Ketika sampai di sebuah tempat Vio langsung membuka isi surat itu dan kemudian membacanya, sementara Emil hanya memandangi wajah gadis tersebut.
"Assalamualaikum ukhty.. Alhamdulillah kita bisa bersua lagi setelah sekian lama Nda berjumpa, meski perjumpaan kita dalam keadaan seperti ini.
Tapi jujur.. semula Ana berencana, tuk bisa membawa kedua orang tua Ana menemui orang tua ukhty. Namun sayangnya kepulangan Ana 6 bulan yang lalu itu di sambut bahagia oleh keluarga Ana yang ternyata sudah melamarkan Ana kepada pak Kyai, sungguh Ana Nda mampu menolak Karna permintaan beliau adalah yang terbaik tuk masa depan Ana..
Afwan Ukhty.. Ana lebih mencintai Akhwat yang sudah Ana nikahi dari pada menikahi Akhwat yang Ana cintai.. meski kemarin di pertemuan kami yang pertama, ia meminta Ana tuk menikahi akhwat yang Ana cintai juga ketika Ana bercerita tentang Ukhty. Namun sungguh Ana Nda sanggup melakukan itu, bahkan ia juga pernah menawarkan saudarinya tuk bisa Ana nikahi agar ia tetap bersama yang mungkin saudarinya yang dimaksud itu adalah Ukhty. Subhanallah.. dari situlah Ana sadar bahwa ia memang berakhlak mulia, suami mana yang akan sanggup menduakannya meski ia sendiri ikut bahagia.
Dialah mar'ah Ana ukhty, pendamping hidup Ana yang sanggup menemani Ana dengan penuh keikhlasan. Sungguh Ana Nda akan membahagiakannya dengan cara seperti itu. Semoga Allah memberikan jodoh yang terbaik tuk Ukhty dan di antara kita tetap terjalin silahturahmi. Aamiin.. Wassalam, Ahmad Faizul Ilham."
Membaca pernyataan Faiz dalam suratnya seperti itu, sontak saja membuat Vio shock dan tak kuasa menahan tangis. Ia benar-benar terharu, menyaksikan dua insan sejoli yang saling berusaha membuat pasangannya bahagia meski terkesan naif dan konyol namun Vio juga sedih karna perkataan Faiz yang dulu Riha pernah ceritakan itu harus kembali dirasakannya, perkataan yang sungguh membuat hatinya terluka. Apalagi Pernyataan Faiz seolah berkesan seperti Vio akan menyakiti Riha saja hingga sampai-sampai harus berkata begitu.
Dan kini... masih belum bisakah ia mengikhlaskan Faiz yang nyatanya sudah menjadi milik Riha, bahkan Faiz pun enggan menduakan akhwat itu tuk menikahi dirinya. Mungkin Vio memang harus lebih menyiapkan mentalnya lagi tuk hari-hari kedepannya, karna mungkin keduanya akan sering bertemu.
Lagi-lagi Emil hanya bisa memeluk Vio dan ikut menangis, tak ada yang bisa ia lakukan lagi selain itu sedang kenyataan memang harus menuntut Vio tuk bisa menerimanya. Keduanya pun larut dalam kesedihan yang seakan tak pernah berkesudahan,
"Vi.... Sabar ya...!!??" Emil membuka suara seraya melepaskan pelukannya. Namun gadis itu hanya mengangguk dan masih terisak.
"Ini memang berat, tapi percayalah Allah pasti punya rencana yang lebih indah untukmu..!!" Emil berusaha membuat Vio lebih tegar.
"Aku hanya bingung mil, bagaimana nanti aku menjalani hari-hari ku disini.. Aku takut jika suatu saat aku akan egois..!!"
"Percayalah.. jika kamu bisa menghindarinya dan semampu kamu untuk Nda melihatnya, lambat laun itu akan terbiasa.. kamu harus bisa melupakan ka Faiz Vi.. !!"
