Chereads / Ricketly House / Chapter 8 - Sweet Graduation

Chapter 8 - Sweet Graduation

Hari kelulusan tiba, Liona dengan gaun berwarna hitam juga kerudung berwarna senada melangkah dengan anggun di jalanan berkarpet biru.

Ia menerima penghargaan sebagai juara 3 nilai ujian nasional terbaik di sekolah juga juara 3 nilai ujian terbaik se-kabupaten.

Kedua orang tuanya Liona hadir dengan wajah yang terangkat juga binar senyum kebahagiaan, akhirnya anak semata wayangnya bisa membuat prestasi yang memukau.

Tepuk tangan riuh saat Liona maju apalagi di sampingnya berdiri seorang pria bernama Rio, pria yang terkenal dengan kepintarannya juga keaktifannya di berbagai organisasi.

Rio melangkah dengan gagah, menggandeng lengan Liona tanpa rasa canggung.

Sebisa mungkin Liona tersenyum, lihatlah barisan wanita fans Rio yang berteriak histeris itu. Menjengkelkan dan nora.

"Selamat," ucap pria setengah baya yang kini tersenyum bangga dengan kepintaran kedua muridnya, pria yang menjabat sebagai kepala sekolah itu tak hentinya memuji kecerdasan keduanya.

Liona rasanya muak mendengarkan perkataan pria itu. Sudah cukup! Hari ini memang hari yang bersejarah, tapi tanpa adanya Lion hari ini tampak biasa saja.

"Senyum!" tegur Rio setengah berbisik.

Liona menoleh, menatap jengkel pada pria di sampingnya itu.

Dengan terpaksa ia tersenyum. Piala, mendali dan sertifikat telah ada di tangannya, setelah acara serah terima itu selesai, Liona dan Rio kembali ke kursi masing-masing juga beberapa siswa-siswi yang mendapatkan penghargaan serupa.

Kedua orang tua Liona bangkit dari duduknya, menyambut Liona dengan kehangatan, tersenyum bangga.

"Hebat, ini yang Papi mau!" ujar pria berperawakan tinggi dengan badan proporsional itu. Pria yang Liona panggil Papi.

Liona balas tersenyum kecut. Lagi-lagi ia harus berprestasi lebih dulu demi mendapatkan pelukan singkat itu.

Peluk yang hanya ia dapatkan jika bisa membuat kedua manusia di hadapannya ini bangga, sebuah formalitas yang menipu khalayak ramai. Sungguh menjengkelkan!

"Selamat sayang. Next di SMA kamu harus jauh lebih berprestasi lagi, okey sayang," imbuh wanita berpenampilan glamor dengan bentuk tubuh bak model di usianya yang hampir menginjak kepala 4.

Wanita itu tersenyum penuh kemenangan, berganti memeluk Liona lalu mengecup setiap inci wajah Liona dan sekali lagi Liona balas tersenyum seadanya.

Setelah segala formalitas itu ia laksanakan dengan akting yang baik, Liona bergegas menuju kursinya, bergabung dengan beberapa teman baiknya.

Mengabaikan tatapan Rio yang sedari tadi tak henti memperhatikannya. Ada hal yang selama ini pria itu simpan baik-baik, mungkin bukan sekarang, tapi nanti ia akan bertanya dan mengutarakan hal itu.

Keputusan Liona sudah bulat, ia akan masuk ke salah satu SMA negeri dimana kedua orang tua Lion mengajar, ia dan Lion akan bersekolah bersama menghabiskan masa putih abu-abu.

Membayangkannya saja sudah membuat hati Liona berbunga-bunga apalagi jika hal itu terjadi. Sudah dipastikan hari Liona akan jauh lebih berwarna setelah musim penghujan menerjangnya.

"Selamat Liona," ucap salah satu teman sekelasnya.

"Selamat juga buat kamu," balas Liona.

Liona tak hentinya tersenyum dengan bayang-bayang masa SMA. Tapi ia belum menyadari bahwa seseorang yang selama ini ia harapkan kehadirannya tengah duduk di depan gedung yang menjadi tempat acara kelulusan ini berlangsung.

Pemuda dengan style kemeja berwarna hitam dengan celana bahan juga sepatu berwarna senada tak lupa sebuket bunga mawar merah yang menjadi kado terindah untuk Liona hari ini.

Pemuda itu menunggu dengan cemas, berkali-kali ia mondar-mandir menunggu kedatangan Liona, membuat temannya bingung.

"Santai aja Lion! Lo izin dari pesantren gak takut giliran mau ketemu Liona lo takut!" gerutu Bagas.

"Gue gak takut Gas. Gue cuma gugup," balas Lion.

"Cih!"

Setelah beberapa saat Lion kembali tenang, duduk menunggu pujaan hatinya keluar dari sangkar emas itu.

Acara demi acara terus berlangsung hingga puncak dari acara itu selesai barulah Liona dan beberapa temannya bisa keluar gedung.

Dengan wajah lesunya Liona melangkah lebih dulu, meninggalkan kedua orang tuanya yang tengah bersalaman dengan kepala sekolah juga wali kelasnya.

Percakapan mereka tidak pernah jauh-jauh dari nilai dan prestasi atau kadang kala bisnis dan Liona jelas bosan dengan hal itu.

