Chereads / Hanya Untuk Cinta / Chapter 15 - Bab 15. Hanya Untuk Cinta 15

Chapter 15 - Bab 15. Hanya Untuk Cinta 15

Putri Cerllynda berlari masuk ke dalam kamarnya, menghempaskan tubuhnya ke atas kasur empuknya. Dia menangis, hatinya merasa sakit dengan berbagai ucapan ayahnya sendiri. Dia menangisi betapa kejamnya sang pemimpin kepada rakyatnya yang miskin itu.

"Tuan Putri," panggil Mina, pelayannya yang memang mengikuti langkah Putri Cerllynda masuk ke dalam kamarnya.

"Katakan padaku Mina! Kenapa orang berkuasa itu sangat kejam terhadap rakyat yang miskin?!" ujar Putri cerllynda sambil terisak mengingat semua perkataan ayahnya yang benar-benar membuat hatinya hancur berkeping-keping.

Mina yang hanya seorang pelayan pribadi Putri Cerllynda itu hanya menunduk, tentu saja dia tidak tahu mengapa demikian. Karena memang sejak dulu tidak pernah berubah. Dia yang lahir dari kalangan rendah yang kemudian diambail kerajaan untuk menjadi seorang budak, sekaligus pelayan Putri Cerllynda di kerajaan saat usianya masih sangat muda. Dia tidak tahu mengapa orang yang berkuasa dan berharta itu selalu menindas orang-orang lemah dan miskin, memang ini sejak dulu sudah terjadi.

"Hamba tidak pernah tahu Tuan Putri, memang hal ini sudah terjadi lebih dulu sebelum kita lahir Tuan Putri," ucap Mina dengan hati-hati.

Putri Cerllynda mengubah posisinya dengan duduk bersila, dia memeluk bantal yang dia taruh di atas kedua kakinya yang terlipat, mengusap jejak air matanya dengan kasar.

Akhir-akhir ini hari-harinya begitu melelahkan dan menyesakkan, apalagi sudah dua hari dia terus menangis dan sulit tidur sehingga kantung matanya sedikit menghitam.

"Kalau begitu, aku akan mengubah semuanya. Orang yang miskin tidak boleh ada satu pun orang kaya yang berani mencelanya, karena semua orang adalah manusia yang sama. Orang kaya membutuhkan bantuan dari orang miskin untuk melakukan berbagai pekerjaannya, dan orang miskin membutuhkan orang kaya untuk mendapatkan upah dari hasil kerjanya. Bukankah itu adalah hal yang sangat menguntungkan? Bagaimana bisa hanya karena kekayan mereka dengan mudahnya mencela dan merendahkan orang miskin yang setiap harinya membantu pekerjaannya?" gumam Putri Cerllynda dengan tatapannya yang nanar dan suaranya yang terdengar lirih.

Mina yang mendengar itu sangat terharu, dia sangat bahagia jika Putri Cerllyndalah kelak yang akan menjadi pemimpin Carvandalle, negeri ini pasti akan makmur dan akan hidup dengan tentram. Walaupun dia tidak tahu bagaimana sang putri mewujudkan semua perkataannya saat ini. Tapi, yang pasti Mina sangat menyukai semua kepribadian seorang putri dari Kerajaan Carvandalle ini dari pada orang lainnya.

"Aku harus meminta maaf kepada Gress, Mina! Tolong ambilkan aku kertas dan pena!" titah Putri Cerllynda yang dibalas anggukan patuh Mina. Wanita dewasa itu mengambil pena dan kertas dari atas meja yang bertumpuk berbagai buku di atasnya dengan rapi.

"Ini Tuan Putri," ucap Mina memberikan kertas berwarna coklat itu beserta penanya.

Putri Cerllynda mengambilnya dari lengan Mina. Dia mulai mengukirkan huruf demi huruf yang kemudian menjadi kata dan berkalimat hingga menjadi bait-bait indah. Sesekali dia terdiam dengan bingung apa yang harus dia tulis, sampai akhirnya dia menyelesaikan tulisannya, menggulung kertas tersebut dan mengikatnya dengan pita. Dia pula memanggil seekor burung merpati dan mengikatkan gulungan kertas itu di kaki sang burung.

"Berikan ini kepada Gressylia ya!" titah Putri Cerllynda sambil mengelus lembut bulu burung tersebut dan menerbangkannya ke udara untuk menemui Gressylia, sesuai printah dari Putri Cerllynda.

