Chereads / The Lord of Warrior / Chapter 25 - Serangan Gabungan

Chapter 25 - Serangan Gabungan

Masih dengan serangan yang begitu mengejutkan. Eiireen tidak menyangka jika Erina akan melakukan hal seperti itu sekarang. Muncul secara tiba-tiba di belakang dan melancarkan serangan secara curang.

Menyadari serangan yang dilakukan dua orang, Eiireen tidak terlihat ketakutan sedikit pun. Justru sebaliknya, rasa bertarung yang selama ini dia simpan tiba-tiba muncul begitu buas. Raut wajahnya tegang dengan bola mata menatap tajam, sudut mulutnya terangkat.

"Bagus. Inilah yang disebut dengan pertarungan," ucap Eiireen mengangkat ujung mulut. Matanya berkedip di atas mulut, kemudian menarik napas begitu dalam.

Udara yang ada di dalam paru-paru segera dikeluarkan dari mulut secara perlahan. Tekanan udara yang dihasilkan membuat asap tipis keluar, menyebar ke seluruh tempat dengan sangat cepat.

Beberapa detik sebelum mengenai Eiireen, Aarav menyadari sesuatu yang berbahaya. Akan tetapi, dia menghiraukan hal tersebut dan terus menyerang Eiireen begitu buas. Tatapan matanya terlihat begitu yakin untuk mendapatkan kemenangan yang selama ini dia inginkan.

Namun, hal itu dipatahkan dengan mudah oleh Eiireen. Hanya dengan satu gerakan yang sangat tidak disangka, kemudian membuat formasi yang sudah ditetapkan Aarav dan Erina berantakan.

Eiireen mengangkat tangan begitu cepat, menangkis serangan Aarav yang mengarah padanya, kemudian menendang perutnya dengan kuat. Sedangkan tangan yang lain, didorong ke belakang ke arah Erina. Membut tubuhnya terdorong beberapa langkah, hingga mengeluarkan cairan dari mulut.

"Apa hanya seperti itu kemampuan kalian?" tanya Eiireen berwajah sombong, tangannya terangkat dan menempelkan pedang kayu di atas bahu. Bola matanya menatap Aarav begitu tajam, penuh dengan tatapan merendahkan. "Jika seperti itu terus, sampai kapan pun kalian tidak akan bisa mengalahkanku."

Aarav menekan perut yang baru saja ditendang Eiireen. Tekanan yang luar biasa dia rasakan saat itu juga, membuat darah segar mengalir dari ujung bibirnya. Menahan rasa sakit, Aarav bangkit dari duduk dengan memasang wajah kesal.

"Jika seperti ini terus, kalian tidak akan pernah bisa mengalahkan diriku," ucap Aarav bersungut, keningnya ditekuk hingga berkerut. Detik berikutnya, dia memalingkan wajah dan meludah ke samping. Membuat darah yang berkumpul di dalam mulutnya keluar bersama ludah.

"Apa kau pikir aku tidak bisa mengalahkan dirimu dengan mudah?" tanya Aarav memasang kuda-kuda mantap, dia menarik napas dalam-dalam, mengedarakan udara ke dalam paru-paru. Secara perlahan, energi sihir dialirkan ke seluruh tubuhnya secara bertahap.

Beberapa saat kemudian, Aarav mengangkat tangan tinggi-tinggi. Tatapan matanya begitu tajam disertai aura membunuh yang luar biasa. "Akan kubuktikan apa yang kau katakan sebuah kesalahan!"

Sementara itu, Erina yang ada pada jarak beberapa langkah saja dari Eiireen. Menghela napas panjang dengan tangan mengepal kuat. Pedang kayu yang ada pada genggaman tangan terlihat retak, tidak dapat menahan tekanan yang diberikan. Detik berikutnya, Erina mendorong tubuhnya menggunakan kekuatan pada kedua kaki.

Tubuh Erina terhempas mendekati Eiireen, tangannya terangkat dengan pedang kayu mengarah tepat pada perut Eiireen. Akan tetapi, serangan tersebut berhasil dihindari dengan sangat mudah oleh Eiireen.

Hanya dengan bergeser beberapa langkah ke samping, serangan yang dilakukan Erina mengenai udara kosong. Hal itu menyebabkan celah terbuka lebar. Eiireen memanfaatkan hal tersebut untuk melancarkan serangan. Tangannya terangkat, mengayunkannya begitu cepat pada kaki Erina.

