Setelah semua kekacauan di sepanjang malam hingga mentari bersinar dengan terang. Rana dan Rina pun sudah menangkap seekor kelinci dan kini mereka tengah menikmatinya.
"Ayo kita cari Kak Gress," ajak Rana kepada Rina yang baru saja menghabiskan dagingnya. Gadis itu mengangguk paham, dan beranjak dari tempat duduknya.
Keduanya berjalan tanpa arah guna mencari sang kakak. Sejauh ini Putri Carllynda sama sekali tidak ada kabar. Entah sedang apa dia saat ini dan bagaimana kabarnya. Tentu saja keduanya memikirkan sang putri yang meninggalkan kerajaan itu. Tapi, mereka lebih memikirkan nasib kakaknya saat ini. Mereka tahu jika Gressylia memiliki kekuatan yang cukup baik untuk mempertahankan dirinya dalam perjalanan yang tentunya banyak sekali bahaya yang akan menimpannya.
Di tempat lain, di sebuah pedesaan yang entah apa namanya. Intinya bukan di Carvandalle seorang pemusa terus menghampiri orang-orang yang ditemuinya sepanjang jalan. Dia membawa satu kertas yang digulung, jika kertas itu dibuka maka ada gambar wajah cantik jelita yang mempesona yang tak lain adalah sang putri Carvandalle.
"Permisi Tuan, apakah Anda pernah melihat gadis ini?" tanya Gressylia dengan sopan.
"Tidak Tuan."
Itulah jawaban yang selalu didapatkan dari setiap orang yang dia tanyai.
Gressylia kembali melangkahkan kakinya ke arah berantai tanpa tujuan. Dia tak kunjung menemui sang putri. Padahal ini sudah hari ke tujuh dirinya mencari sang putri. Dia hanya mampu menghela napas panjang dan duduk di bawah pohon rindang untuk beristirahat sejenak.
"Rasanya lelah sekali. Kau kemana Cerllynda?" gumam Gressylia yang terus merasa khawatir kepada gadis itu.
"Apa yang sedang Rana dan Rina lakukan sekarang? Apa mereka sudah makan?" gumamnya lagi mengingat kedua adik kecilnya itu.
Sejak semalam dia merasakan tidak enak, dia terus memikirkan keduanya dan ingin segera kembali untuk melihat keduanya. Hatinya merasa sangat merindukan mereka, ingin sekali mendengar tawa renyah yang mampu membuatnya bahagia.
"Apa sebaiknya aku pulang saja?"
Dia terus memikirkan kedua adiknya. Dia sudah merasa cukup lelah mencari sang putri. Tapi, dia tidak dapat menyerah begitu saja. Karena adiknya dan gadis itu tidak dapat dia abaikan.
Sejenak, Gressylia memejamkan matanya, merasakan semilir angin yang menerpa tubuhnya dengan lembut. Dia melihat ke beberapa arah, mencari sesuatu yang tidak akan pernah dia temukan.
"Aku dengar daerah Carvandalle diserang bandit semalaman!"
Terdengar bincang-bincang orang-orang yang berlaku lalang di sekitarnya. Dia langsung bangkit dan menghampiri dua orang yang tengah asyik membicarakan daerah Carvandalle yang memang terkenal itu.
"Permisi Tuan. Tadi, aku mendengar Tuan membicarakan Carvandalle. Apakah benar yang Tuan katakan, jika Carvandalle diserang oleh bandit?" sapa Gressylia berusaha menghilangkan perasaan cemasnya terhadap kedua adiknya di sana, terlebih lagi karena rumah mereka dekat dengan hutan tempat bandit berada.
"Benar, di sana sangat kacau sekali. Banyak pula korban yang meninggal atau hanya luka-luka."
"Baiklah. Terimakasih. Permisi," ucap Gressylia yang langsung berlari meninggalkan tempat itu.
Tentu saja saat ini dia sangat panik dengan keselamatan kedua adiknya. Dia bahkan menggunakan kemampuannya agar cepat sampai ke Carvandalle.
Hanya dalam waktu 2 jam, dia sudah masuk ke daerah Carvandalle. Benar yang saja orang katakan, Carvandalle sangat kacau. Dia kembali melangkahkan kakinya mendekati gubuknya yang sudah runtuh itu. Tidak ada adiknya di sana. Pelindung hutan pula telah hancur, maka Carvandalle saat ini dalam bahaya, karena bisa jadi setiap malam para bandit akan keluar dengan rasa kabarnya.
