Wajahnya mengapa seolah-olah ada di depan mataku? Bukan tidak suka, tetapi suka sekali. Namun buat apa jika hanya bayangannya saja? Membuat jantungku berdetak lebih kencang rasanya tidak jelas. Mas Hari Abimanyu mengapa kamu selalu berputar-putar di kepala aku? Rindu di hati ini menumpuk.
Pesan dari Mas Abimanyu masuk. Kontak nama Mas Hari Abimanyu aku beri nama Mas Yuyu. Ia kirim pesan, "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Mery. Kamu sedang apa??
""Mas Hari Abimanyu memanggilku Mery, jadi aku sudah dinobatkan jadi anak itik sekarang? baiklah, terserah!"
Namun aku tetap membalas pesan Mas Hari Abimanyu.
"Waalaikumsalam Mas Yuyu, ada apa? Aku sedang santai."
"Alhamdulillah dibalas, cuma tes aja ini benar nomor kamu atau bukan, gitu. Senang deh, punya teman cewek sebaik kamu, bawaannya gemes pengen cubit pipi kamu!"
Aku senyum-senyum sendiri, baca pesan dari Mas Yuyu, apa dia suka denganku? Entah! Lebih baik aku bersikap biasa saja.
Pesannya masuk lagi, "Kok, tidak dibalas? Marah? Jangan ngambek dong tuan putri. Besok, kita jalan yuk! Nonton bioskop, mau tidak? Jangan lama-lama balasnya nanti aku diambil orang, kamu sedih."
Aku melompat girang.
"Asyik!"
Mbak Syakila heran melihat wajahku yang aneh. "Kamu kenapa? Sampai lombat gitu, mending tidur sana! Besok pagi mencuci pakaian banyak, tuh!."
"Iya, sebentar lagi."
Aku harus jawab apa ke Mas Yuyu? Menolak tidak mungkin, tapi jika berdua aku malu, bisa mati berdiri jika berdua dengan dia, solusinya ngajak Mbak Syakila itu paling betul.
"Nonton bioskop? Mau sih, tapi aku malu jika berdua doang, kalau tidak keberatan aku ngajak Mbak Syakila juga, setuju tidak?"
Setahuku jika nonton bioskop memang rame-rame sih, tapi kalau di sebelahku Mas Yuyu, jantungku bisa lepas, terlebih durasi film tidak sebentar, bisa benar-benar mati gaya tidak berkutik.
Semoga saja Mas Yuyu setuju. Alhamdulillah dia membalas, "Boleh, kita bertiga tapi apa Mbak Syakilanya apa mau? Jika ia tidak mau jangan dipaksa, biar kita berdua yang nonton film, semoga sih, dia nggak mau biar kita bisa berduaan."
Dasar Mas Yuyu pengen nyari kesempatan, maunya berduaan, tapi aku tidak akan kasih celah untuk kamu bisa dekat-dekat dengan aku kalau hanya berdua, aku takut.
Pagi, siang, dan malam hatiku tak menentu selalu ingat Mas Hari Abimanyu, terbayang senyumnya, wajahnya, isi kepalaku hanya ada dia, inikah yang namanya cinta?
Sungguh kadang membingungkan, semua jadi serba salah, jadi malu sendiri.
Rasanya tidak sabar menunggu hari esok.
***
Sesuai yang dikatakan Mas Hari Abimanyu, aku lebih awal mengerjakan tugas mencuci baju sebelum pergi jalan-jalan sama Mas Yuyu, begitupun dengan Mbak Syakila dia juga sudah selesai mencuci pakaian, kami sudah beres-beres dan sudah mandi tentunya, tidak lama Mas Yuyu alias Mas Hari Abimanyu datang menjemput.
"Kamu naik apa, Abi?" tanya Mbak Syakila.
"Mobil, kalau naik motor gak muat kita kan bertiga," ujurnya.
"Kalau naik motor muat aja, nanti aku bonceng di belakang ban hehe …."
"Dasar kamu!" Mas Yuyu narik hidung aku.
Mbak Syakila langgung bertanya ke Mas Hari Abimanyu, "Kamu suka sama Aryna? Dia itu anak baik, masih polos, jangan macam-macam atau berurusan sama aku kakaknya!"
Wajahku dan wajah Mas Yuyu memerah, kami merasa malu ketahuan saling suka.
"Aku izin buat jagain Aryna, boleh? Dari awal bertemu aku memang sudah suka sama dia."
Apa-apaan ini? Masa dia nembak aku didepan Mbak Syakila, aku makin malu aja.