Burung itu melesat di udara, menembus angin yang berhembus dan sahut menyahut bersama sekumpulan burung lainnya yang dihampirinya, melewati banyak pepohonan sehingga dia tiba pada seorang lelaki yang tengah termenung di pinggir danau, tatapannya menyiratkan sebuah kesedihan yang tengah melanda hatinya.

Burung merpati berwarna putih itu hinggap pada lengan pria yang tengah terdiam di pinggir danau. Pria itu tersenyum miris melihat seekor burung itu hinggap di tangannya, dia mengenal burung ini, karena sudah dua kali burung ini datang membawakan surat untuknya.

"Kau utusan Tuan Putri Cerllynda ya," gumamnya sambil mengelus lembut bulu burung tersebut dan mengambil gulungan kertas itu darinya. Dia mulai membukanya dengan perlahan setelah membiarkan seekor merpati putih itu kembali terbang.

"Salam Gressylia

Maaf, aku hanya dapat memberikan surat ini padamu. Aku ingin sekali berbicara denganmu, tapi aku tidak dapat melakukan itu.

Aku ingin meminta maaf atas semua yang ayahku katakan padamu. Sungguh, aku tahu jika kau pasti akan tersakiti dengan seluruh kalimat kasar ayah. Begitu pula denganku, hatiku merasa sangat sakit mendengar ucapan ayah untuk pertama kalinya. Gressylia, aku meminta maaf atas nama ayahku.

Ini semua karenaku yang memaksamu untuk berjuang. Maafkan aku. Aku tidak pernah berfikir sejauh ini. Aku tidak berfikir bagaimana keadaanmu saat bertemu ayahku. Gress, tolong maafkan aku. Aku akan bertanggung jawab sepenuhnya dengan semua yang kau dapatkan dariku dan ayahku. Aku berjanji tidak akan menikahi siapa pun selain dirimu. Aku hanya menginginkanmu, aku sangat mencintaimu Gress.

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kepada kita besok, kau dan yang lainnya akan bertarung demi mendapatkanku. Aku tahu, kau adalah pria yang hebat, ijinkan aku untuk berharap jika kaulah pemenangnya Gress. Ijinkan aku.

Sampai jumpa besok Gress, aku harap kau membalas suratku, aku merindukanmu Gress. Aku ingin sekali menangis di sampingmu, menangisi semua yang telah terjadi kepada kita. Aku mencintaimu Gressylia.

Salam aku Putri Cerllynda."

Gressylia mematung setelah membaca surat singkat dari Putri Cerllynda. Hatinya memang sangat hancur dan sedih, tapi dia tidak pernah ingin mendengar Putri Cerllynda menyalahkan dirinya sendiri dengan apa yang telah terjadi pada Gressylia, dia tidak ingin pula Putri Cerllynda yang meminta maafkan semua yang telah dilakukan ayahnya.

"Kau ingin aku membalas suratmu Tuan Putri?" gumam Gressylia sambil memandangi kertas berwarna coklat tersebut.

"Kak Gress? Kau sudah kembali? Bagaimana dengan Tuan Putri?" tanya Rana yang menghampiri Gressylia yang masih duduk di pinggir danau.

"Kakakmu ini tidak akan pernah pantas untuk bersanding dengan Tuan Putri. Tetap bersamaku Rana, Rina. Kalian adalah kekuatan aku, satu-satunya yang aku miliki," ucap Gressylia yang langsung mendapatkan pelukan hangat dari lengan mungil Rana dan Rina, mereka paham betul apa yang tengah terjadi pada kakak lelakinya itu.

"Terimakasih sudah ada untuk aku ya Rana, Rina. Aku menyayangi kalian. Sekarang aku ingin istirahat," ucap Gressylia sambil menciumi pucuk kepala kedua adiknya dan melepaskan pelukan mereka berdua. Dia tersenyum kecil dan meninggalkan kedua adiknya ke dalam gubuk tuanya.

Dia masuk ke dalam kamarnya dan mencari kertas dan pena, dia hendak membalas surat Putri Cerllynda. Dia mulai mengukir huruf demi huruf di atas kertas tersebut. Sesekali terdiam sambil berfikir apa yang akan dia tulis dalam kertas tersebut.

Setelah selesai, Gressylia menggulungnya dan mengikatnya dengan tali pita berwarna merah. Dia melihat sekilas kertas tersebut yang ada di genggamannya. Sejurus kemudian kertas tersebut menghilang dari genggamannya.

***

Putri Cerllynda yang masih duduk bersila dengan memeluk bantalnya tiba-tiba terbelalak penuh kejutan melihat gulungan kertas yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Dengan rasa terkejut dan penasaran, dia mulai membuka kertas itu dengan perlahan, yang ternyata adalah surat balasan dari Gressylia.