Tepat sesuai sasaran, Liona diminat pulang karena ada rekan bisnis Papi yang akan datang ke rumah untuk makan siang.
Makanan sudah dipesan, ada juga yang dimasak secara langsung oleh Liona. Entah mengapa Mami tiba-tiba meminta Liona memasak. Padahal selama ini Mami tidak tahu menahu akan Liona yang pintar memasak.
"Bibi ngasih tau Mami kalau Lio bisa masak?" tanya Liona pada salah satu asisten rumah tangganya.
"Enggak kok non, mungkin sekertaris tuan dan nyonya, dia kan sering liat non masak," balas Bi Rumi asisten rumah tangga yang berkerja sejak Liona masih dalam kandungan Mami.
Liona memang lebih dekat dengan Bi Rumi jika di rumah, Bi Rumi bisa menjadi sosok nenek yang baik baginya. Mengajarkan beberapa pekerjaan rumah salah satunya memasak.
Liona mengangguk, ia baru teringat akan satu fakta itu, bahwa asisten pribadi kedua orang tuanya memang sering hilir mudik di rumah ini seakan ini rumah mereka dan juga mereka sering mengurusi beberapa keperluan sekolah Liona.
Niat mereka memang baik mengadukan bahwa Liona pintar memasak dan berbagai informasi lainnya yang sering mereka adukan, tapi kadang Liona risih juga jengekel, karena mereka benar-benar mengatur hidup Liona. Membuat Liona semakin tercekik keadaan.
"Makan semua udah siap?" tanya Mami dengan pakaian rumahan yang tetap fashionable.
"Sudah nyonya," balas Bi Rumi.
"Liona! Kamu sekarang ganti baju, dandanan yang rapih, jangan bikin malu. Mami udah siapin baju buat kamu, kamu cukup dandan dan mandi! Sana!" tutur Mami seperti biasa tidak ingin dibantah.
Tanpa sepatah katapun Liona melangkah menuju kamarnya setelah menyelesaikan satu hidangan penutup yang ia buat sendiri.
Dengan kesal Liona membuka pintu kamarnya lalu tanpa sengaja ia menutup pintu kamar itu dengan keras. Membuat suara pintu yang tertutup itu bak suara bantingan barang.
"Upss," ucap Liona.
"Jangan bikin masalah lagi Lio, atau hidup lo bakalan lebih ancur lagi. Seperti biasa Liona, jalani skenario dengan baik. Jadilah pemeran utama yang bisa diandalkan, biasa aja okey. Tenang," ucap Liona di depan cermin.
Kebiasaan yang sering ia lakukan sebelum bertemu dengan beberapa rekan bisnis keluarganya.
Bukan hanya tampil secantik dan seanggun mungkin, tapi ia juga harus berakting seolah keluarga memang bahagia.
Dilain itu ada masalah, Mami tidak memberikan Liona kerudung. Terpaksa Liona harus mencari satu kerudung yang pas dengan baju yang akan ia kenakan. Beruntungnya lagi baju itu berlengan panjang dengan celana bahan yang juga panjang.
Tahun ini Liona telah memantapkan hatinya untuk berhijab, menjalankan satu kewajibannya pada Tuhan, Mami memang belum mengetahui hal itu, tapi nanti setelah jamuan makan siang Liona akan menceritakan keinginannya untuk berhijab.
Setelah mendapat satu kerudung yang pas dengan baju yang akan ia kenakan, seseorang terlebih dahulu mengetuk pintu kamar Liona.
"Non disuruh turun sama nyonya," ucap Bi Rumi.
"Iya Bi," balas Liona.
Dengan tergesa-gesa ia memasang ikat pinggang yang membelit pinggang rampingnya itu. Memeriksa kembali penampilannya di depan cermin apa sudah rapih atau belum, setelah yakin rapih ia keluar dengan mengenakan sandal rumahan bermerek.
Mami seseorang yang perfeksionis, ia tidak ingin ada satu kesalahan pun. Terkadang hal itu sangat menganggu Liona, karena ia selalu dituntut untuk tampil sempurna dengan apa yang Mami bayangkan.
"Kamu kok pake hijab?" tanya Mami dan bergegas menghampiri Liona yang baru saja menginjakkan kakinya di lantai.
"Iya, Lio udah mantep buat pake hijab," balas Liona.
"Tapi..." ucap Mami hendak menyanggah, tapi Papi lebih dulu memotong kalimatnya.
"Gak papa, biarin aja. Toh gak ganggu aktivitas dia ini, gak bikin pamor dia turun, dia bahkan jauh lebih cantik saat pake hijab," sanggah Papi yang berhasil membuat Mami tidak berkutik lagi.
Mami memang bukan wanita yang menurup auratnya secara sempurna, maka dari itu Liona kurang mendapat perhatian soal kehidupan seorang wanita muslim, terlebih pekerjaan yang selalu utama di mata Mami, membuat Liona semakin tersingkirkan.
"Yaudah kamu duduk dulu di kamar, nanti Mami panggil kalau tamunya udah datang," pungkas Mami, dan lagi Liona tidak banyak bicara. Ia hanya bisa menuruti keinginan kedua orang tuanya, lagi pula Liona malas bertemu dengan rekan bisnis keluarga mereka. Ia lebih memilih tidur atau membaca buku dari pada menghabiskan waktu mendengar percakapan membosankan itu.
