"Apa yang sudah terjadi? Kenapa aku melihat semua ini?" Annchi bertanya dalam hatinya.
Dia ingin menggapai pria yang sekarang tengah frustasi di depannya itu, tapi, dia tak sanggup datang ke sana dan menyentuh Fengying.
"Annchi!" Panggil Fengying dengan nada yang agar kasar kala itu, membuat Annchi yang pikirannya sedang melayang-layang menjadi terperanjat seketika.
"I-iya!" Jawab Annchi dengan cepat.
Fengying pun melihat kepadanya, "jangan pernah katakan apapun yang telah kau lihat pada siapapun, kalau kau mengatakan hal ini pada satu orang saja. Aku pastikan kau tak akan pernah hidup dengan tenang," ancamnya.
Annchi pun menggenggam tangannya dengan erat. "Tuan, Tuan pikir saya ini siapa? Saya tidak serendah itu yang jalan ke mana-mana untuk membongkar rahasia Bos-nya sendiri."
"Begitukah?" Fengying tersenyum tipis. "Baiklah kalau begitu. Sekarang juga kau-" baru saja Fengying hendak melanjutkan apa yang sedang dia katakan kala itu, tiba-tiba saja Annchi yang awalnya berada agak jauh darinya, sudah berdiri tepat di depan matanya sambil memegang tangannya yang tadi terluka akibat memukul kaca di kamar mandi.
"Tuan, tangan Tuan kenapa?" tanyanya dengan wajah yang terlihat khawatir pada keadaan tangan Fengying.
"A-a-apa yang kau lakukan? Lepaskan!"
"Tidak bisa, Tuan. Sekarang juga Tuan jangan lanjutkan pekerjaan dulu! Aku akan pergi sebentar," ujar Annchi sembari lari keluar dari ruangan Fengying dengan terburu-buru.
"Hei, hei! Kau mau pergi ke- ... Cih sial, dia lari seperti kelinci, cepat sekali!" Fengying pun melihat tangannya yang terluka itu dengan seksama. "Padahal, alangkah lebih baik kalau dia meninggalkan tanganku terluka saja. Kenapa harus selalu dia yang ada di sini?" Fengying pun menatap keluar jendela. "Huh, langitnya ... Sangat cerah di luar sana."
***
Pada saat yang sama, Annchi sudah berada di dapur untuk para karyawan, dia ingin mencari dimana obat P3K itu, akan tetapi dia sama sekali tak tahu itu ada dimana.
"Aduh, dimana, yah? Apakah benar ada disini? Waktu itu aku melihat ada yang mengambilnya disini." Ancchi terus membongkar lemari yang ada di dalam sana. Tapi, dia sama sekali tak menemukan barang yang dia cari itu.
Tak lama kemudian, ada seorang karyawan yang datang ke sana. Dia adalah pria yang lumayan tampan juga, manager dari divisi perencanaan di JI CORP.
"Hei, apa yang sedang kau lakukan disini?" tanyanya secara tiba-tiba, Annchi pun langsung terperanjat sampai kepalanya terbentur di meja bagian atas kepalanya.
Buk!
"Awww!"
"Hei, apakah kau tak apa-apa? Haha, apa yang sedang kau cari disini?" tanyanya pada Annchi sambil tersenyum.
"Aku? Oh, aku sedang mencari kota P3K. Permisi, apakah kau tahu itu ada dimana?" tanya Ancchi malu-malu.
"Oh, itu. Harusnya ada di sekitar sini. Kau duduk disana dulu sementara waktu. Aku akan membawakan-nya padamu," ujarnya.
"Oh, terima kasih." Annchi pun duduk sementara di tempat yang dikatakan oleh manager itu. "Ternyata ada juga orang yang baik disini. Andai saja Fengying sebaik ini. Eh? Tapi, dulu kan Fengying memang sebaik ini, dia selalu saja membantuku kalau ada yang membullyku karena gendut." Annchi yang kala itu sedang tenngelam dalam ingatan masa lalunya tentang semua kebaikan Fengying itu, tiba-tiba saja langsung sadar. "Cih, sadar Annchi. Itu semua hanya aktingnya saja. Hal sebenarnya yang dia inginkan darimu adalah mmebuatmu malu dan juga memenangkan taruhan itu. Kau harus sadar!"
