Chereads / The Lord of Warrior / Chapter 22 - Kerja Sama Tim

Chapter 22 - Kerja Sama Tim

Mendengar apa yang dikatakan Eiireen, membuat suasana yang sebelumnya ramai menjadi tenang. Wajah Aarav dan Erina pucat seketika, menatap Eiireen yang begitu tenang dengan pedang menancap di depan.

"Apa yang kalian lakukan? Apakah kalian hanya akan termenung seperti itu?" tanya Eiireen memiringkan kepala, sedikit mengangkat ujung bibir hingga menciptakan ekspresi menjengkelkan.

Beberapa saat kemudian, Aarav menarik pedang yang berada di depannya dengan mantap. Bola matanya bergetar begitu cepat, menatap Eiireen yang hanya berjarak beberapa langkah saja.

"Huh?" tanya Aarav menggenggam pedang kayu semakin kuat. "Apa aku tidak salah dengar dengan apa yang baru saja kau katakan?" lanjutnya memicingkan mata, menarik sedikit bibirnya ke atas.

Meskipun memasang wajah serius, keringat dingin masih saja keluar dari wajah. "Jangan menggunakan trik seperti itu. Jika kami menang dengan cara seperti itu, kau akan membuat alasan nantinya."

Mendengar apa yang dikatakan Aarav, membuat perasaan menggelitik di dalam dada Eiireen muncul. Suara tawa menggelegar di tempat tanpa penghalang tersebut, terpaan angin yang kencang membuat suara tawa terbawa pergi.

Aarav dan Erina saling pandang, tidak mengerti apa yang kali ini dilakukan Eiireen. Sudah lama mereka tinggal bersama, tetap saja sangat sulit untuk mengetahui apa yang sebenarnya direncanakan oleh Eiireen.

Setelah hampir satu menit Eiireen tertawa dan tidak tahu kapan akan berhenti. Aarav merasa begitu kesal atas hal tersebut, tangan yang sejak tadi menggenggam pedang, kali ini pedang kayu tersebut dilepaskan hingga terjatuh di atas tanah penuh rumput hijau.

Pada saat itu juga, Aarav menundukkan kepala sembari menggigit ujung bibir hingga berdarah. Gigi atas dan bawahnya bertemu dan bergesekan, menciptakan suara memekakkan telinga.

"Apa yang lucu?" tanya Aarav lirih, masih dengan kepala menunduk.

Mendengar pertanyaan yang dilancarkan Aarav, suara tawa yang sebelumnya mengisi ruang kosong menghilang. Bola mata hitam dengan alis menyatu sempurna, saat ini tengah menatap Aarav yang masih menundukkan kepala.

"Ada apa denganmu?" Erina menjulurkan tangan berusaha untuk menyentuh bahu Aarav yang ada di sampingnya.

Namun, tinggal beberapa jengkal saja tangannya verhaasil meraih. Aarav menepis tangan tersebut dengan sangat kencang, membuat tangan Erina terdorong ke belakang. Warna merah terlihat pada punggung telapak tangan, akibat sambaran Aarav yang cukup kuat.

Aarav mengangkat kepala hingga sejajar dengan wajah Eiireen. Bola matanya penuh dengan genangan, seakan tidak kuat lagi untuk ditahan. "Apa menurutmu, semua itu lucu? Bermain-main dengan perasaan seperti itu, apa kau pikir semua itu lucu?" tanya Aarav dengan butiran bening mengalir dari ujung matanya.

Perlahan, Eiireen berjalan mendekati Aarav yang tengah menangis sesenggukan. Satu langkah sebelum sampai di tempat Aarav berdiri, Eiireen menghentikan langkahnya. Tersenyum tipis menatap wajah Aarav yang terlihat begitu menderita. Meskipun tidak terlihat dengan jelas, Eiireen menggigit ujung bibirnya begitu kuat.

"Maafkan aku," ucap Eiireen mengelus ujung rambut Aarav lembut. "Aku tidak mengerti apa yang kau rasakan, tetapi bersikap seolah mengetahui semuanya." Butiran bening menhakir deras dari ujung mata, berkumpul pada ujung dagu, hingga akhirnya terjatuh karena getaran pada kepala.

Eiireen mengangkat kepala Aarav,hingga bola mata mereka saling bertatapan. "Namun, apa yang kulakukan saat ini demi dirimu juga," ucapnya begitu serius. "Dengan bekerja sama, kau akan lebih kuat dari pada menyeeang secara individu. Bekerja sama juga tidak semudah yang kau pikirkan, dan hal itu sangat menguntungkan."

