Chereads / The Lord of Warrior / Chapter 9 - Semangat untuk Bertambah Kuat

Chapter 9 - Semangat untuk Bertambah Kuat

"Kau benar. Tidak ada waktu untuk mengurung diri seperti ini!" teriak Aarav mengangkat kepalan tangan begitu mantap. Tatapan mata penuh semangat terpancar pada wajah kecilnya, menatap lurus ke depan tanpa sedikit pun penyesalan.

"Bagus. Sekarang kita bisa istirahat terlebih dahulu." Eiireen melemparkan pedang kayu ke samping kanan.

Pedang kayu yang dilempar Eiireen berputar begitu cepat di udara, sebelum akhirnya ujungnya menyentuh tanah dan menancap hingga bagian tengah.

Bola mata Aarav terbelalak ketika melihat hal tersebut. Dengan sedikit tenaga saja dalam melakukannya, Eiireen dapat membuat pedang kayu tersebut menancap dalam di atas tanah.

"Hebat. Padahal hanya dengan tekanan sedikit saja, dia bisa melakukan hal tersebut." Bola mata Aarav terpaku menatap pedang kayu Eiireen yang menancap di dekatnya. Keringat dingin mengucur deras dari wajah, menetes beberapa kali melalui dagu.

"Oi, apa kalian berdua akan berdiam di sana terus menerus?" tanya Eiireen sedikit berteriak, jaraknya dengan Aarav sudah semakin jauh.

Aarav segera bangkit dari duduk, berlari kecil menuju Eiireen. Begitu juga dengan Erina, dia berlari bersama Aarav menuju tempat Eiireen berada.

"Perjalananku untuk menjadi lebih kuat masih sangat panjang." Kedua tangan Aarav mengepal begitu kencang, memperlihatkan urat pada pergelangan tangan. Senyuman lebar terpampang pada wajah Aarav, tatapan mata tajam dipenuhi semangat menjulang.

***

Sudah lebih dari sepuluh tahun Aarav meninggalkan desa. Wajah yang semula kecil dan terlihat imut, sekarang sudah berubah begitu besar.

Rambut sepanjang bahu berwarna hitam, tergerai tanpa ikatan. Tatapan mata dingin dengan wajah datar tanpa senyuman, itulah yang selama ini diperlihatkan oleh Aarav.

"Apa kau yakin?" tanya seorang pria paruh baya. Wajah kotak dengan rambut di kepala telah berwarna putih bersinar, baju compang-camping dengan motif berlubang di sana sini.

"Tentu saja aku sangat yakin. Hanya tinggal sedikit lagi aku dapat mengalahkan dirimu." Aarav mengangkat pedang kayu, mengarahkan pada pria tua yang tidak lain adalah Eiireen. Meskipun terlihat sangat bersemangat, tidak terdapat senyuman sedikit pun dari wajah Aarav saat ini.

Menatap Aarav yang dipenuhi semangat tinggi, Eiireen tersenyum kecil. "Baiklah jika memang itu yang kau mau. Aku tidak akan menahan diri." Pedang kayu yang ada pada genggaman tangan diangkat setinggi dada.

Ditemani dengan suara burung-burung yang sedang bernyanyi, pertarungan antara Eiireen dan Aarav akan terjadi sebentar lagi. Hamparan rumput hijau terlihat begitu menyejukkan dengan butiran embun yang tergeletak di atas daunnya.

Terpaan angin menarik rambut hitam Aarav, membuat beberapa helai menutupi wajah. Tidak ingin terganggu dengan rambutnya sendiri, Aarav mengambil tali untuk mengikat rambutnya. Menampakkan kening lebar bagaikan lapangan bola di kepala Aarav.

Sinar matahari yang menusuk kepala, memantul oleh kilauan yang dimiliki oleh kening Aarav. Sinar tersebut mengarah pada bola mata Eiireen, membuatnya tidak dapat melihat dengan jelas.

"Kau curang!" teriak Eiireen sembari menunjuk kening Aarav. "Tidak boleh menggunakan cahaya sebagai objek pantulan!"

"Apa maksudmu? Aku tidak curang sama sekali." Tatapan mata sayu tanpa semangat. Detik berikutnya, Aarav mengangkat tangan yang mengepal. Sedangkan tangan yang lainnnya dijulurkan ke samping, untuk mengambil sesuatu yang tertancap di sana.

"Kali ini, akan kupastikan kemenangan ada dalan genggaman tangan." Setelah mengikat rambut, Aarav mengambil pedang kayu yang tertancap di samping kaki.

