"Tumben nggak telat?" tanya Zidane, sudah mengambil posisi di belakangnya.
Sesaat mata mereka beradu pandang.
"Ah … hm …, iya, Pak. Permisi," ucap Esya menyunggingkan senyum, menunduk dan melangkah pergi mendahului sang direktur utama.
"Eh! Tunggu!" Zidane langsung menghampiri Esya yang sepertinya terburu-buru. Namun dia sepertinya melupakan sesuatu. Suatu berkas entah apa isinya yang jelas pasti penting bagi wanita itu, kini berada dalam genggaman Zidane.
Lelaki itu berusaha mengejarnya.
Namun, dia melihat Esya sedang berbincang dengan lelaki yang waktu itu dia peringati agar menjauh darinya. Sepertinya mereka semakin dekat, karena Esya adalah tipe karyawan yang kaku. Jadi untuk membuatnya tertawa seceria itu, pasti membutuhkan sebuah effort besar.
Saat hampir mendekati kedua sejoli yang tampak mesra dan saling curi-curi pandang, Zidane berdeham sangat keras sampai-sampai keduanya tersentak ketika melihat orang arogan itu mendekat pada mereka.