"Yah... In Sya Allah mil, aku pasti bisa.. Doakan aku ya.. aku Nda tau harus cerita ke siapa lagi selain kamu. Maaf dan terimakasih karena kamu sudah mau mendengarkan cerita ku" Gadis itu kembali berpelukan.
ketika Vio terlihat lebih tenang Emil pun pamit saat Haris memintanya tuk pulang karna ibunda Vio yang sudah mulai kecapean setelah hampir seharian menemani istri pak Kyai menyambut tamu.
"Vi.. kita pulang dulu ya, inget pesan aku tadi.. kamu harus cepat move on..!!" Gadis itu hanya mengangguk. Vio tidak ingin membahas masalah itu kembali, apalagi sekarang sang bunda sedang berada didepannya.
"Vi sayang.. Umi juga pamit ya !! Vi baik-baik disini." Wanita itu langsung memeluk putrinya seraya menciumi wajahnya beberapa kali, sepertinya sang Bunda masih kangen dengan gadis itu. Beliau akan ikut pulang bersama Haris dan Emil.
"NgGiihh Umi.. Umi juga hati hati-hati ya !! Mil.. aku titip umi ya, tolong sering-sering main kerumah biar Umi Nda ngerasa kesepian."
"In Sya Allah Vi.."
"Ka Haris.. tolong jaga keduanya ya!!"
"In syaa Allah Vi, Kami pamit!!." Vio menghantar ketiganya tuk pamit kepada kedua mempelai dan keluarga pesantren, dan disini ia kembali menyaksikan Riha dan Faiz yang keduanya memang begitu sangat cocok dan serasi. Vio terpejam tuk menahan tangis, ia harus kuat karna Vio berjanji pada dirinya sendiri tuk tidak lagi memikirkan keduanya. Biarkan mereka bahagia dengan kehidupannya tanpa harus ada nama dia di antara mereka, tak berapa lama kemudian sang bunda dan kedua sahabatnya itu kembali pamit padanya dan berlalu meninggalkan Vio di tempat tersebut. Ia pun hanya bisa melambaikan tangan.
Malam harinya dikamar Riha..
Setelah resepsi selesai keduanya memilih untuk istirahat lebih awal, Faiz hanya mendapat Cuti 3 hari jadi lusa ia harus sudah berangkat. Setelah melakukan sholat dua rakaat, Riha mencium tangan sang suami dan Faiz kembali memegang kepala Riha seraya membacakan doa dan mencium keningnya. Keduanya kemudian berbaring di atas kasur dengan posisi Riha yang memeluk sang suami..
"De.. Mas boleh nanya tentang Vio..??"
Riha langsung melepaskan pelukannya dan kemudian duduk, Faiz ikut terduduk ia takut Akhwat itu akan cemburu.
"Maaf De.. Mas Nda ada niat apa-apa..!!" Ia buru-buru menjelaskan, namun Riha justru tersenyum bahagia.
"Mas udah mulai ada perasaan sama Vi.. ??"
"Vi.. ??" Ikhwan itu mengernyitkan dahinya.
"Iya.. itu panggilan sayang Riha pada Vio, dan ternyata Emil dan Umi juga melakukan hal yang sama..!!"
"Oohh...!!" jawab Faiz pendek.
"Jadi...??"
"Jadi apa..??" laki-laki itu kembali bertanya.
"Mas mau menikahinya juga..??"
Faiz melotot kaget, ia baru kali ini betemu dengan akhwat yang sepolos Riha. Bagaimana bisa di malam pertama pernikahannya sang istri malah menyuruhnya untuk berta'addud, bahkan dengan saudari dekatnya sendiri.
"Apa Mas hanya ingin menikahi Cinta pertama Mas saja..!!" Riha kembali bertanya.
Faiz menatap lekat wajah Riha yang begitu sangat tenang, tidak ada beban sedikit pun ketika meminta dirinya untuk menikahi akhwat lain. Riha begitu sempurna, dia bukan hanya cantik namun juga berakhlak mulia.