Senyuman lebar ditunjukkan Eiireen sebelum pertandingan dimulai. Mengalami kekalahan selama hampir sepuluh tahun, tidak membuat semangat Aarav menghilang begitu saja. Justru sebaliknya. Dengan mengalami kekalahan sebanyak itu, membuat niatnya untuk menang semakin besar setiap harinya.

"Jika memang kau bisa melakukannya, silakan saja. Pertarungan kali ini akan menjadi kekalahanmu untuk yang kelima ratus kali." Eiireen tersenyum simpul, menutup salah satu bola mata.

Sementara itu, beberapa langkah di belakang Aarav. Seorang wanita seumuran dengannya tengah berdiri dengan tegak. Rambut hitam yang lebih panjang dari Aarav, tatapan mata sayu dengan senyuman tipis tak henti-henti.

"Apa kalian berdua sudah siap?" tanya wanita berambut hitam panjang yang tidak lain adalah Erina. "Pertarungan kelima ratus satu antara Aarav dan Ayah ... " Bola mata Erina menatap wajah Aarav dan Eiireen secara bergantian.

Salah satu tangan Erina dijulurkan ke depan, di antara Aarav dan Eiireen yang saling bertatapan. Kedua orang yang akan bertarung, sudah menggenggam pedang kayu dengan begitu erat. Tatapan mata penuh kemenangan serta berbagai strategi penyerangan langsung terngiang di dalam kepala mereka berdua.

"Kalau begitu ... Mulai!" Setelah mengayunkan tangan ke depan, kemudian membuka pertarungan. Erina mundur beberapa langkah guna menghindari efek dari berbagai serangan.

Sudah melihat pertarungan hingga ratusan kali, membuat Erina dapat mengetahui radius bahaya. Apalagi, setiap kali melakukan pertarungan, efek yang ditimbulkan oleh mereka berdua terlalu dahsyat untuk dirasakan jika berada di dekatnya secara langsung.

Baru saja Erina mundur beberapa langkah. Aarav melakukan pergerakan pertama. Kunci dari setiap serangan memang terletak pada gerakan pertama yang dilakukan. Akan tetapi, kekuatan individu yang dimiliki juga sangat berpengaruh dalam hal tersebut. Jika melakukan serangan tanpa berpikir terlebih dahulu, hanya akan menyebabkan kekalahan.

Aarav berlari begitu buas menuju tempat Eiireen berdiri. Seakan menunggu serangan yang akan dilakukan Aarav, Eiireen hanya berdiam tanpa gerakan.

"Kau terlalu meremehkanku hingga saat ini. Saat ini juga, akan kuhancurkan senyuman penuh kemenangan yang selama ini ada pada wajahmu," batin Aarav sembari terus mendekat ke arah Eiireen.

Beberapa meter sebelum sampai di tempat Eiireen berdiri. Aarav semakin mempercepat langkah kaki, kemudian melompat kecil saat jarak mereka hanya tersisa beberapa langkah. Kekuatan yang ada pada telapak kaki Aarav, membuatnya terbang beberapa langkah ke udara.

"Hooh ..." Eiireen tersenyum dengan pedang kayu masih menancap di tanah. "Jadi kau memutuskan untuk menggunakan serangan yang sama seperti dulu. Ketika saat pertama kali kita bertarung."

Pada saat Aarav berada di udara, tangannya menggenggam pedang kayu yang tersampir di pinggul. Tatapan mata yang sebelumnya sayu, saat ini sudah dipenugi dengan semangat, bagaikan terbakar api membara.

Terpaan angin yang semakin kencang menerpa, membuat rambut Aarav bergoyang. Beberapa helai yang lepas dari tali, menghalangi wajahnya ketika akan melakukan serangan. Detik berikutnya, Aarav mengalirkan kekuatan pada tangan.

Ketika berada di atas kepala Eiireen, seluruh tenaga yang sudah dialihkan pada tangan dilepaskan dalam satu serangan. Pedang kayu ditarik dari pinggul, diarahkan ke bawah tepat di mana Eiireen berada.

"Matilah!" teriak Aarav dibarengi dengan serangan kuat.

Hantaman yang diciptakan Aarav, membuat tanah yang ada di bawahnya bergejolak. Getaran kecil sempat dirasakan oleh Erina yang sudah berdiri menjauh dari area pertarungan.

Aarav mendarat dengan sempurna bebarapa langkah di belakang Eiireen. Tersenyum penuh kemenangan atas apa yang sudah dia lakukan.