"Gak lucu …." Kini Halua tenggelam dalam pikirannya sendiri. Sesaat dia melupakan tugasnya untuk menjaga Esya. Sampai-sampai …
BRAK!!!
Suara hantaman yang sangat keras menyadarkan lamunannya. Sungguh, Halua menyesali perbuatannya.
Kini dia sudah berada di rumah sakit terdekat kantor. Dengan menggunakan wujud nyatanya, Halua menampakkan dirinya pada khalayak umum untuk pertama kalinya.
"Ini semua salah saya … coba aja, coba nggak ngelamun … coba nggak …."
"Udahlah, jangan salahin dirimu terus. Ini sudah bagian dari takdirNya." Sosok itu muncul lagi, dia bersandar di dinding rumah sakit.
Darah Halua berdesir kencang, kini emosinya meningkat. Pikirannya tidak bisa berpikir jernih lagi.
"Ini semua terjadi juga gara-gara kamu! Kalau aja kamu nggak ngajak saya berdebat hal nggak penting itu! Saya pasti masih fokus sama Esya!" Dia bangkit dan sorot matanya penuh emosi.