Meskipun tidak berbahaya, serangan tersebut berhasil mematahkan tulang kering pada kaki Erina. Tubuhnya terjatuh dengan suara teriakan memekakkan telinga terdengar begitu kencang. Erina terus berguling kesakitan sembari menekan kakinya yang terasa sakit menggunakan dua tangan.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Aarav melihat Erina kesakitan, ujung mulutnya digigit hingga berdarah, tatapan matanya dipenuhi dengan niatan membunuh. "Berani sekali kau melakukan hal itu kepada Erina!" Detik berikutnya, Aarav menghilang dari tatapan mata Eiireen.

Melihat hal tersebut, Eiireen tersenyum tipis. "Bagus! Kekuatan yang kau miliki semakin bertambah. Hanya tingga sedikit saja kekuatanmu akan melampaui diriku. Begitu juga dengan Erina, walaupun hanya sebentar saja dalam memegang senjata. Kalian akan tumbuh menjadi seseorang yang kuat."

Aarav muncul dua langkah di depan Eiireen dengan tangan terangkat. Kemudian mengayunkan tangan begitu cepat, hingga gerakan yang dia lakukan tidak terlihat oleh mata biasa.

Namun, tidak dengan Eiireen yang memiliki mata khusus. Serangan yang dilakukan Aarav sudah bagaikan diperlambat, tidak ada hambatan sama sekali dalam menangkisnya. Dua senjata kayu saling bertabrakan, tetapi tinggal sedikit saja mengenai wajah Eiireen.

Tidak menyerah begitu saja, Aarav mencoba mendorong pedang kayu dengan kuat. Berharap jika berhasil mengenai Eiireen meski hanya sedikit saja.

Merasakan perlawanan yang cukup serius dari Aarav. Terlihat senyuman tipis dikeluwraka yang Eiireen. "Tidak mungkin," batinnya mengokohkan kuda-kuda, berusaha agar tidak terdorong oleh kekuatan Aarav. "Bagaimana mungkin aku dapat dikalahkan dengan begitu mudah!"

Eiireen mengangkat salah satu kakinya, kemudian menghantamkannya begitu kencang di atas tanah. Tekanan yang dihasilkan, membuat tanah di sekitar kakinya retak bahkan hancur. Beberapa pecahan tanah berhamburan di sekitar, serta menyebabkan kakinya terbenam sedalam tumit.

"Kau akan kukalahkan!" teriak Aarav begitu yakin dengan serangannya, mendorong tangan semakin kuat.

Namun, serangan yang dia lakukan tetap saja tidak dapat mengalahkan Eiireen dengan mudah. Kemenangan tidak hanya didapatkan dengan mengalahkan musuh menggunakan kekuatan, melainkan menipu musuh dengan kecerdasan.

Menyadari hal tersebut, Eiireen memiringkan pedang kayu. Membuat pedang kayu Aarav bergeser begitu cepat, hingga melewati ujung pedangnya. Apalagi dengan kekuatan dorongan yang kuat, semakin menambah kecepatan dalam menggeser pedang tersebut menjauh.

Tanpa menyia-nyiakan waktu, Eiireen mengangkat kaki ke arah Aarav begitu cepat. Ujung telapak kakinya menendang punggung Aarav hingga tersungkur ke depan beberapa langkah, membuat wajahnya diselimuti oleh debu tanah.

"Butuh seratus tahun lebih cepat agar kau bisa mengalahkan diriku." Eiireen menjulurkan tangan ke depan, mengarahkan pedang kayu pada bagian belakang tubuh Aarav. Hingga ujung pedang kayu menempel pada punggung Aarav.

Ketika ujung pedang menyentuh punggungnya, justru terdengar seringai dari mulut Aarav. Seakan tidak ingin kalah dalam pertarungan tersebut, dia tidak mencoba untuk menyerah meski apapun yang terjadi.

Aarav memutar kepala, hingga bola matanya saling bertatapan dengan Eiireen. Seringai aneh dikeluarkan wajah, bola matanya tidak terlihat menyerah.

"Apa yang terjadi? Bukankah dia sudah kukalahkan," batin Eiireen tidak mengerti, membuatnya kebingungan dalam mengambil langkah selanjutnya. "Namun, mata itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerah. Apalagi, aku merasakan sesuatu yang aneh akan terjadi."

"Apa kau berpikir aku akan semudah itu kau kalahkan?" tanya Aarav menarik ujung mulutnya.

Melihat raut wajah Aarav, membuat perasaan yang dimiliki Eiireen semakin bimbang. Dia seakan melihat sesuatu yang besar telah direncanakan oleh Aarav tanpa sepengetahuan dirinya. Sebenarnya, apa yang dilakukan Aarav sehingga dia sangat percaya diri dengan kemenangan.