Meskipun merasa tidak ingin melakukan hal tersebut, tetap saja Aarav harus melakukannya. Dari penjelasan yang diberikan Eiireen, kerja sama bukanlah hal yang buruk untuk dicoba. "Jika memang hal itu dapat meningkatkan kemampuan individual, tidak ada salahnya untuk mencoba," batin Aarav setelah mendengar penjelasan yang diberikan Eiireen.

"Baiklah." Aarav menepis kedua tangan Eiireen yang menempel pada wajah. "Aku akan melakukannya dengan Erina," sambungnya memasang wajah kesal, walaupun masih terlihat senyuman tipis yang terpancar pada wajahnya.

Melihat Aarav yang sudah dapat tersenyum, membuat perasaan Eiireen sedikit lega. Setelah hampir dua puluh tahun, Aarav baru dapat mengeluarkan senyuman untuk pertama kalinya. Tentu saja hal tersebut sangat membahagiakan untuk .

"Bagaimana denganmu, Erina?" tanya Eiireen menatap Erina yang masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Dengan kening mengkerut, serta tatapan mata sayu. Erina menganggukkan kepala, sembari berkata. "Meskipun aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, aku menerima tawaran yang Ayah berikan," jawabnya mantap sembari mengangkat pedang di depan dada.

Eiireen yang mendengar jawaban tersebut, tersenyum tipis sembari mmejtar tubuh. Kemudian berjalan pergi meninggalkan Aarav dan Erina yang telah bersiap dengan pertarungan mereka.

"Jangan menggangguku dalam pertarungan nanti. Jika kau melakukannya, aku yang akan mengalahkanmu terlebih dahulu. Apa kau mengerti," kata Aarav mengambil pedang kayu yang tergeletak di depan.

Tidak terima dengan ucapan Aarav, Erina berniat membalas hal tersebut. "Begitu juga dengan dirimu. Jika berani menghalangi kemenanganku, kau akan merasakan kekuatanku terlebih dahulu. Kuharap kau mengerti hal itu juga." Erina memalingkan wajah, menatap Eiireen begitu tajam.

"Apa kau bilang?" Aarav menatap Erina begitu tajam, pedang yang sebelumnya di depan dada, segera disingkirkan ke samping. Kepalan tangan terarah sempurna pada Erina, disertai tatapan mata kesal bersiap membunuh.

"Apa kau tidak mendengarkannya dengan jelas? Kau akan merasakan kekuatanku, jika menghalangi kemenangan nanti," jelas Erina untuk kedua kalinya. Kali ini dengan wajah datar seakan tidak pernah terjadi apa-apa.

"Sialann!" teriak Aarav sembari mengarahkan kepalan tangan ke arah Erina. "Bicara seperti itu sekali lagi, aku akan benar-benar memukulmu," ancamnya tidak main-main.

Eiireen mengambil pedang kayu yang menancap di atas tanah, memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat, hingga berhadapan langsung dengan Aarav. Melihat kedua anak tersebut masih berkelahi bagaikan anak kucing dan tikus, dia hanya bisa menepuk kening.

"Kenapa kalian selalu berkelahi seperti ini? Bagaimana kalian bisa mengalahkanku dengan kerja sama tim yang sangat buruk," batinnya masih dengan tangan menempel pada kening.

Melihat pertengkaran tersebut tidak akan pernah berakhir dengan cepat. Eiireen memutuskan untuk menghentikan pertarungan dengan jalan kekerasan. Tanpa menunggu kesiapan dari Aarav dan Erina, dia mengangkat pedang dan memasang kuda-kuda.

Tanpa memberikan peringatan apapun, Eiireen segera mengalirkan tenaga dalam pada talapak kaki. Kemudian secara spontan mendorong tubuhnya hingga melompat tinggi di udara. Bahkan seperti terbang tanpa menggunakan sayap.

Tubuh Eiireen terus meluncur mendekati tempat Aarav dan Erina berada. Pedang kayu yang ada pada tangannya semakin digenggam erat, hingga memperlihatkan urat pada pergelangan tangan. Dua langkah sebelum tubuhnya mendarat di tanah, Eiireen mengayunkan pedang kayu ke arah Aarav dan Erina.

Tekanan udara yang diciptakan pedang kayu, membuat udara menggumpal dan dengan cepat mengarah pada tempat Aarav berdiri.