Chereads / REBUTAN CINTA / Chapter 6 - MENGINGAT KENANGAN

Chapter 6 - MENGINGAT KENANGAN

Aku merasa heran pada diriku sendiri benarkah aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Mas Hari Abimanyu? Namun ketika dulu di masa putih abu-abu saya pernah juga mengalami rasa suka ke laki-laki meskipun hanya sebatas sahabat.

Aku mengingat kisah manis antara aku dengan sahabat baik yang bernama Arsya, Tiara, Wulan dan Mbak Syakila.

Mungkin perasaan ini aneh, jika Arsya dekat dengan Wulan atau Tiara ada rasa cemburu hinggap di dada membuat tersenyum sendiri. Bayangan ini muncul di kepala ....

"Apa aku suka sama Arsya, ya?" Aku bertanya pada diri sendiri tidak mengerti apa yang ada di lubuk hati terdalam.

"Tidak mungkin aku suka Arsya, dia hanya sahabat tidak lebih, titik! Sadar Aryna, jangan ada cinta-cintaan di masa sekolah!" Aku mengatakan pada dirinya menolak cinta dan pacaran seperti yang ayah perintahkan.

Namun salahkah bila ada perasaan suka di hati? Aku rasa tidak.

Kepalaku jadi pusing sendiri. Besok hari ulang tahun Arsya, aku harus memberinya kado kan? Tapi apa? Uang saja aku tidak punya, jadi sebaiknya beli apa? Diri ini galau memikirkan banyak ide berlian yang tidak harus mengeluarkan banyak uang.

Keesokan harinya ....

Jantung ini tidak boleh terlalu berdebar kencang jika bertemu dengan Arsya, saya tidak mau salah bicara ataupun tingkah laku. Dia sahabat, tidak lebih.

"Aryna, kamu pasti bisa!" Aku menyebut namaku sendiri dan memberikan semangat untuk diri ini agar bisa berhadapan dengan anak laki-laki yang aku suka.

Benar saja dia sudah terlihat dari gerbang sekolah, ingin hati ini tidak salah tingkah, tapi tetap saja deg-degan.

Wulan menyediakan kado besar yang dibungkus warna biru untuk Arsya pasti isinya sangat spesial. Lalu Tiara, dia membelikan sepatu bermerk, pasti mahal. Sedangkan aku hanya bisa membuat ini untuk dia, apa yang akan diterima?

"Selamat pagi kalian bertiga? Kenapa berdiri di depan gerbang seperti wayang?" tanya Arsha kepada kami seraya tertawa.

"Aku sengaja mau kasih ini, buat kamu Arsya," ujar Wulan menyodorkan kadonya.

"Aku juga mau kasih kamu hadiah, selamat ulang tahun ke 17 tahun semoga jadi anak lebih baik, soleh, sayang kedua orang tua dan juga sayang sama pacar," ujar Tiara tersenyum kecil.

Wulan dan aku bukan mengaminkan dia Tiara kami berdua malah tertawa mendengar doa aneh dari Tiara.

"Kenapa kalian berdua tertawa ada yang aneh?" tanya Tiara.

"Kamu suka sama Arsya?" tanya Wulan terus terang.

"Aku suka sama Arsya, tidak mungkin? Dia hanya sahabat SMA," sahut Tiara.

"Arsya, gue suka sama lo lebih dari sekedar teman, bisa lo terima cinta gue?" kata Wulan terus terang di hadapanku dan Tiara. Lidahku kaku, mulut aku seperti tidak bisa berkata-kata yang ada hanya diam berdiri seperti patung.u

"Wulan kamu bercanda kan? Ini gak lucu loh, masa lo suka sama gue?" tanya Arsya tidak percaya dengan apa yang dikatakan sama Wulan.

"Gue serius mau jadi pacar lo?" jawab Wulan dengan tajam.

Kadang-kadang sikap Wulan aneh dia jadi sok-sokan gaul dengan tiba-tiba berkata lo dan gue, mungkin sebagian kata lo dan gue biasa aja tapi buat aku aneh.

"Kamu serius suka sama Arsya dan mau jadi pacar dia?" tanya aku yang juga penasaran dengan jawaban Wulan meskipun sudah dijawab.

Serius, tapi bohong! Kena prank Lo…ha ha ha…." Wulan tertawa ngakak.

Astaghfirullah, masa Wulan prank Arsya aku pikir dia beneran suka sama Arsya seperti halnya dengan hati aku." Aku hanya berbisik dalam hati tidak berani berkata nyata di depan mereka.