"Liona!" teriak Rio membuat langkah kaki Liona terhenti di depan pintu gedung.

Liona membalikkan badannya, menatap dengan alis yang terangkat satu.

"Ini buat lo," ucap Rio sambil memberikan Liona sebuket bunga mawar putih juga sepucuk surat dengan amplop berwarna hitam dan sebatang coklat.

Liona balas mengernyitkan dahinya, tangannya masih belum menerima uluran buket bunga itu.

"Buat gue?" tanya Liona memastikan.

"Iyalah! Buat siapa lagi? Gue tahu, lo dapet hadiah dan buket bunga banyak, tapi tolong terima ini," balas Rio sambil menyerahkan buket bunga itu secara paksa ke tangan kanan Liona.

Mau tak mau Liona menerima buket bunga itu.

"Selamat berlibur dan sampai ketemu di SMA," ujar Rio sebelum melangkah menjauh. Liona balas mengangguk dan tak banyak bicara ia bergegas keluar gedung.

Rasanya pengap, dengan tangan yang penuh membawa beberapa buket bunga juga hadiah lainnya.

"Happy graduation my dear," ucap seseorang di depan sana dengan wajah yang sumringah.

Tubuh Liona membeku, waktu seakan berhenti. Apakah ini nyata adanya?

"Ion?" ucap Liona tercekat, napasnya menderu, ia melangkah dengan langkah yang terseret-seret. Benarkah ini? Sungguh? Dari mana pemuda ini tahu bahwa hari ini hari kelulusan Liona?

"Siapa lagi?" balas Lion dengan senyum manisnya.

Keduanya melangkah saling mendekat, bersitatap seakan dunia milik berdua dan yang lain hanyalah tamu.

"Kamu...di sini?" tanya Liona masih tidak percaya.

"Iya, aku izin ke pondok, terus dapet izin juga dari Bunda. Jadi bisa ke sini deh. Happy graduation my dear," ucap Lion sekali lagi mengulang kalimat yang sama.

Liona masih tidak percaya, ia diam membisu di depan wajah tampan Lion. Tidak berkedip sama sekali.

"Liona?" tegur Lion sambil melambaikan tangannya di depan wajah Liona yang cantik dengan hijab hitam yang menjulur menutupi sebagian tubuh bagian atas juga rambutnya.

"Makasih," ucap Liona dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Ia benar-benar bahagia bisa melihat pemuda yang selama ini ia cinta datang di hari yang bahagia ini.

"Sama-sama, ini buat kamu," ucap Lion sambil menyerahkan sebuket bunga mawar merah yang didalamnya ada surat yang selama ini ia tulis tanpa pernah ia kirim pada Liona.

"Makasih Ion," balas Liona sambil menerima buket bunga itu dengan tangan yang kesusahan.

"Sini aku bantu," pinta Lion.

Liona mengangguk dan menyerahkan beberapa buket bunga pada Lion, lalu tangannya ia gunakan hanya untuk membawa satu buket bunga dari pemuda itu.

"Kok berat! Isinya apa aja nih?" tanya Liona saat menyadari buket bunga itu sedikit berbeda dari buket biasanya.

"Kamu buka di rumah aja, semua jawabannya ada di sana," jawab Lion.

Liona mengangguk. Dengan kehadiran Lion saja harinya jauh lebih baik. Apapun hadiah yang disiapkan pemuda itu ia akan menerimanya dengan lapang dada, tapi beberapa menit kemudian setelah keduanya asik berfoto dan bercengkrama dengan Bagas yang baru saja datang dari toilet, kedua orang tua Liona memanggilnya.

"Kita akan rayain kelulusan kamu di restoran yang Papi pesan. Ada orang tua Rio juga di sana, ajak Lion sama temennya sekalian," ujar Papi memberi tahu kegiatan selanjutnya.

Liona hendak protes, tapi Lion lebih dulu menjawab.

"Siap om. Makasih," sanggah Lion. Ia tahu Liona hendak menolak ajakan itu, maka Lion memilih memotong ucapan Liona. Hari ini hari bahagia bagi Liona, ia rela berkorban apapun asalkan tidak ada kegaduhan di hari ini.

"Kenapa lo setuju sih? Lo kan tahu! Itu cuma acara bisnis semata!" hardik Liona setelah kedua orang tuanya pergi menjauh dan menunggu ketiganya di parkiran.

"Nanti malem kamu bisa nginep di rumah aku. Bunda udah izin sama Mami jadi sebagai balasannya aku harus bisa bawa kamu ke acara bisnis itu. Aku mohon mau ya," pinta Lion.

Liona balas mendengus kesal, tapi tak ayal ia melangkah menuju parkiran. Baiklah demi bisa menginap di rumah pemuda itu dan bisa hadir di acara kelulusannya Liona rela menjadi pajangan Papi dan Mami hari ini.

Beruntung Liona telah mempersiapkan kado untuk acara kelulusan Lion jauh-jauh hari, tepatnya setelah bunda memberitahu bahwa Lion akan melaksanakan acara kelulusan tepat 1 hari setelah kelulusan Liona.

Tak ada cinta yang lebih indah selain cinta yang saling berkorban satu sama lain.

Esok adalah hari yang penting bagi Lion, hari dimana hari-harinya akan jauh menantang dan bagi Liona hari esok adalah awal dari kebahagiaan dalam cinta kasih.