Mendengar hal itu, Halua langsung mendekatinya dalam jarak yang sangat dekat.
Keningnya mengerut, sorot matanya seperti tak paham pada apa yang akan dilakukan sosok ini.
"Apa yang akan …." Esya menahan ucapannya ketika Halua semakin mendekat hingga jarak wajah mereka hanya tersisa lima centi meter.
"Kamu yakin?" tanya Halua, lembut. Manik matanya terus berusaha menatap wanita cantik yang gemetaran ini.
Sesaat matanya menatap bibir merah ranum milik Esya. Membuat wanita itu menelan salivanya.
"Kamu mau ngapain—" Tanpa sepatah kata, Halua langsung mencium bibir mungil itu.
"Mmmm!" Esya berusaha memukul dada bidang itu, namun seperti biasa, tenaga Halua sangat kuat. Tenaga Esya tak sepadan dengannya.
Setelah pergulatan bibir itu berlangsung selama beberapa menit, kini Halua melepaskannya dengan wajah memerah dan sorot matanya yang tajam kini melemah.
Mereka sama-sama menghela napas, sebelum akhirnya saling beradu pandang dengan lirikan malu-malu.