Chapter 24 - UNDANGAN

"Semula dia bilang gini: *sebelumnya ana nda pernah menduga kita akan di pertemukan seperti ini, karna jujur, ana sudah mempunyai calon sejak 6 tahun lalu. Bila setelah menikah nanti ana ingin menikahinya juga, sudikah Ukhty menerima kehadirannya di antara kita dengan lapang dada.. ?? Karna sungguh ana sangat mencintainya*.." ujar Riha menirukan ucapan laki-laki itu.

Deg... Vio terperangah, apa yang harus ia lakukan jika itu memang benar terjadi, saking terharunya Vio pun kembali menitikkan airmata. Airmata yang Riha kira karna rasa iba Vio terhadapnya yang harus menerima seorang madu di pernikahannya nanti setelah baru beberapa hari berlangsung.

"Terus mba jawab pa ??" Tanya Vio lagi.

"Yaa mba jawab seperti yang kemarin mba bilang ke Vi, harus ikhlas menerima. Karna kebahagiaan suami adalah kebahagiaan istri juga, tapi.. tahukah Vi apa yang selanjutnya ia katakan pada mba ??" Ucap Riha yang kali ini justru bertanya pada Vio, sedang gadis itu hanya menggelengkan kepalanya.

"*Ana tau ukhty akan ikut bahagia, karna Ana yakin ukhty berakhlak mulia. tapi sungguh Ana nda akan bahagiakan ukhty dengan cara seperti itu Barakallahu fiiki ukhty* seraya memegang kepala mba.. subhanallah, mba benar-benar terharu Vi. Dialah calon imam impian mba, Alhamdulillah ya robb.." ujarnya dengan penuh kegembiraan.

Dwaarrr.... ibarat suara petir menyambar pendengaran Vio kala itu, yang tuk kesekian kalinya ia harus tersadar dari mimpi. Lagi-lagi ia harus menitikkan airmata, meratapi kenyataan yang begitu sangat menyakitkan. Sudah tidak ada yag harus ia pertahankan lagi, semuanya sudah jelas bahwa Vio memang harus melupakan Faiz. Ahmad Faizul Ilham, yang sekarang lebih populer dengan panggilan "mas Ilham".

"Oh iya Vi.. nanti kalo pas ijab kabul sudah selesai, Vi ya yang menggandeng mba menemui mas Ilham di pelaminan..!!" Pintanya.

Deg... Vio semakin terkejut padahal ia berencana tuk sembunyi agar Faiz tidak mengetahui keberadaanya, tapi... "Astagfirullah.. sanggupkah aku melakukannya, menghantarkan saudari tersayangku kepada seorang lelaki yang sangat aku cintai." Ucapnya membatin. Ketika Vio ingin angkat bicara, Riha malah langsung menyergahnya..

"Nda boleh ada kata nda bisa Vi.. mba mohon. Mba punya siapa lagi selain Vi..yaaa" pintanya memelas..

"NgGiihh mba, In Sya Allah..", ucap Vio mengiyakan permintaan Riha meski dengan sangat berat hati. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana sikap Riha jika ia menolak, mungkin akan sangat terluka atau justru merasa tak di anggap. Oleh sebab itu Vio bersedia memenuhi keinginan Riha walau harus menyakiti dirinya sendiri dan tak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi padanya ketika berhadapan dengan Faiz di acara pernikahan nanti.

"Terimakasih Vi, sungguh mba sangat berharap Vi bisa melakukannya. Karna mba juga sudah bilang sama mas Ilham bahwa mba akan di dampingi oleh seorang akhwat cantik kesayangan mba yang bernama Vi, yang mungkin bisa membuat mas Ilham jatuh cinta juga." Ujar Riha seraya tersenyum bangga, Vio kembali tersentak ia terkejut karna Akhwat itu menyebut namanya pada Faiz. Namun Riha tak memberitahukan respon Faiz seperti apa, hingga Vio pun mengurungkan niatnya tuk kembali bertanya. Ia tak ingin memperkeruh suasana atau malah membuat Riha curiga, lagi pula sikap Faiz baik-baik saja dan tak begitu menghiraukan nama itu, mungkin baginya Vi adalah Vi bukan Vio yang ia kenal.

2 bulan kemudian..

Terlepas dari kesedihan Vio, sibuklah seluruh santri di pesantren tersebut yang mulai mempersiapkan segala sesuatunya tuk acara pernikahan itu, ratusan undangan pun sudah mulai di sebar ke seluruh sanak keluarga, kerabat dan handai taulan termasuk ibunda Vio dan Emil beserta suaminya yang memang keempatnya sudah saling mengenal. Tentu saja Riha meminta Vio tuk menghantarkan undangan tersebut kepada mereka dan seminggu sebelum acara berlangsung Vio pun pulang ke rumahnya.

Seusai menemui sang Bunda Vio kemudian berangkat menuju rumah Emil dengan di antar mang Ujang yang kebetulan saat itu Haris juga sedang ada di rumah, tidak berapa lama kemudian keduanya pun sampai.

"Alhamdulillah.. mba Riha mau nikah Vi.. ?? Dengan orang mana.. ?? Beruntung sekali ya laki-laki yang mendapatkan mba Riha itu, subhanallah !!", Ujar Emil ketika Vio memberitahukan alasan kunjungannya kala itu. Emil memang sudah tahu kepribadian Riha dari Vio yang memang begitu sangat mengagumkan, hingga wajar jika Emil berucap seperti itu. Namun Vio masih terdiam, ia hanya memberikan kertas undangan itu pada Emil sedang wajahnya sudah merah padam menahan tangis. Tanpa menunggu lama, Emil pun langsung membuka kertas itu dan membacanya.

