Chereads / REBUTAN CINTA / Chapter 11 - MIMPI INDAH

Chapter 11 - MIMPI INDAH

Ini pasti mimpi? Aku sudah jadi pacar Mas Hari Abimanyu. Aku beberapa kali mencubit pipiku ketika sudah di kontrakan. Sadar Aryna jangan bermimpi indah terus. Bangunlah! Aduh, sakit ternyata ini bukan mimpi loh.

"Kamu kenapa?" tanya Mbak Syakila.

"Aku baru jadian sama Mas Hari Abimanyu, barusan. Namun rasanya seperti mimpi," ujarku berkata jujur pada Mbak Syakila Wulandari agar dia tahu.

"Apa kamu bilang sudah pacaran maksudnya dengan Abi? Selamat Aryna, akhirnya status jomblo kamu gugur juga," ledek Mbak Syakila Wulandari nakal.

"Jadi Mbak, senang aku punya pacar sekarang?" tanyaku.

"Iya, dong. Selamat ya, adikku sayang." Mbak Syakila memelukku.

"Tapi masih seperti mimpi tahu, Mbak. Padahal aku dengan Mas Hari Abimanyu kan belum lama kenal. Masa sudah jadi pacar?" tanyaku heran pada diri sendiri.

"Namanya juga cinta tidak masalah mau lama atau cepat terpenting kalian berdua sama-sama cinta," kata Mbak Mbak Syakila Wulandari.

"Semoga saja, sebenarnya aku masih takut menjalankan hubungan percintaan, terlebih usiaku baru 18 tahun," ujarku.

"18 tahun bukan lagi anak kecil, kamu sudah lulus SMA dan wajar saja punya pacar," kata Mbak Syakila.

"Kalau Ayah tahu dia pasti marah," gumamku.

"Ayah tidak akan tahu jika kita berdua tetap diam," jawab Mbak Syakila.

"Aku tidak mau berbohong," ujarku.

"Bukan berbohong, tapi hanya diam dan menjaga rahasia," sahut Mbak Syakila.

"Iya, Mbak. Selamat tidur, aku sudah mengantuk," gumamku menarik selimut.

Beberapa menit kemudian ….

Tok

Tok

Tok

Suara seseorang mengetuk pintu, siapa dia? Haruskah aku membuka pintu tersebut? Takut jika orang jahat. Misalnya pencuri atau perampok. Namun mana ada seorang penjahat mengetuk pintu kan?

"Siapa?" tanyaku.

"Aku Mas Hari Abimanyu, sayang," jawabnya. Suara itu tidak asing dan aku sangat mengenalnya. Membuatku tidak ragu untuk segera membukakan pintu.

"Kamu sedang apa? Malam-malam harusnya tidur bukannya keluyuran!" hardikku mengomel.

"Aku rindu kamu," kata Mas Hari Abimanyu sambil mengeluarkan setangkai bunga mawar merah dari balik tangan kanannya.

"I love and miss you every second, my dear."

Mas Hari Abimanyu berkata demikian membuat jantungku berdegup dengan kencang. Tanpa keraguan aku langsung menerima setangkai bunga mawar merah yang diberikan oleh sang kekasih.

"Terima kasih Mas Hari Abimanyu, aku pikir semua ini hanya mimpi," ucapku.

Aku ingin mencium bunga mawar pemberian dia tapi sebelumnya bertanya apa itu bunga asli atau bunga plastik?

"Ini bunga mawar asli kan Mas Hari Abimanyu atau bunga plastik?" tanyaku sambil memandang bunga tersebut.

"Bunga mawar asli dong, seperti cintaku padamu sangat original," timpal Mas Hari Abimanyu begitu yakin dengan apa yang dia katakan membuat aku tersenyum dan mungkin pipiku menjadi merah karena deg-degan menahan malu.

"Sekali lagi, terima kasih Mas Hari Abimanyu, kamu baik." 

Bulan ini, Februari menjadi bulan terindah di mana dua hati menjadi satu dalam ikatan cinta, semoga cinta kami berdua bersemi untuk selamanya. Semakin lama maka akan semakin kuat.

"Sayang, kenapa bunganya dilihat terus?" tanya Mas Hari Abimanyu dia merasa heran dengan sikapku.

"Soalnya bunga mawar dari kamu adalah yang pertama," jawabku membuat dia menjadi senang dan tersenyum.

"Alhamdulillah jika aku yang pertama dan semoga sekaligus menjadi terakhir dalam hidup kamu, aamiin." Dia berharap menjadi jodohku di dunia dan akhirat. Doa begitu saja sudah membuat hatiku merasa damai.

"Aamiin, terakhir maksudnya kita sampai menikah?" tanyaku. Kami berdua duduk di kursi bambu di depan kamar kontrakan aku dan Mbak Syakila Wulandari yang sudah tidur pulas ke pulau kapuk.

"Iya, aku ingin menjadi pasangan Aryna di dunia dan akhirat," timpal Mas Hari Abimanyu.

