Chereads / The Contracted Madame Shin / Chapter 14 - Paman Amelia datang kembali

Chapter 14 - Paman Amelia datang kembali

Eric bahkan telah membaca kontrak pernikahan yang di bikin oleh pengacara dari Shina Corporation di Seoul. Di kontrak tersebut hanya mengatur perlindungan mengenai harta dari William.

Apabila terjadi perceraian maka Amelia akan mendapatkan kompesasi yang cukup sepadan dengan waktu pernikahan mereka.

Di kontrak tersebut juga mengatur tentang hak asuh anak yang akan jatuh ke tangan William apabila mereka memutuskan bercerai. Tetapi Amelia masih dapat menemui anak mereka kapanpun itu.

"Jam berapa bapak akan menjemput saya?" tanya Amelia dengan sopan. Ibu Amelia kembali dengan kopi hitam di tangannya.

"Minum dulu kopinya, Bli. Maafkan rumah saya yang seperti ini. Kami masih menumpang di rumah dari nak Indah," jawab ibu Amelia sambil memberikan segelas kopi hitam kepada eric.

"wah, saya jadi merepotkan seperti ini. Besok saya jemput sekitar jam 7.30 pagi yah. Jangan sampai terlambat," Pak Eric menjawab pertanyaan dari Amelia sambil meminum kopi hitamnya tersebut.

"Bli Made, saya memohon bantuannya untuk Amelia. Apabila dia melakukan kesalahan, jangan segan untuk memarahinya. Supaya dia bisa belajar untuk menjadi lebih baik lagi," pinta Ibu Amelia kepada sahabat suaminya tersebut.

"Jangan kuatir. Saya sudah menganggap Amelia sebagai anak saya sendiri mewakili almarhum. Saya akan memastikan bahwa Amelia bekerja dengan benar," Eric berusaha meyakinkan istri sahabatnya tersebut.

"Saya sedikit tenang apabila ada Bli yang bisa membimbing Amelia. Saya yang meminta maaf terlebih dahulu untuk semua kesalahan dari Amelia," Ibu Amelia memohon kepada sahabat almarhum suaminya.

"anda terlalu tinggi menilai saya yang tidak berkontribusi apapun. Baiklah Terima kasih atas kopinya. Saya harus pulang karena sudah terlalu malam," kata Pak Eric dengan sopan dan menaruh gelas kopi kosongnya ke lantai di depan kamar kost.

"Terima kasih Pak Eric atas pemberitahuannya. Saya akan siapkan diri saya besok pagi" jawab Amelia dengan sopan sambil mengantar Pak Eric keluar dari area kost-kostan.

Amelia kembali ke dalam kamar kost-kostan untuk bersiap-siap tidur dengan sahabatnya tersebut. Lampu di padamkan dan mereka terbuai ke alam mimpi.

Ayam berkokok dan suara burung bersautan di pagi hari menandakan bahwa pagi telah datang. Mereka akan menandatangani sertifikat pernikahan mereka di kedutaan korea di Jakarta hari ini.

Paspor untuk Amelia pun telah berhasil di percepat prosesnya dengan mengunakan sedikit koneksi dengan petinggi di negeri ini.

William tidak pernah merasakan rasa seperti ini di dalam dirinya. Dia bergegas ke kamar mandi dengan bersiul.

Dia mempersiapkan dirinya dan menggunakan jas kerjanya yang sudah lama tidak digunakannya. William benar-benar kembali seperti dirinya yang dahulu yang mempersiapkan dirinya dengan cukup rapi.

Dia menggunakan hem putih dari rumah mode Itali dan memakai kancing manset di lengan bajunya.

William memakai dasi berwarna biru muda dengan detail silver dan jas dan celana kain berwarna biru tua.

William keluar dari kamarnya tepat jam enam tiga puluh pagi Ketika Pak Eric telah mulai berkerja mempersiapkan keperluannya.