"AHMAD FAIZUL ILHAM.. ?? seperti pernah mendengar nama ini.."

Mendengar ucapan sang istri demikian, Haris langsung merebut undangan itu..

"Faiz..?? Dia akan menikah ??" Kagetnya seraya melihat Vio yang sedang tertekan.

"ini Faiz nya Vio ka.. ?? Astagfirullah.. ka Faiz, ini beneran ka Faiz Vi.. ??" Tanya Emil tak percaya, Vio hanya mengangguk sementara airmata nya sudah mulai membasahi pipi.

"Masya Allah Vi.." pekiknya seraya memeluk Vio, tangis gadis itu pun pecah dalam dekapan Emil. Haris ikut bersimpati, ia memandangi wajah istrinya yang ternyata ikut menitikkan airmata. Laki-laki itu seakan tak tega melihat wanita yang disayanginya itu ikut terisak karna sahabatnya yang tengah terluka, sungguh sebuah persahabatan yang sangat mengharukan.

"Sabar Vi.. Kakak ikut prihatin, memang sangat menyakitkan ketika kita Nda bisa menggapai apa yang sudah kita rencanakan. Tapi percayalah bahwa Allah pasti sudah punya rencana yang lebih indah, ikhlaskan saja Vi.." Ujar Haris mencoba membuat Vio tegar. Mendengar ucapan Haris seperti itu, Emil langsung melepaskan pelukannya. Sementara Vio tetap menundukkan wajahnya dengan linangan airmata yang terus berderai bahkan ia pun kesegukan, sungguh sebuah keadaan yang mampu membuat Emil ikut terisak. Begitu sangat terlukanya Vio saat itu, ia rapuh, kacau dan dilema. bagaimana tidak... harapan indah yang bertahun tahun di pupuknya itu harus porak poranda diterpa badai hanya dalam waktu 5 bulan. Sungguh Sebuah kenyataan yang sangat menyakitkan,

"Sudahlah Vi, pasrahkan saja semuanya pada Allah. Kenapa kamu harus serapuh ini ketika kehilangan Faiz, bukankah kamu bisa lebih tabah ketika kehilangan Abi.. ?? Istighfar Vi, ini Nda baik.." ujar Emil menguatkan hati gadis itu.

"Ini bukan lagi tentang kehilangan Mil, tapi ini menyangkut persaudaraan dan mau Nda mau aku harus melakukannya.." isak Vio berusaha membuat Emil mengerti.

"Apa maksudmu Vi.. ??" Tanya Emil bingung. Perlahan lahan Vio mulai menceritakan duduk permasalahannya, diawali dengan lamaran Riha yang ketika itu sempat membuatnya shock tak sadarkan diri, kemudian ucapan Faiz kepada Riha yang cukup membuat perasaannya terluka, hingga permintaan Riha yang justru semakin menekan detak jantungnya.

"Iya mil... mba Riha ingin aku yang menghantarkannya menemui ka Faiz setelah ijab Qabul, bagaimana bisa.. sedang melihat ka Faiz dari jauh aja hatiku udah sakit apalagi harus bertemu.. aku bingung mil, aku Nda tau harus gimana lagi, sedang jika aku menolak pasti mba Riha akan sakit hati.. hiks." Isaknya.

Kontan saja penjelasan itu mampu membuat Emil kembali terisak, sungguh ia sangat memahami perasaan Vio yang memang wajar jika harus setertekan itu.

"Vi.. sebelumnya Kakak minta maaf jika terlalu mencampuri masalah Vi, tapi kalau boleh menjelaskan.. dulu Faiz memang pernah bilang ke Kakak bahwa Akhwat yang ingin dinikahinya itu bernama Vio, berarti itu Vi kan.. ??" Tanya Haris, Gadis itu hanya mengangguk.

"Mungkin kalau sekarang dia menikah dengan Riha, itu karna rasa baktinya kepada kedua orang tuanya.. jadi Vi harus bisa terima itu" lanjutnya lagi.

Tuk kesekian kalinya Vio hanya bisa mengangguk, ia benar-benar pasrah dengan keadaan. Namun Vio meminta pada Emil dan Haris tuk tidak menceritakan semuanya pada sang bunda, ia juga memohon pada keduanya tuk bersikap biasa saja di acara pernikahan nanti dan menganggap tak pernah terjadi apa-apa, karna Vio tidak ingin Riha curiga apalagi mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Setelah urusan itu selesai Vio pun kembali ke pesantren.

* * *

Ketika tirai kamar dibuka, semerbak harum bunga-bunga duniawi terburai.. mengiringi langkah insani yang cantik jelita bak bidadari. Berhias kuntuman bunga melati yang bertahta indah diatas hijab takwa lambang keshalihannya. Pancaran wajahnya menampakkan keikhlasan menanti sang imam di ruang terpisah, menyambut indahnya akad sebuah pernikahan.

Hari ini adalah acara sakral tuk keduanya yang berlangsung hening dan mengharukan. Titik-titik permata putih selalu keluar dari mata indah itu, yang seharusnya menjadi moment suka cita dalam hidupnya. Namun tuk wanita seperti Riha yang memang sudah Yatim piatu sungguh membuat hati siapapun terhenyak menyaksikannya, terlebih lagi ketika proses permintaan wali. Namun alhamdulillah semua berjalan dengan semestinya.