"Tidak! Bunda! Jangan tinggalkan aku lagi!"
Putri Cerllynda terbangun dadi tidurnya, napasnya terengah-engah dengan keringat yang bercucuran di dahinya. Juga dia menangis, dia mendapati air matanya menetes. Perlahan menyekanya dengan punggung tangannya.
"Hanya mimpi," gumam Putri Cerllynda yang kini malah terisak karena dia merasa begitu rindu pada sang ibu yang sudah meninggalkannya sekitar 8 tahun lalu itu.
"Tuan Putri, Anda baik-baik saja?" tanya pelayannya yang masuk ke kamarnya karena mendengar teriakannya.
"Tidak apa-apa, aku hanya mimpi buruk. Apakah air mandiku sudah siap?" ucap Putri Cerllynda kepada dua pelayannya.
"Sudah siap Tuan Putri."
Mendengar itu dia langsung beranjak meninggalkan tempat tidur, masuk ke kamar mandi. Dia merasakan jika seakan-akan mimpinya barusaan itu adalah nyata. Bertemu sang bunda, pelukannya, belaiannya, semuanya terasa baginya. Meski kenyataannya itu hanyalah mimpi.
"Kenapa Bunda meninggalkanku sangat cepat?"
Putri Cerllynda terisak di dalam kamar mandi. Dia ingin sekali menangis dipekukan sang bunda, menceritakan semua yang sudah dia lewati sendiri tanpa sang bunda. Dia inginkan bundanya saat ini dan selamanya.
Tersadar jika hari ini adalah pertandingan yang akan menentukan siapa yang akan menikahinya, dia segera menyelesaikan mandinya dan menyeka habis air matanya.
Perlahan dia menarik napasnya dan mengeluarkannya dengan perlahan-lahan. Dia mengulanginya berulang kali agar merasa lebih tenang.
Dia memutuskan keluar dari kamar mandi saat merasa lebih tenang. Dia melangkahkan kakinya mendekati lemari pakaian dan memilah gaun yang akan dia kenakan hari ini. Dia memilih gaun polos berwarna hijau muda, desainnya sangat sederhana tapi sangat menawan.
Kedua pelayannya langsung membantunya merias diri. Dari menyisiri rambutnya hingga memasangkan aksesoris atau perhiasan di tubuh Putri Cerllynda. Saat ini dia berdiri, menatap dirinya pada pantulan cermin di depannya. Seperti biasa, kedua pelayannya itu memuji kecantikan sang putri yang menurut semua orang dia tercantik di Carvandalle.
Putri Cerllynda dan kedua pelayannya berjalan keluar dari kerajaan menuju lapangan berada. Di lapangan yang luas itu berada di samping kerajaan, lapangan yang memang digunakan untuk melakukan pertarungan atau sebagainya. Semua orang sidah hadir untuk menyaksikan pertarungan ini. Suasana di lapangan itu sangatlah ramai.
Jantungnya berdetak lebih kencang, dia merasa sangat takut dengan nasibnya juga Gressylia. Dia tidak dapat menerima jika pemenang harus jatuh pada orang lain. Dia kini bersikap egois untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.
Dia segera nai ke atas panggung yang sudah disediakan dua kursi untuk raja dan Putri Mahkota. Juga beberapa pelayan yang berdiri di sana. Dengan hati yang cemas Putri Cerllynda duduk di sana, di samping Raja Carlin.
"Baiklah semuanya! Ini dia, Pangeran Cardwell, Pangeran Alberen, Tuan Dario, Tuan Freedx, dan Gressylia. Mereka berlima akan bertarung. Barang siapa yang menang, maka dialah yang akan menikahi Tuan Putri Cerllynda!" seru Raja Carlin memberi tahu semua orang.
Mereka mencibir Gressylia yang berani-beraninya orang sepertinya meminang sang putri. Mereka saling berbisik satu sama lain membuat suasana lapangan itu sangat ramai. Putri Cerllynda dapat mendengarnya, dia juga melihat dua gadis kecil berdiri di antara para penduduk lainnya, wajah mereka terlihat sangat cemas.
"Aku mohon Gress, menangkan ini untukku," ucap Putri Cerllynda sambil menangkupkan kedua tangannya seakan tengah berdoa untuk Gressylia yang dia harapkan.
Gressylia dan keempat lainnya berdiri di tengah lapangan. Gressylia hanya diam dengan wajahnya yang tenang, dia terus menatap wajah Putri Cerllynda yang cemas. Mengetahui Gressylia menayapnya, dia tersenyum kecil berharap semuanya akan baik-baik saja.
