Malam itu, dalam kegelapan yang menyelimuti bumi, seorang pemuda berdiam diri di depan rumahnya. Dia terus menatap sekitarnya yang gelap. Hanya ada obor yang menyala di dekat pintu rumah kecilnya. Dialah Gressylia, pemuda itu terlihat sangat gelisah. Dia tengah memikirkan nasib yang akan diterimanya saat esok tiba.
Kedatangan seekor burung merpati yang dia kenali itu mengalihkan perhatiannya. Dengan perasaan yang bercampur itu dia mengambil secarik kertas pada kaki sang burung pembawa surat itu. Dia melepaskan pita merah yang mengikat gulungan tertas itu dan mulai membukanya dengan perlahan.
"Salam Gressylia.
Selamat malam untukmu Gress. Malam ini aku sangat gelisah. Aku hanya ingin terdiam dan berbicara sendiri sepanjang waktu mengungkapkan banyak hal yang ada dalam hatiku pada malam, pada bintang dan bulan sabit yang sangat indah itu.
Aku tidak tahu kau sedang apa saat ini. Mungkin pula kita berdua tengah menatap langit yang sama dengan perasaan yang sama pula.
Lihatlah ke atas sana Gress! Pada langit malam yang sangat gelap itu. Di sana ada sang bintang dan bulan yang terang dan indah, kau tahu? Rasanya kala malam tidak ada mereka berdua terasa sangat sunyi. Begitulah aku, akulah sang malam yang gelap gulita, dan kaulah sang bintang yang menghiasi malamku.
Aku sangat tidak sabar untuk hari esok Gress. Rasanya malam ini sangat lama dan lamban sekali. Aku ingin kembali jatuh cinta padamu saat melihat betapa hebatnya kau hingga aku jatuh cinta dengan semua hal tentangmu. Aku tidak tahu apa yang sekarang tengah kau pikirkan. Tapi, aku yang telah membuatmu berada pada suasana seperti ini, maka aku pula yang akan bertanggung jawab dengan semuanya.
Semoga kau bahagia selalu Gress. Sampai jumpa besok, aku mencintaimu Gressylia. Aku harap kau membalas suratku.
Salam dari Putri Cerllynda."
Gressylia tersenyum tipis membaca surat tersebut. Kalimatnya sangat indah, menenangkan dan menyenangkan.
"Haruskah aku menjawab surat ini? Kau ingin tahu apa yang sedang aku lakukan dan pikirkan. Semuanya persis dengan apa yang kau pikirkan Putri Cerllynda," ucap Gressylia tanpa embel-embel 'Tuan Putri' saat menyebut Putri Cerllynda.
Akhirnya dia memutuskan masuk ke dalam dan mengambil secarik kertas dan pena. Dia ingin membalas surat sang putri, sekiranya dia ingin mengungkapkan perasaannya yang belum dia ungkapkan secara lisan. Dia sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi esok, jadi dia ingin memanfaatkan waktu ini dengan baik.
Gressylia mengambil pena beserta kertas berwarna kecoklatan itu. Dia kembali ke depan rumahnya setelah melihat sekilas kedua adiknya yang tengah terlelap dengan tenang itu. Dia tersenyum kecil dan mengelus mereka berdua.
Dia kembali duduk di depan rumahnya, menatap danau yang gelap itu memang tidak jauh dari rumahnya. Langit di sekitar tempat yang samar-samar diterangi oleh sang bulan. Langit begitu indah sekali malam ini. Dia tersenyum tipis sebelum memulai merangkai kata yang akan dia berikan kepada Putri Cerllynda.
Kini dia fokus merangkai kata untuk kekasihnya. Ya, dia mungkin memanggil Putri Cerllynda kekasihnya. Jika bukan kekasih apa? Mereka sudah mengetahui perasaannya masing-masing, kini mereka berjuang untuk cinta mereka.
Setelah menyelesaikan tulisannya. Dia kini menggulung kertas tersebut dan mengikatnya dengan pita merah. Dia menghela napas perlahan sambil memejamkan matanya. Kemudian gulungan kertas itu langsung menghilang dari tempatnya.
Tentu saja kertas itu menghilang pergi pada yang dituju. Yaitu, Putri Cerllinda. Tepat sekali, gulungan kertas itu ada di atas meja bundar kecil yang ada di depan Putri Cerllynda. Gadis itu tersenyum senang, tentu saja dia tahu jika surat itu berasal dari Gressylia. Karena memang akhir-akhir itu Gressylia membalas suratnya dengan cara demikian.