"Di mana mereka?" gumamnya yang mencemaskan kedua adiknya itu.
Tidak ada tanda- tanda apapun tentang kedua adiknya disini. Apakah mungkin mereka di luar Carvandalle saat ini? Satu kemungkinan terlintas dalam otaknya. Dia berharap demikian dan mereka baik-baik saja.
Sekarang dia kembali berlari keluar dari Carvandalle, berharap kedua adiknya itu tidak jauh dari Carvandalle, atau setidaknya mereka berada di daerah tetangga.
Gressylia yang panik itu terus mencari kedua adiknya, sesekali dia bertanya kepada orang-orang yang ditemuinya sepanjang jalan untuk menanyakan keberadaan Rana dan Rina.
"Permisi apa Tuan pernah melihat mereka?" tanya Gressylia sambil menunjukkan lukisan kedua adiknya, sayangnya mereka terus menggelengkan kepala tidak mengetahui ataupun melihatnya.
"Oh, kemarin saya melihat dua anak kembar ini, mereka ada di sekitar sini," ucap seorang pria yang rupanya pernah melihat kedua adiknya itu. Itu artinya mereka baik-baik saja.
"Saya melihatnya pergi ke arah sana!" ucapnya lagi sambil menunjuk ke depan sana, Gressylia mengangguk paham dan berterima kasih kepada pria itu. Dia langsung pergi ke arah yang ditunjuk pria tadi, dia menyusuri jalan mencari adiknya.
"Ke mana mereka pergi?" gumam Gressylia yang terus berjalan mencari kedua adiknya itu.
Dia bahkan Sudah berkeliling satu kota tidak menemukan keberadaan kedua adiknya itu. Sudah lelah mencari sang putri, kini dia harus mencari kedua adiknya juga.
Saat ini, dia memilih untuk beristirahat di bawah pohon sambil meneguk air mineral yang dia bawa. Keringatnya mengucur deras membasahi tubuhnya, sesekali pula dia menyeka keringat di dahinya sambil mengibaskan lengannya karena terik matahari siang ini terasa menyengat membakar tubuhnya.
"Kemana lagi aku harus mencari?" gumam Gressylia yang sudah merasa sangat lelah itu.
"Hey! Ini punyaku! Kembalikan!"
Terdengar teriakan seorang wanita yang sepertinya dalam keadaan tidak baik. Gressylia melihat ke sekitarnya dan mendapati seorang gadis yang tengah mempertahankan tasnya dari tiga orang pencuri.
"Di dunia ini selalu saja ada kejahatan yang tidak pernah hilang," gumamnya bangkit dari tempatnya duduk.
"Hey! Apa kalian tidak memiliki pekerjaan selain mengganggu dan mencuri!" ucap Gressylia dengan santai berdiri tidak jauh dari mereka semua.
"Pergilah! Jangan ikut campuri urusan kami," seru salah satu dari mereka yang kesal karena diganggu.
"Aku tidak akan ikut campur jika kau meninggalkan gadis itu!" ucap Gressylia lagi dengan tegas.
"Dia ingin diberi pelajaran bos!" ucap seorang dari mereka yang pastinya adalah anak buahnya.
Mereka sekarang terlihat sangat dan tersenyum miring, lebih tepatnya menyeringai penuh dengan ejekannjika mereka akan menang dan mengalahkan pengganggunya.
"Baiklah jika itu mau kalian," ucap Gressylia.
Pertarungan pun terjadi dj antara mereka berempat, tiga lawan satu orang. Tidak adil memang, tapi Gressylia bukanlah pemuda lemah.
lihat saja, sekarang mereka sudah menyerang Gressylia dengan senjata mereka yang dapat merobek habis kulitnya. sedangkan Gressylia menggunakan tangan kosong, dia sama sekali tidak menarik perangnya yang disampaikan di pinggangnya
Dia hanya menghindar dengan santai atau sesekali menangkis serangan mereka dengan lengan. Hingga akhirnya senjata mereka mereka terlempar dari si empunya oleh ulah Gressylia.
"Apa masih ingin menganggu orang?" ucap Gressylia dengan nada suaranya yang santai dan tenang.