Pagi-pagi mereka sudah bersiap. Karena di rumah baru belum ada peralatan masak, mereka memutuskan untuk sarapan di luar.
"Bunda, jadi kita akan tinggal di rumah ini terus, ya?" tanya Cinta.
"Iya, sayang. Ayah Fadil memberikan rumah ini untuk kita," sahut Nindia.
"Wah, Cinta suka rumah ini, bun."
"Alhamdulillah kalau Cinta suka."
"Bunda, Cinta laper," keluh Cinta.
"Iya, sayang. Kita cari sarapan di luar saja."
Mereka segera naik ke mobil. Fadil melajukan mobilnya perlahan sembari malihat-lihat penjual yang menjual menu untuk mereka sarapan.
"Cinta mau sarapan apa, sayang?" tanya Fadil.
"Cinta mau bubur ayam, yah," jawab Cinta antusias.
"Ok, kita cari bubur ayam yang enak, ya," sahut Fadil.
"Kamu mau sarapan bubur ayam juga, sayang? Perut kamu masih mual, tidak?" tanya Fadil sembari menoleh ke arah istrinya.
"Iya, mas. Masih mual sedikit," jawab Nindia.
"Makan pelan-pelan saja, ya. Sedikit juga tidak apa-apa," ucap Fadil.
Nindia mengangguk.