"Wulan lo bikin jantung gue mau lepas tahu tidak? Kita berempat itu sahabat kan, jadi sebaiknya ada rasa suka di antara kita," jelas Arsya menarik napas lega jika betul Wulan tidak suka dirinya. Namun hati siapa yang tahu?

Faktanya aku diam-diam suka dengan Arsya meskipun aku berusaha keras mengendalikan perasaan dan yakin dia cukup hanya jadi sahabat tidak lebih.

"Wulan, Tiara terima kasih kadonya dan amin atas doa baik kalian untuk aku, kita masuk ke kelas, yuk!" Arsya mengajak kami masuk ke dalam kelas. Sementara aku belum memberikan hadiah. Sapu tangan warna merah yang aku sulam nama Rasya sebenarnya ingin aku berikan kepadanya, tapi malu.

Arsya kamu punya sapu tangan tidak?" tanya dengan senyuman.

"Belum, kenapa?" Arsya balik tanya dan dia juga melemparkan senyuman manis, lesung pipi di wajahnya menjadi kelihatan.

"Ini untuk kamu!" Aku memberikan kado kecil, kemudian aku letakan di atas kado besar milik Wulan, setelahnya aku berlari menjauh untuk menyembunyikan rasa grogi. Apa itu suka apa itu cinta? Sebenarnya apa perasaanku Tuhan?

Namun sesuai perjanjian kami, sebaiknya dalam persahabatan tidak ada rasa suka diantara kami berempat.

Di rumah aku curhatan dengan Mbak Syakila yang sudah aku anggap seperti kakak kandungku sendiri.

"Mbak Syakila pernah jatuh cinta?"

"Kamu sedang jatuh cinta?" Mbak Syakila tanya balik padahal dia belum menjawab pertanyaan dari aku.

"Aryna kan bertanya, Mbak Syakila jawab dong? Suka sama cinta ada bedanya tidak?"

"Suka dan cinta itu mirip, artinya hampir sama, tapi ada bedanya. Bisanya kalau sekedar suka merasa nyaman bersama tapi tidak harus memiliki," jelas Mbak Syakila.

"Jika cinta ingin apakah ingin memiliki?" tanya lagi.

"Cinta tidak harus memiliki, tapi perasaan ingin memiliki pasti ada. Namun jodoh hanya Tuhan yang tahu, kamu suka siapa? Cerita, dong!" Mbak Syakila menarik telingaku.

"Aduh sakit Mbak!" ujar saya.

"Kamu dari tadi diajak ngobrol malah tidak menjawab, melamun terus ada apa?" tanya Mbak Syakila ngegas.

Hilang semua bayangan Arsya di masa lalu, dari dulu sampai sekarang Mbak Syakila suka banget menjewer telingaku.

Maaf tadi Arya mengingat sesuatu," jawabku. Kadang aku menyebut namaku jika sedang bicara dengan Mbak Syakila.

"Kamu ingat siapa? Ngaku!" Mbak Syakila bertanya.

"Mbak Syakila menurut Mbak, Hari Abimanyu itu orang kan baik, jika dia jadi pacarku cocok tidak?"

"Cocok dong, masa tidak? Kamu mau jadi kekasih Abi?" tanya Mbak Syakila begitu terus terang.

"Mau, tapi Aryna takut," jawabku.

"Takut kenapa? Abi orang baik kok, jika dia berbuat jahat sama kamu tenang saja ada Mbak Syakila," ujarnya sok jadi pahlawan.

"Iya, Mbak terima kasih, tapi jika aku pacaran sama Hari Abimanyu, ayah marah tidak?" tanya lagi.

"Kamu jangan bilang sama ayah, kita rahasiakan hal ini, oke!" Mbak Syakila begitu setuju jika aku pacaran dengan Mas Hari Abimanyu, memang aku juga penasaran dengan yang namanya pacaran, anak muda kerap menyebut hubungan mereka dengan kata itu.

"Tapi aku larangan ayah aku pacaran."

"Tidak masalah, asal kamu tetap jadi anak baik, setiap mendapat gaji harus kirim uang ke kampung, mereka juga sudah bahagia. Percaya sama Mbak Syakila," ujarnya.

"Betul juga, sih. Makasih Mbak sarannya, aku pasti akan mengirimkan uang setiap bulan untuk kedua orang tua saya, agar mereka tidak bahagia," kata saya dengan bersemangat mencari rezeki sampai ke kota Jakarta.