Chereads / Akibat Malam Di Villa / Chapter 16 - Ke Rumah Fadil

Chapter 16 - Ke Rumah Fadil

Pagi yang cerah,Nindia sudah tiba di restauran dengan Fadil yang setia mengantarnya. Hati yang sedang berbunga-bunga membuat wajahnya terlihat berseri-seri.

"Diah? Kamu cantik banget hari ini!" seru Nani. Di tatapnya wajah Diah lalu di putar-putarnya tubuh sahabatnya itu.

"Masa sih,hmm??"

"Kamu beda sekali hari ini. Kamu makin cantik,Diah!" puji Nani.

"Yaelah kamu ada-ada saja. Aku masih seperti yang kemarin tuh. Lihat apa ada yang berubah,hmm??"

"Iya,cuma wajah kamu lebih ceria tidak seperti biasa."

"Hahahaa . . ." Nindia tertawa sumringah.

"Diah,bisa ke ruangan saya?" pak Andi tiba-tiba datang.

"Iya pak!" jawab Nindia cepat. Dia lalu mengikuti pak Andi ke ruangannya.

"Silahkan duduk!" titah pak Andi. Nindia lalu duduk di kursi di depan pak Andi.

"Saya mau tanya sama kamu,tolong jawab dengan jujur!"

"Tanya tentang apa pak?" tanya Nindia penasaran.

"Apa hubungan kamu dengan pak Fadil?"

"Maksud bapak?" Nindia bingung mau jawab apa. Dia takut salah bicara.

"Saya lihat pak Fadil selalu minta kamu menemaninya makan dan dia juga selalu antar jemput kamu."

"Sa-saya . . tidak ada hubungan apa-apa pak. Pak Fadil memang baik pada saya," jawab Nindia sambil menunduk. Dia takut pak Andi melihat kebohongannya.

"Saya tidak berniat mencampuri urusan kalian, Diah. Tapi saya lihat cctv saat malam kamu pulang kerja."

"I-itu . . Pak Fadil menolong saya pak. Ada yang berniat jahat sama saya."

"Iya saya tahu. Kalau kamu tidak menunggunya terlalu lama,itu tidak akan terjadi. Yah,untungnya pak Fadil datang belum terlambat. Saya hanya tidak ingin terjadi sesuatu sama karyawan restauran ini,Diah!"

"Iya,maafkan saya pak," Nindia tertunduk malu. Dia tidak sadar kalau ada cctv di depan pintu restauran.

"Dan saya tidak akan ijinkan kamu kerja malam lagi!" tegasnya.

"Iya pak,saya mengerti."

"Baiklah kamu boleh kerja lagi. Oh ya pak Fadil orangnya memang baik. Semoga kalian cocok,ya," pak Andi pun tersenyum seraya menyilahkan Nindia kembali kerja.

"Terima kasih,pak. Saya permisi!" Nindia pun keluar ruangan pak Andi.

"Diah,kenapa pak Andi memanggil kamu?" tanya Nani penasaran.

"Hmm itu,aku tidak boleh kerja shift malam lagi,Nan!"

"Iya benar itu Diah! Lagipula tidak baik kerja malam buat perempuan," ucap Nani.

"Iya,Nan. Aku ke depan dulu ya!"

"Eeh iya, tadi kamu di cari pak Fadil tuh. Kayaknya kalian makin dekat saja. Aku ikut senang kalau kamu senang Diah!" Nani tersenyum sambil menepuk bahu Nindia. Nindia hanya balas tersenyum. Kemudian dia mengambil sarapan Fadil dan membawanya ke depan.

"Tuan Fadil? Maaf ya lama," Nindia meletakkan sarapan nya ke meja Fadil.

"Tidak apa-apa. Ayo kita sarapan," Nindia mulai menyendokkan sarapannya ke mulut dengan tergesa-gesa.

"Kebiasaan makan buru-buru! Makan pelan-pelan!" Fadil mengambil sendok Nindia lalu menyuapinya.

"Tuan. . . Biar saya makan sendiri! Malu di lihat orang!' protes Nindia.

"Kamu tuh ya sudah di bilang jangan panggil tuan masih saja. Makan juga masih buru-buru!" Fadil menatap Nindia dengan sorot mata tajam.

"Hmm . . maaf! Yah masa panggil sayang kan tidak enak di dengar!" protes Nindia.

"Apanya yang tidak enak!" Fadil kembali menyuapi Nindia. Sesekali dia pun menyendokkan makanan ke mulutnya sendiri bergantian. Membuat banyak mata yang memperhatikan mereka.

"Sudah,saya bisa makan sendiri!" Nindia meraih sendoknya.

"Kamu tuh ya. Makanya makan pelan-pelan!" Nindia pun mengangguk. Lalu mereka makan dalam diam. Setelah selesai makan,Fadil langsung berdiri.