"Sejujurnya RI... Mas Sangat mencintai Vio entah itu akhwat yang sudah kamu anggap saudari sendiri maupun cinta pertama mas, karna keduanya adalah orang yang sama. Apalagi tadi siang ia nampak begitu terpukul dan tertekan meski dulu mas belum pernah mengkhitbahnya seperti Mas Ilham, Namun entah kenapa ketika Mas sudah memilikimu Mas justru lebih tak tega jika harus menyakiti mu juga.." Batin Faiz bergumam.
"Bagaimana Mas...??" Faiz masih terdiam, namun ia kemudian menangkup wajah Riha dan mengelus wajahnya seraya berkata..
"Mas hanya menginginkan mu De.. Nda ada yang lain.. bolehkah Mas melakukan kewajiban Mas malam ini.. ??"
Riha hanya mengangguk, ia kemudian membantu Faiz membuka kancing bajunya satu persatu..
Pagi harinya..
"De.. jika nanti Mas balik lagi ke pesantren, suruh Vio nemenin Ade disini ya.. Mas kan pulangnya lama. Mungkin sekitar satu bulanan..!!"
"Tapi Mas.. kita Nda boleh tinggal satu rumah lho.. Nanti Mas bisa menyakiti perasaan kita berdua." Goda Riha dengan senyum sumringah.
Faiz yang kala itu sedang membaca kitabnya langsung mendongak menatap wajah sang istri. Lagi .. dan lagi... dari semalam akhwat itu selalu mengingatkan Faiz tentang Vio.
"De Riha beneran mau Mas menikahi Vio juga ?? dan bagaimana dengan Cinta pertama mas.. ??"
"Nda pa-pa kalo sama Vi, tapi kalo sama dia..." Riha terdiam, jika sama orang lain apa dia sanggup berbagi.
"Bagaimana kalo dengan dia..??"
Riha kemudian bangkit, dia tidak berani meneruskan perkataannya lagi.
"Maaf Mas.. Riha mau mengambil sesuatu dulu.." Namun Faiz langsung menarik Riha, dia tahu saat ini Riha pasti cemburu. Ikhwan itu tak habis pikir, kenapa Riha bisa semudah itu jika bersama Vio namun ketika menyangkut Akhwat lain ia langsung merengut.
"De Riha marah..?? tadi kan de Riha duluan yang menggoda Mas.."
Akhwat itu hanya menggelengkan kepala, ia tetap menunduk. Faiz mengangkat dagu sang istri dan kemudian mengelus pipinya..
"Jangan bahas ini lagi ya.. Mas takut khilaf !!" Goda Faiz. Riha langsung mengangkat wajahnya, ia mengangkat sebelah alisnya dan berkata.
"Berarti masih ada kemungkinan Mas mau kan..??" ia kembali menggoda sang suami.
"De Riha mau Mas hukum Hhaa.. ??" Akhwat itu langsung berlari seraya tertawa dengan begitu lepas dan kemudian Faiz mengejarnya. Pasangan baru itu terlihat bahagia..
4 hari kemudian..
Sesuai perintah sang suami Riha meminta Vio tuk kembali tinggal bersamanya.. karna kemarin Faiz harus kembali ke pesantren tuk melanjutkan pendidikannya dengan demikian ia hanya bisa pulang sekitar 2 minggu atau sebulan sekali menemui istrinya.
Dan syukurnya meski Vio masih mempunyai perasaan pada Faiz namun ia tak egois jika menyangkut persaudaraannya dengan Riha. gadis itu pun mau memenuhi keinginan pasangan baru itu. Sekitar hampir 7 bulan kemudian, Riha pun mengandung. Vio semakin ekstra perhatian pada akhwat tersebut, apalagi Faiz yang ketika dirinya sedang berada di rumah. Ia begitu sayang dan sangat protektif pada Riha, sungguh sebuah cerminan keluarga yang sangat sakinah mawaddah warohmah.