Annchi yang kala itu sedang bergumam sendiri sambil menampar pipinya, langsung dihentikan oleh si manager. "Hei, kau jangan tampar pipi cantikmu seperti itu. Kau akan terluka," ujarnya.
"Hah? Ahaha, ma-maaf," balas Annchi malu-malu. "Kurang ajar, kenapa harus ada yang melihat aku sedang memukul diriku sendiri? Pasti aku terlihat seperti orang gila." Annchi mencoba tak terlihat terlalu memalukam di depan pria yang tadi membantunya itu.
"Ini!" Pria itu menyodorkan kotak P3K padanya.
"Oh, ya ampun. Yang sudah aku cari-cari dari tadi. Terima kasih banyak," balas Annchi sambil tersenyum, kemudian hendak pergi dari sana saat itu juga. Tapi, si manager menghentikan dia.
"Hei, siapa namamu?" tanyanya dengan tatapan yang agak berbeda dari sebelumnya.
"Aku? Annchi. Permisi dulu, Pak. Saya akan membawa ini untuk Tuan muda." Annchi pun tersenyum padanya sambil menunduk dan pergi kembali ke ruangan Fengying.
"Sial, wanita itu sangat cantik. Aku baru saja melihat wajahnya di perusahaan ini. Aku pasti akan merasakan tubuhnya yang mulus itu," gumam si manager sambil tersenyum licik.
***
Sementara itu, sekarang Annchi sudah sampai di dalam ruangan Fengying kembali.
Krieet!
"Tuan muda? Apakah aku terlalu lama?" tanya Annchi yang hanya dijawab Fengying dengan tatapan tajamnya. "Ya, aku sudah tahu kau akan seperti itu. Dasar," gerutunya.
"Apa yang kau katakan?" Fengying melotot.
"Hah? Apa? Haha, tak ada apa-apa. Kalau begitu, permisi sebentar, Tuan." Annchi pun datang ke arah Fengying dengan membawa kotak P3K yang sudah dia ambil itu dan mulai mengobati Fengying dengan perlahan.
Kala itu, Annchi mengobati Fengying dengan sangat hati-hati. Dia benar-benar membuat Fengying teringat pada Annchi-kekasihnya saat dia di SMA.
"Oh, astaga. Lihat semua pecahan kaca ini. Pasti sangat sakit, kan? Apakah Tuan bisa menahannya? Aku aka cepat." Kala itu, rambut panjang Annchi yang tergerai panjang, mengenai tangan Fengying, Fengying pun refleks menahannya dengan tangannya sendiri.
"Oh? Terima kasih, Tuan." Annchi tersenyum dengan polosnya. Senyuman yang begitu manis. Itu hampir sama persis dengan saat dia bersama dengan Annchi-kekasihnya itu.
"Apakah sakit?" tanya Annchi sambil terus mengusap tangan Fengying dengan alkohol.
"Tidak, itu tidak sakit sama sekali."
Kala itu, Fengying terus-terusan memperhatikan wajah wanita yang ada di depannya itu.
"Nah, sudah selesai. Tuan, nanti jangan kena air dulu yah, karena-" wajah mereka tiba-tiba saja menjadi begitu dekat kala itu, sampai Annchi pun kehilangan kata-kata.
"Annchi, apakah kita pernah bertemu?" tanya Fengying tiba-tiba.
"A-a-apa? Ki-kita? Dimana? Aku tak pernah bertemu dengan Tuan muda ... Sebelum-nya!" Tiba-tiba saja, Fengying langsung menarik tangan Annchi sehingga wanita yang sedang gugup karena takut ketahuan itu langsung jatuh ke pangkuan Fengying.
"Aku rasa, kita seperti pernah bertemu sebelumnya. Kau terlihat familiar," kata Fengying sambil megusap rambut Annchi dengan lembut.
"Aahh, tunggu dulu, Tuan. Jangan begini di dalam kantor. Aku ..."
"Kau apa? Apakah kau malu? Atau, jangan-jangan kita memang pernah bertemu sebelumnya?" tanya Fengying sekali lagi.
"Oh astaga, bagaimana agar aku bisa lari dari Fengying sekarang. Kalau saja dia melihat tanda yang lupa ku-laser saat operasi kala itu. Dia pasti akan tahu bahwa aku adalah Annchi yang dulu," pikir Annchi dalam hatinya sambil membuang pandangannya ke arah lain.