juga bisa bertemu dengan tokoh masyarakat, Bapak Anies Baswedan, dan siapa tahu juga aku bertemu dengan Bapak Prabowo, atau mungkin bisa bertemu orang nomor satu di Indonesia siapa lagi kalau bukan Bapak Jokowi.
Jika bertemu artis, biasa saja tidak ingin lebay minta poto bareng dah, di sosial media mungkin banyak yang benci dengan tokoh-tokoh masyarakat yang dianggap mengecewakan mereka.
Mungkin mereka lupa bahwa berharap pada manusia bisa terluka, bisa kecewa karena berharap sebaiknya pada Allah saja.
Kadang aku heran, kenapa orang doyan bully di sosial media? Sadar atau tidak mereka hanya menimbun dosa, menumpuk dosa, keuntungannya hanya kepuasan doang setelah menghina dan mencaci.
Dia pikir bersembunyi dibalik akun palsu bisa seenak jidat mengetik kata-kata kasar, dia pikir menghujat dibalik akun palsu aman, padahal mau bersembunyi di seribu akun palsu pun Allah akan tetap tahu.
I hate bullying! Aku benar-benar tidak suka orang-orang yang suka bully baik secara langsung ataupun di sosial media.
Dua-duanya ada dampak negatifnya, jika yang dibully strong, does not matter! Bagaimana jika yang dibully mentalnya lemah apa tidak stres, fatalnya bunuh diri! Itu lah mengapa Korea Selatan mengalami kasus bunuh diri terbesar sedunia, di sana bully sudah dianggap hal biasa, belum berhenti sampai orangnya mati, mungkin.
Beruntung aku tinggal di Indonesia, warganya strong! Meskipun begitu bukan berarti tidak ada kasus bunuh diri, pasti ada.
Indonesia selain bermacam suku, budaya, dan bahasa, pun beraneka ragam agama.
My religion is Islam, from my heart, aku sangat beruntung mengenal Islam meskipun ketika lahir ayahku berbeda agama dengan ibuku. Namun Alhamdulillah ayah sudah mualaf sejak aku kecil dulu.
Aku yakin, setiap agama mengajarkan kebaikan. Apapun alasannya meskipun tidak suka, meskipun benci, tetaplah jaga hati, jaga lidah dan jaga jari.
Don't insult other people, or judge other people's mistakes. If you don't like it better shut up, menurutku demikan.
Teringat masa kecilku yang dibully, aku hanya bisa menangis dan mengadu kepada ibuku.
"Gendut, kaya badut, jelek!" Begitulah kalimat ejekan itu, aku sampai tidak mau makan.
Padahal itu masih kecil, masih duduk di sekolah dasar, masih sangat-sangat polos.
Ibu memberikanku pengertian, jika makan adalah untuk nutrisi tubuh, tubuh akan sakit jika tidak mau memakan apapun, ia juga berpesan jadi orang tidak boleh gampang sakit hati, karena hidup tetap berjalan jadi jangan hiraukan kata-kata negatif. Gendut bukan berarti jelek, big is beautiful! Terpenting inner beauty, kecantikan dari dalam hati.
Makanan sehat diperlukan, meskipun kami orang tidak punya, tapi lauk-pauk seperti tempe yang mengandung kalsium, fosfor, thiamin, vitamin B12, serta retinol yang jumlahnya jauh lebih tinggi ketimbang daging sapi. Tempe juga mengandung karbohidrat, serat, riboflavin, niasin, asam pantotenat, piridoksin, dan biotin yang tidak ada dalam daging. Tempe makanan higienis sehat, dan murah meriah kan? Sayuran pun ibu selalu memasak untukku, sup, bayam, sawi, dll.
"Kamu ngapain berdiri disitu?" Mbak Syakila mencariku ia sudah bangun tidur ternyata.
"Aku habis dari toilet Mbak, terus pengin berdiri di depan pintu, hehe …."
"Ayo, kembali duduk jangan berdiri disitu bahaya! Kebanyakan melamun nanti kesambat,, atau kamu ingin beli sesuatu?"
"Nggak Mbak," sahutku.
Semua ingatan dan khayalanku bubar langsung ketika Mbak Syakila datang.