"Aku harap semuanya akan baik-baik saja. Tapi, aku tidak menjamin jika aku akan memenangkan pertarungan ini," batin Gressylia yang mulai merasa ragu dan tidak ingin membuat sang putri berharap padanya.
Seorang panglima kerajaan akan membimbing acara ini berlangsung hingga akhir. Pria dewasa itu mengenakan zirah dan pedang di punggungnya. Dia sudah mulai berbicara untuk memulai pertatungan.
Pertama adalah Gressylia melawan Dario, kemudian yang menang akan melawan Freedx, kemudian Alberen dan Cardwell terakhir. Entah kenapa dia menjadi pertama, kemungkinan besarnya adalah ksengajaan agar dapat mengalahkannya dengan mudah.
Kini Gressylia dan Dario berdiri tegak di tengah-tengah lapangan keduanya saling bertukar pandang. Hanya saja tidak ada tatapan kebencian ataupun kemarahan. Bahkan Gressylia dapat melihat Dario yang tersenyum kecil seakan mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja. Gressylia tidak dapat memhami maksud dari tatapan tenang Dari dan senyumannya.
"Mulai!" teriak sang panglima memulai berterungan mereka berdua. Gressylia dan Dari saling menganggukkan kepala mereka dan kemudian saling menyerang satu sama lain.
Rana dan Rina saling menggenggam tangan. Mereka berdua sangat takut jika terjadi sesuatu pada kakak mereka. Pasalnya mereka hanya memiliki Gressylia seorang diri dalam hidupnya. Seorang kakak yang sekaligus menjadi orang tua bagi mereka.
Putri Cerllynda sudah menangkupkan kedua telapak tangannya, dia merasa sangat takut dengan semua ini. Dia tidak ingin melihat Gressylia kalah, bahkan saat Dario berhasil melukai Gressylia dia hampir memekik histeris memanggil nama Gressylia.
"Tuhan tolonglah aku, berilah keadilan keepanya," lirih Putri Cerllynda yang terus melantunkan doa tanpa henti berharap semuanya akan baik-baik saja dan berjalan sesuai harapannya.
Pertarungan antata Gressylia dan Dario akhirnya dimenangkan oleh Gressylia. Dia kini akan melawan yang lainnya. Putri Cerllynda menghela napasnya, dia tidak dapat berhenti untuk mencemaskan Gressylia terlebih lagi dia sudah terluka.
"Aku mohon bertahanlah Gress," lirih Putri Cerllynda terus berharap.
Sedangkan Gressylia kini tengah sibuk bertatung dengan Freedx. Keduanya terlihat sama-sama kuat, tapi dia sama sekali tidak menggunakan kemampuannya. Dia hanya menggunakan keahlian bela dirinya untuk melawan dan menghindari Freedx.
"Kak Gress! Gunakan kemauanmu! Kau pasti akan menang!" teriak Rana dan Rina yang berharap kakaknya itu menunjukkan kehebatannya. Tapi nyatanya tidak.
"Kak Gress!" pekik mereka lagi saat Gressylia terpukul hingga tersungkur ke tanah. Tapi, Gressylia kembali bangkit sambil berisaha menahan lukanya itu.
"Apakah bisa aku sembuhkan lukanya?" ucap Rana yang panik, apalagi ada darah yang keluar dari bagian tangan Gressyli.
"Tidak, ingat kata Kak Gress. Semuanya pasti akan baik-baik saja," ucap Rina menggengham erat lengan saudari kembarnya itu.
Setelah berulang kali Gressylia hampir kalah, akhirnya dia memenangkan pertarungan itu dan memukul mundur Freedx. Namun, dia belum menang, dia harus mengalahkan dua orang lagi, Cardwell dan Alberen.
Gressylia berusaha sekuat tenaga meski tubuhnya sudah terluka, darah mengucur di kengannya dan sudut bibirnya. Tapi, dia mengalahkan Alberen dan berhadapan dengan Cardwell. Pangeran itu menatap tajam Gressylia, ada kebencian di matanya. Bahkan dia menyeringai mengira Gressylia akan kalah karena sudah mengalami luka yang cukup banyak ditubuhnya.
"Ayo bersiaplah mengalah pemuda miskin!" ucap Cardewell dengan seringainnya mengejek luka-luka yang ada di tubuhnya.