Pelayan menyajikan sarapan paginya dengan sedikit kaget. Mereka tidak pernah melihat atasan mereka memakai pakaian resmi seperti ini.

Wajah gantengnya terlihat seperti bintang drama korea. Mereka memang mengagumi atasan mereka karena ketampanannya.

Mereka semua berharap bahwa ada salah satu dari mereka berhasil memikat hati dari atasan mereka tersebut. Tetapi dia mempunyai keanehan tentang standard kebersihan.

Atasan mereka tidak memperbolehkan siapapun kecuali Amelia untuk menyetuh barang pribadinya dan membersihkan kamarnya.

Hal tersebut membuat mereka iri terlebih lagi Manik yang memang tergila-gila dengan Pak William.

Manik adalah gadis yang baru di rekrut di rumah Pak William. Backgroundnya sebagai bekas pekerja migran di luar negeri membuatnya bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah.

Pak Eric memutuskan untuk menerimanya untuk menggantikan posisi Amelia di rumah ini. Tetapi ada beberapa area yang menjadi larangan untuk di masukinya dan membuat Manik tidaklah beda dengan pegawai yang lainnya.

William makan dengan cepat dan meminum kopi hitam kesukaannya. Dia terduduk di meja makannya sambil membaca I Pad nya dan seorang lelaki dengan pakaian kerjanya datang menghampiri Pak William.

"pesawat pribadiku sudah siap?" William melihat Park Hoon melaporkan diri di depannya.

"Tentu saja sudah. Pesawat anda sedang mengisi bahan bakar di bandara. Sudah lama anda tidak memintaku untuk mengirim pesawat anda untuk digunakan," Park Hoon yang harus tidur di dalam pesawat untuk bisa memenuhi permintaan dari atasannya tersebut.

"Baiklah. Sekarang kita akan pergi ke kantor imigrasi untuk menandatangi paspor dan pas foto. Kemudian kita ke Jakarta. Eric, apakah kantor Jakarta sudah mempersiapkan baju dan make up artis untuknya?" tanya William kepada Eric yang mengikuti atasannya untuk pergi ke mobil hitam yang terparkir di depan rumah.

Mereka pergi menuju ke rumah kost dari Amelia untuk menjemputnya dan menggiringnya ke jenjang pernikahan mereka.

Ternyata, Paman Amelia membawa beberapa preman atas perintah dari nenek Amelia. Kedatangan mereka untuk membawa paksa Amelia untuk di nikahkan dengan lelaki terkaya di desa mereka.

Walaupun rumah dari Bapak Amelia telah dijual oleh Nenek Amelia tanpa sepengetahuan paman Amelia dan calon suami Amelia.

Paman Amelia datang membuat keributan di pagi hari yang membuat ibu Amelia terkejut mendengar mengenai perjodohan dari anak perempuannya.

"Made, jangan macam-macam! Siapa kamu berhak memutuskan mengenai suami anak saya!" Hardik ibu Amelia dengan suara agak keras.

"Kak, perjodohan ini sudah berjalan dan ibuk di rumah sudah menerima lamaran dari Pak Calvin semalam. Besok akan ada upacara pernikahan dan mepamit dari sangah di rumah. Pak Calvin yang melunasi semua hutang Wi [kakak lelaki dalam Bahasa bali] di koperasi," Made menjelaskan dengan tegas kepada kakak iparnya tersebut.

"Saya tidak mengijinkannya. Saya adalah ibu kandung dari Amelia dan tidak ada yang berhak menggambilnya dari sisi saya selama saya masih bernafas," ibu Amelia berteriak dengan histeris di hadapan semua orang.

"Semua sudah di bicarakan semalam dan tidak ada yang bisa merubah semua keputusan yang sudah di buat. Kalau kakak mau merubahnya maka lunasi hutang di koperasi," Hardik paman Amelia dengan keras kepada ibu Amelia.