"Kamu tidak sedang merayu aku kan Mas?" tanyaku.

"Buat apa merayu kamu, sayang? Aku tulus dari lubuk hati yang paling dalam, mencintaimu," sahutnya.

Kedua tanganya menyentuh lembut tanganku. Seluruh tubuh terasa bergetar bagaikan tersengat listrik.

"Mas Hari lepas, kita belum muhrim," ucapku.

"Maaf, tapi aku tidak berniat jahat kok, sayang," jelas Mas Hari Abimanyu.

"Aku tahu kamu baik, tapi jangan dulu ya, takut sama CCTV," jelasku.

"Memangnya ada CCTV?" tanya Mas Hari Abimanyu. Dia mulai sibuk mencari benda tersebut di atas, samping, dan bawah.

"Tidak ada CCTV, Aryna kamu jangan bohong," gumam Mas Hari sedikit cemberut padaku.

"Maksudnya Aryna adalah CCTV Tuhan, Mas. Kamu tidak takut malu atau dosa begitu?" tanyaku. Dia malah tersenyum.

"Kamu bisa saja sayang, cium dong, bunga mawar dari aku," pinta Mas Hari Abimanyu.

"Iya," sahutku. Ketika aku hendak mencium bunga tersebut aku berteriak sebab ada cacingnya.

"Tidak!" 

"Aryna, ada apa kamu teriak? Mengejutkan Mbak Syakila saja," gerutu Mbak Syakila.

"Astaghfirullah, aku ternyata hanya mimpi," ujarku nyengir kayak kuda balap.

"Mimpi jorok, ya?" ledek Mbak Syakila Wulandari.

"Bukan, tapi aku hanya bermimpi dikasih setangkai bunga mawar warna merah sama Mas Hari Abimanyu," kataku bercerita sambil menarik napas terlebih dulu lalu mengeluarkan secara pelan-pelan.

"Terus?" Mbak Syakila tidak sabar mendengarkan cerita dariku.

"Aku cium bunga tersebut, ada cacingnya aku takut terus berteriak, begitu." Aku bercerita sampai kehausan.

"Sebentar Mbak, aku mau minum dulu,", ujarku meraih air di botol dekat aku tidur agar ketika haus tinggal minum saja.

"Ternyata hanya mimpi begitu, kirain Mbak bermimpi indah tentang ciuman pertama gitu," ledek Mbak Syakila lalu dia menarik selimutnya lagi untuk melanjutkan tidur.

Aku pun menarik selimut sambil berpikir panjang, ternyata semua ini hanya mimpi.

"Berarti malam ini aku tidak pacaran kan dengan Mas Hari Abimanyu? Atau pacaran?" Aku menggaruk kepalaku. 

Ada pesan Whatsaap dari Mas Hati Abimanyu dia bilang tidak bisa tidur.

[Assalamualaikum, kamu bisa tidur tidak? Mas Hari susah untuk menutup mata, nih.] Pesan tersebut aku baca tapi kenapa bisa kebetulan begini kita berdua sama-sama terjaga.

[Waalaikumsalam iya, aku juga belum tidur lagi, tapi tadi sudah tidur pulas.] Balasku dengan cepat agar Mas Hari Abimanyu tidak lama menunggu.

[Aku belum tidur sama sekali, kebayang wajah kamu yang cantik bak bidadari. Kamu bermimpi apa?] Balas Mas Hari Abimanyu.

"Aku harus balas dia apa? Jujur atau bohong? Kalau jujur malu," gumamku bicara pada diri sendiri.

[Mimpi apa, ya? Rahasia. Mas Hari Abimanyu penasaran kan?] Balasku meledek.

[Aku tahu kamu pasti bermimpi bertemu denganku, jujur saja jangan malu.] Balasnya membuatku terkejut.

"Aneh, kok bisa tahu? Punya Indra ke 6 kali, Mas Hati Abimanyu." 

Aku segera mengetik untuk membalas chat dia.

[Kamu sok tahu! Tidur, sana! Sudah tengah malam, sebentar lagi pagi dan kita harus bekerja kan?]

[Iya, kamu juga tidur, jangan begadang dan terus memikirkan aku sampai rindu setengah mati, ya?]

[Tidak kebalik? Kamu itu yang rindu setengah mati sama aku, makanya malam-malam kirim pesan untung aku baru saja bangun dari tidurku.]

[Iya, aku mengakuinya jika Mas sudah rindu setengah mati sama Aryna Zakia Rahma tercinta.]

Dia paling bisa gombal jadi membuat aku senyum-senyum sendiri seperti orang tidak waras. Virus cinta yang aku rasakan begitu dahsyat berbeda dengan cinta di masa putih abu-abu dulu, bahkan sangat jauh berbeda. Rasanya cinta masa sekarang lebih indah dan nyata. Semoga Mas Hari Abimanyu menjadi jodohku dan tidak mengecewakan hatiku yang sudah mulai berlabuh ke hatinya.