Dan dia tidak tahu satu hal tentang Dito.
"Hey, kemarin gimana? Sakit nggak?" tanyanya yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas. Lelaki itu memang dikenal ramah dengan semuanya. Dia sudah terbiasa melakukan apa yang dia mau. Karena pasalnya semua orang terlampau menganggapnya baik.
Tak terasa sekarang ini mereka sudah berada di kelas delapan. Kelas pertengahan antara menjadi kakak kelas dan masih tetap jadi adek kelas bagi anak kelas sembilan.
Esya tetap bersikap diam di sekolah. Walaupun sejujurnya ketika mereka hanya berdua, Esya terlampau banyak bicara pada cowok satu ini.
"Oh, sudah hampir waktunya. Saya nanti ke sini lagi! Semangat belajarnya!" Lagi dan lagi kepribadiannya terlalu baik, sampai-sampai orang jadi sulit menebaknya.
Esya terlampau berharap jauh pada lelaki itu. Dia pikir Dito benar-benar menyukainya dan memang hanya dialah wanita satu-satunya yang diperlakukan seperti itu.