"Maaf banget Mas Yuyu, aku masih kecil dan tidak mau pacar-pacaran dulu, nanti orang tuaku di kampung marah, aku disuruh fokus dulu cari uang yang banyak untuk masa depan," sahutku menolak cinta Mas Hari Abimanyu.
"Aku ngerti, dan siap nunggu kamu sampai siap, tapi jangan menghindari aku kita tetap seperti biasanya, ayo berangkat!"
Karena mobil tidak bisa masuk gang, kami berjalan sampai ke parkiran.
Dalam hati aku merasa bodoh sekali, mengapa tadi sok menolak cinta Mas Yuyu? Padahal jelas-jelas aku suka sama dia. Namun bagaimana lagi pesan dari ayah dan ibu masa aku langgar? Toh, mereka melarang juga demi kebaikanku sendiri.
Mas Hari Abimanyu coba jangan ngajak pacaran, ngajak nikah gitu kan lebih so sweet, Insyaa Allah langsung aku terima kalau ngajak nikah.
Aku hanya tidak ingin melakukan kesalahan seperti Mbak Syakila dulu, bahkan dia sudah bertunangan tapi ujungnya gagal, terlebih sudah melakukan first kiss dengan calon suaminya.
Terkadang kita susah mengendalikan hawa nafsu, tetapi kita bisa mencegahnya dengan tetap jaga jarak dan jangan terlalu dekat dengan lawan jenis, jangan mau diajak berduaan karena yang ketiganya adalah setan.
Kami sudah sampai di mall besar, wah ini adalah pertama kalinya aku menginjak bangunan sebesar ini, di desa tidak ada soalnya. Mungin di kota Cilacap ada, hanya desaku jauh sekali toh, tidak ada uang buat beli tiket cuma sekedar nonton film.
"Aku pesan tiket dulu, ya? Filmnya aku yang pilih," ujar Mas Hari Abimanyu.
Aku cemas itu orang mau beli film apa? Harusnya tadi aku saja beli biar nonton kartun atau kisah pertualangan gitu, kan seru.
"Mas Yuyu beli tiket untuk film apa?" tanyaku
"Aku beli tiket film romantis, biar kamu bisa belajar bersikap romantis sama pasangannya, umurmu sudah lebih diatas 17 tahun bukan anak kecil lagi, masa dilarang pacaran?" Mas Yuyu menatap mataku dalam-dalam.
"Jangan melotot begitu aku tidak suka! Umur 18 tahun masih kecil lah, ayah dan ibu kasih izin untuk menikah di umur 24 tahun," jawabku sewot.
"Oh, gitu berarti lima tahun lagi dong? Aku siap menunggu. Soalnya hati Mas Yuyu sudah kecantol sama hati Mery ...."
Aku berpikir apaan sih Mas Yuyu, tidak malu apa bicara begitu di depan Mbak Syakila, sudah gitu di depan umum lagi.
Aku tidak mau menanggapi perkataan dia, lebih baik duduk sambil minum es biar seger.
Tiba-tiba Mas Yuyu duduk dekatku mepet, aku langsung mendorongnya menyuruhnya pindah, sebab banyak kursi kosong.
Pokoknya tidak aku beri kesempatan untuk nempel.
"Sudah terima saja cinta Abi, dia anak yang baik kok, setahu Mbak Abi juga belum pernah pacaran sama kaya kamu. Kalau kalian jodoh Alhamdulillah, semoga sih, jodoh. Saling setia, saling percaya dan saling melengkapi itu kunci dari suatu hubungan, jika ada yang berbohong atau selingkuh pasti ujungnya pisah tidak jadi menikah" Mbak Syakila bicara begitu ketika Mas Yuyu ke toilet.
"Mbak Syakila tahu sendiri aku ke Jakarta untuk cari uang, bukan cari pacar.
Pacaran tidak anjurannya, itu hanya budaya barat, kalau Mas Yuyu jodohku pasti kamu bersatu suatu saat nanti."
"Saat ini kamu bisa bilang begitu, awas jangan sampai kemakan omongan sendiri terus tiba-tiba jadian sama Abi, lebih baik kalian kalau mau pacaran izin ke aku, biar Mbakmu bisa memantau."
Iya, tapi aku takut kalau melanggar pesan ayah," kataku menunduk.
"Kalian jangan pacaran tapi ta'aruf aja, tapi inget tidak boleh berdua-duaan sama Abi, pokoknya kemanapun kalian pergi Mbak Syakila harus ikut," herdik Mbak Syakila.
Waktu cepat berlalu, setelah nonton film Mas Yuyu mengantar aku dan Mbak Syakila pulang ke kontrakan, dan hari terindah sudah usai bayangan wajah Mas Yuyu selalu menghantui.