"Saya mau menemui pak Andi dulu. Kamu lanjutkan saja kerja!" Nindia hanya mengangguk memperhatikan Fadil. Untuk apa tuan Fadil menemui pak Andi ya. Nindia membatin. Nindia lalu membereskan bekas makannya lalu membawanya ke kitchen.

Hari mulai sore. Ketika Nindia sedang melayani tamu,Fadil datang.

"Ayo ikut saya sekarang!" perintah Fadil.

"Kemana tuan?" tanya Nindia.

"Ikut saja. Bawa barang-barang kamu,kita pulang sekarang."

"Looohh saya kerja masih satu jam lagi tuan!" tolak Nindia.

"Tidak apa-apa. Tadi pagi saya sudah ijin sama pak Andi. Ayo cepat!" Nindia lalu ke ruang karyawan mengambil barang-barangnya. Dia ijin ke salah satu temannya karena pak Andi sudah pulang satu jam lalu.

"Kita mau ke mana tuan?" tanya Nindia penasaran.

"Kamu ikut saja nanti tahu sendiri!" jawab Fadil. Tak lama mobil pun berhenti di sebuah butik.

"Ayo kamu pilih pakaian yang terbaik!" perintah Fadil saat mereka sudah di dalam butik.

"Buat apa,tuan?" Nindia protes. Fadil makin lama makin suka memaksanya. Kalau Nindia menolak,dia pasti marah.

"Kamu pilih saja!" Fadil lalu memanggil pelayan di butik, "Tolong pilihkan pakaian terbaik untuknya!" pelayan itu pun hanya mengangguk lalu menuntun Nindia memilihkan pakaian. Nindia lalu mencoba pakaiannya di kamar pas,tak lama kemudian Nindia keluar menemui Fadil dengan mengenakan pakaian yang dia pilih.

"Ganti,tidak cocok!" Fadil menggeleng sambil memperhatikan Nindia dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Setelah 4x Nindia mencoba beberapa pakaian, barulah Fadil menyetujuinya. Kemudian mereka pergi dari butik. Tak lama mobil Fadil kembali berhenti di sebuah salon kecantikan.

"Mbak,tolong berikan dia perawatan yang lengkap,ya!" perintah Fadil pada salah satu pegawai salon.

"Baik pak. Lalu Nindia pun di bawa masuk sambil membawa pakaian yang tadi dia beli. Fadil menunggu dengan sabar. Beberapa waktu kemudian Nindia keluar dengan penampilan dan pakaian baru. Fadil menatap Nindia dari ujung kaki sampai rambut tanpa berkedip.

"Tuan,saya sudah selesai!" ucap Nindia membuat Fadil sedikit terkejut.

"Oohh iya. Ayo kita pergi dari sini!" ajak Fadil sambil menggandeng tangan Nindia.

Mobil pun kembali membelah jalanan. Mereka hanya diam memperhatikan jalanan yang mulai macet karena memang waktu nya orang pulang kerja.

"Kamu sangat cantik!" Fadil sesekali melirik ke arah Nindia. Nindia hanya tersipu malu. Fadil meraih tangan Nindia lalu mengecupnya lembut," Ooh ya,mulai sekarang kamu panggil saya 'mas' saja kalau tidak mau panggil sayang. Saya tidak suka panggilan tuan,tuan. Kamu mengerti??" Nindia hanya mengangguk setuju. Daripada panggil sayang. Batin Nindia.

Setengah jam kemudian mobil Fadil berhenti di sebuah rumah dengan pagar yang tinggi. Fadil lalu mengklakson 3 x, pintu pagar pun terbuka. Fadil kembali melajukan mobilnya perlahan memasuki halaman rumah tersebut.

Ternyata jalan menuju rumah dari pagar cukup jauh. Halamannya di hiasi pohon-pohon yang rindang. Ada pohon buah juga. Indah sekali halaman rumahnya. Batin Nindia.

Setelah sampai depan rumah,mobil Fadil pun berhenti. Dia turun dari mobil lalu membukakan pintu mobil untuk Nindia.

"Ayo masuk! " ajak Fadil seraya menggandeng tangan Nindia.

"Ini rumah siapa?" tanya Nindia

"Nanti juga kamu akan tahu. Ayo!" Mereka pun masuk ke dalam rumah yang sangat indah. Nindia bingung dan merasa tidak nyaman berada di sana.

"Saya pulang saja, tuan!" Nindia berhenti berjalan.

"Kamu ngomong apa? Baru saja sampai malah minta pulang. Seperti anak kecil saja," Ayo masuk!" titah Fadil lagi.

Dengan terpaksa Nindia mengikuti langkah kaki Fadil.