Dibagian rumah yang lain, Bagas tengah bersiap diri untuk bisa menemui rekan bisnis Ayahnya. Walaupun lelah dan mengangtuk ia tetap harus menemui rekan bisnis Ayahnya itu.
Pekerjaan tetap pekerjaan tidak ada libatkan emosi diluar itu. Kadang berisikap profesional juga ditunjukkan di kehidupan sehari-hari, seolah semua baik, tapi nyata buruk dan busuk. Cover setiap individu memang berbeda sama halnya dengan keluarga Bagas yang senantiasa tamak baik.
"Udah?" tanya Bunda Bagas.
Bagas menoleh dan mengangguk, Bunda dengan usia 30 tahunnnya tetap tampak cantik. Hanya usia yang bertambah, tapi semangat masih berkobar jiwa muda.
"Yaudah yu berangkat. Tar telat malu," ajak Ayah.
Kali ini tanpa supir, keluarga Bagas berangkat menuju rumah rekan bisnis keluarganya.
Saat akan menikmati perjalanan, tiba-tiba mobil berhenti tepat di bangunan paling depan komplek elit itu.
"Bukannya ini..." gumam Bagas pelan.
Ya, Bagas pernah datang ke rumah ini saat mengantar Lion bertemu dengan kedua orang tua gadis pujaannya, meminta izin agar gadis itu bisa menginap di rumahnya dan bisa ikut ke acara kelulusannya.
"Ayo turun!" ajak Ayah.
Bunda menyusul turun, kini giliran Bagas yang kebingungan.
"Masuk jangan ya?" tanya Bagas pada dirinya sendiri.
"Bagas!" tegur Ayah yang telah berdiri di depan pintu rumah rekan bisnisnya itu.
Bagas menoleh, menarik napas dan baiklah ia turun dari mobil kesayangannya itu.
Pintu berkali-kali diketuk oleh Ayah, tapi tak kunjung terbukanya. Entah ketukan keberapa pintu itu dibuka perlahan, tangan kekar itu membuka pintu dan menyunggingkan senyum manis pada Ayah.
"Ehhh maaf, udah lama nunggu ya?" tanya pria yang seumuran dengan Ayah Bagas.
"Lumayan, oh iya ini istri aku Cika dan ini anak aku Bagas," ucap Ayah Bagas mengenalkan satu persatu anggota keluarganya yang ikut.
"Oh hallo, saya Raditya Prasetya. Sebentar, kamu yang waktu itu ikut makan di acara kelulusan Liona kan?" tanya Papi Liona pada Bagas yang kini tersenyum canggung.
"Ehh iya om," balas Bagas kikuk.
"Gak usah panggil om, panggil aja Papi," balas Papi.
Bagas mengangguk dan tidak menyahut lagi. Keluarga Bagas dibawa ke ruang makan keluarga Liona. Ruang makan yang mewah dan luas, ada seorang wanita dengan pakaian rumahan yang tampak cantik diusia tuanya itu.
Ia tengah menyiapkan beberapa hidangan dimeja makan dengan bantuan asisten rumah tangganya.
"Dimana Liona?" batin Bagas dalam hati.
"Ayo silahkan duduk," ucap Papi.
Ketiganya mengangguk dan segera mengambil tempat duduk.
"Ini istri ku, Ranum Anggraini. Ranum ini Cika istri Rendy dan ini anaknya Bagas," jelas Papi.
Mami segera menghampiri Bunda Bagas, berpelukan singkat dan tidak lupa cipika-cipiki setelah ia bersalaman dengan Bagas.
"Ehhh kayaknya kita pernah ketemu?" tanya Mami pada Bagas.
"Iya tante, pas kelulusan Liona," jelas Bagas. Mami mengangguk dan kembali ke tempat duduknya.
"Anak kamu mana?" tanya Ayah Bagas pada Papi.
"Ada. Mami, panggil Liona gih!" pinta Papi. Mami mengangguk, lalu melangkah menuju lantai dua rumah megah itu.
Liona sendiri kini tengah asik menonton televisi, ia sebenarnya malas keluar, tapi apa daya ia selalu kalah dengan paksaan rekan bisnis kedua orang tuanya.
"Lio," ucap Mami sambil membuka pintu kamar Liona.
"Ayo turun,"
Liona mengangguk, menarik napas panjang dan melangkah menyusul Mami.
"Senyum!" tegas Mami saat keduanya turun dari anak tangga yang terakhir.
Ayah, Bunda dan Bagas bangkit berdiri. Bagas tersenyum melihat wajah cemberut Liona. Ternyata benar, Liona memang tidak menyukai jamuan makan siang berkedok bisnis.
"Ini anak kami, Liona," ucap Mami.
Liona masih dengan wajah tertunduk tersenyum, Bunda segera menghampiri.
"Cantik,"
Liona balas tersenyum dan mengangkat wajahnya, tapi seorang pria yang tengah tersenyum tak jauh dari tempat ia berdiri sekarang mengundang perhatiannya.
"Lo!"