Putri Cerllynda mulai melepaskan pita merah yang mengikat kertas tersebut. Setelahnya dia membuka kertas tersebut dan mulai membacanya dengan perlahan.
"Salam Tuan Putri Cerllynda.
Selamat malam juga untukmu Tuan Putri. Aku senang malam ini karena kau memberikan surat ini padaku. Juga dengan dugaanmu itu sangat benar, saat ini aku tengah menatap langit yang indah oleh sang rembulan dan bintang. Kita berada di bawah langit yang sama. Aku rasa aku ingin mengatakan ini padamu Tuan Putri, selama kita berada di bawah langit yang sama, maka tidak akan ada yang tidak mungkin untuk kita bersatu.
Juga untuk pertama kalinya aku ingin mengatakan padamu, jika aku sangat mencintaimu. Aku akan berusaha semampuku untuk memenangkan pertarungan besok. Tapi, jika aku kalah maafkan aku dan terimalah kekalahan kita. Jangan sampai kau menghukum dirimu sendiri karena kekalahan ini. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu Tuan Putri. Terimakasih karena kau sudah berjuang dan mencintaiku dengan tulus.
Sampai jumpa besok. Aku harap seemuanya akan baik-baik saja.
Salamku Gressylia."
Putri Cerllynda tersenyum tipis, apalagi jika bukan karena pernyataan Gressylia yang mencintainya untuk pertama kalinya.
"Terimakasih Gress. Setidaknya aku sudah tahu jika kau memang mencintaiku. Aku sangat bahagia, aku merasa lebih tenang dengan ini." Dia peluk kertas tersebut, seakan tengah memeluk sang kekasih yang selalu ia rindukan untuk jumpa.
Tiba-tiba Putri Cerllynda menemukan masa lalunya bersama seorang sahabat lelakinya yang baik hati. Dia seorang pangeran dari kerajaan Gordor. Namun, sayangnya kerajaan itu runtuh satu tahun lalu. Seluruh keluarga kerajaan gugur. Dia mengenang semuanya, permainanya dengan sang pangeran hingga mereka dipisahkan karena Putri Cerllynda masuk academi dan dia tidak. Pangeran Kerajaan Gondor itu tidak ingin belajar di academi yang dituruti oleh ayahnya.
"Seandainya kau masih hidup, aku yakin akan jatuh cinta padamu. Gressylia memiliki sifat yang mirip denganmu, mungkin itu pula yang membuatku jatuh cinta padanya," lirih Putri Cerllynda seakan tengah berbicara pada seseorang untuk menceritakan perasaanya terhadap Gressylia.
Malam semakin larut, Putri Cerllynda memutuskan masuk ke kamar. Kedua pelayannya pun sudah meninggalkannya sendirian di dalam kamar. Dia merebahkan tubuhnya di atas kasur. Matanya masih enggan untuk dibawa tidur, dia masih terjaga dengan pikirannya yang melalang buana tanpa arah. Menyusuri masa lalu dan mencoba membayangkan masa depan yang indah berdua bersama Gressylia.
Perlahan dalam lamunanya dia merasakan matanya yang mulai berat. Dia mulai diserang kantuk saat malam sudah hampir menghilang. Dia terlelap dengan tenang, wajahnya menunjukkan rasa lelah yang dia rasakan selama ini.
***
"Ibunda?" lirih Putri Cerllynda saat dia membuka matanya. Dia melihat wanita cantik yang sudah lama tidak dia lihat wujudnya. Dialah sang bunda yang meninggal saat dirinya berumur 12 tahun.
"Bunda, jangan pergi lagi! Aku sangat merindukanmu, aku sangat membutuhkanmu Bun," seru Putri Cerllynda yang langsung histeris dan memeluk wanita itu dengan erat. Dia terus merengek meminta sang bunda untuk tidak lagi meninggalkannya.
"Tetaplah bahagia Putriku. Jangan pernah takut untuk melangkah. Bunda ada untukmu, Bunda ada dalam hatimu selalu," ucap sang bunda sambil menciumi pucuk kepala Putri Cerllynda dengan penuh cinta.
Namun, seketika tubuh wanita itu melebur dan menghilang dari pelukan Putri Cerllynda. Dia kembali histeris memanggil sang Bunda, memintanya untuk kembali. Dia butuh pelukan itu, dia ingin bercerita tentang ayahnya, tentang Gressylia. Banyak yang ingin dia ceritakan padanya.
"Bunda! Jangan tinggalkan aku lagi!" seru Putri Cerllynda histeris dengan air matanya yang mengucur deras membasahi pipinya.