Chereads / Akibat Malam Di Villa / Chapter 20 - Pergi Ke Butik

Chapter 20 - Pergi Ke Butik

Hari sudah sore,sudah waktunya Nindia pulang kerja. Fadil sudah datang satu jam sebelumnya.

"Kita mau kemana sih,mas?" tanya Nindia saat mereka sudah ada di mobil.

"Ngurusin pernikahan kita,sayang! "

"Memangnya secepat ini,mas?"

"Yah kan kita mau nikah dalam bulan ini sayang,ya harus cepat di urus."

"Dalam bulan ini,mas?" Nindia kaget.

"Iya,memangnya kamu tidak mau cepat-cepat nikah sama mas,hmm??" Fadil menatap lekat-lekat ke arahnya.

"Bukan tidak mau mas. Tapi rasanya seperti sedang bermimpi."

"Kamu tidak bermimpi sayang! Ini kenyataan,mas ingin cepat nikahin kamu. Untuk apa menunggu lama,lebih baik mas cepat halal in kamu! Mas takut berbuat dosa!"

"Iya mas!" mata Nindia jadi berkaca-kaca. Beruntung sekali dia bisa mendapatkan cinta setulus ini.

"Kamu mau pernikahan seperti apa? Yang mewah atau sederhana,mas menurut saja. Apa pun yang kamu mau akan mas turuti!"

"Yang sederhana saja,mas. Kalau pun hanya akad nikah,itu sudah cukup buat aku."

"Hmm. . .Walau hanya akad nikah saja,mas tetap mau kasih yang terbaik untuk kamu sayang! "

"Iya mas,akad saja yaa. Malu kalau mesti mewah."

"Kenapa mesti malu?"

"Mas tidak malu nikah sama aku,sudah punya anak satu?"

"Pertanyaan kamu tu aneh,kalau malu untuk apa mas nikahin kamu,hmm? Mulai deh mikir yang tidak-tidak! Mas tidak suka! "

"Iya mas,maaf."

"Tidak perlu mikirin tentang pikiran orang terhadap kita. Selama kita tidak mengganggu dan merugikan orang,ya biarkan saja. Kita tidak bisa meminta orang lain menyukai kita. Setiap orang bicara seperti yang mereka mau tanpa kita bisa mengaturnya. Ambil positifnya dan buang jauh-jauh negatifnya."

"Iya sayaang! Aku hanya mau mikirin mas saja,biar hati bahagia!"

"Nah itu jauh lebih baik. Buat diri kita bahagia. Jangan harapkan orang lain untuk membahagiakan kita. Mas pun andai kamu tidak mau menikah dengan mas,mas tidak akan memaksa. Karena kamu mau,makanya mas percepat saja,sebelum kamu berubah pikiran!"

"Wanita bodoh yang mau menolak laki-laki seperti mas!"

"Waahh sudah pinter gombalin mas kamu ya!" Fadil mencubit hidung Nindia dengan gemas.

"Iiihh . . .! " Nindia mengusap-usap hidungnya.

Setengah jam kemudian,Fadil memarkirkan mobilnya di sebuah butik. Mereka lalu masuk ke dalam butik dan di sambut ramah oleh pelayannya.

"Ada yang bisa saya bantu,pak?" tanya pelayannya.

"Saya mau bertemu dengan Bu Sarah." jawab Fadil.

"Apa bapak sudah ada janji?" tanya pelayan itu lagi.

"Saya belum ada janji. Bilang saja Fadil ingin bertemu."

"Baiklah pak Fadil. Silahkan duduk dulu dan tunggu sebentar karena bu Sarah sedang ada tamu."

Pelayan itu lalu meninggalkan Fadil dan Nindia di ruang tunggu.

"Siapa bu Sarah,mas?" tanya Nindia.

"Dia pemilik butik ini."

"Hmm. . ." Nindia menatap seisi butik. Sepertinya ini butik khusus gaun pengantin. Gaun-gaunnya sangat cantik. Mata Nindia terpaku ke satu gaun. Sepertinya itu gaun pengantin muslimah,terdapat hijab juga.

"Fadil?" seorang wanita separuh baya datang menghampiri Fadil yang ternyata tante Sarah. Fadil lalu mencium tangannya.

"Tante. . . apa kabar?" sapa Fadil.

"Tante baik,sayang. Bagaimana kabar kamu? Sudah lama tidak main ke rumah,ehh malah ke sini," jawab tante Sarah. Matanya melirik ke arah Nindia.

"Iya maaf te,Fadil sibuk. Oh iya te,kenalin ini Diah. Diah,kenalin ini tante Sarah pemilik butik ini," Fadil mengenalkan tante Sarah dan Diah.

"Saya Diah,tante," Diah lalu menyalami tante Sarah. Tante Sarah mengangguk dan tersenyum.

"Ayo silahkan duduk!" titah tante Sarah. Fadil dan Nindia pun kembali duduk. "

"Ada apa Fadil tidak biasanya kamu mengenalkan gadis ke tante?" tante terlihat penasaran.

"Diah calon istri Fadil,te!"

"Apa?? Kamu serius?" tante Sarah terkejut karena dugaannya ternyata benar.

"Iya,te. Fadil ke sini mau minta tolong tante untuk mencarikan gaun pengantin untuk Diah. Dan juga mengurus pernikahan Fadil. Tante mau,kan?"

"Syukurlah Fadil,akhirnya kamu mau juga menikah. Tentu saja tante mau. Tante kan sudah janji kalau kamu menikah,tante yang akan urus. Kalian mau pernikahan seperti apa?"

"Diah maunya yang sederhana saja te,kalau bisa ya hanya akad nikah saja. Diah tidak mau yang mewah," jelas Fadil.

"Loh kenapa Diah hanya mau akad saja? Kan menikah hanya sekali seumur hidup?" tanya tante Sarah pada Nindia.

"Tidak apa-apa,te. Aku tidak suka kemewahan," jawab Nindia dengan tersenyum.

"Oh iya,te. Diah sekalian mau cari gaun pengantin. Tolong tante cariin ya" pinta Fadil.

"Oh iya. Ayo Diah ikut tante!" Nindia lalu mengikuti tante Sarah mencari gaun pengantinnya.

"Kamu ingin gaun yang seperti apa,Diah? Yang tertutup apa sedikit terbuka?" tanya tante Sarah.

"Diah ingin yang tertutup,te. Yang ada hijabnya!" jelas Nindia.

"Hmm,kamu ingin menikah dengan mengenakan hijab?" tanya tante Sarah.

"Iya kalau bisa,tante."

"Ya bisa saja sesuai keinginan kamu,Diah. Kan kamu yang ingin menikah," tante Sarah pun mengambil gaun yang khusus muslimah, "Ini,tante hanya punyo dua. Kalau kamu mau model lain,bisa tante buatkan. Tapi ya tidak bisa buru-buru. " jelas tante Sarah.

"Diah mau yang ini saja,tante," Nindia memilih salah satu gaun yang di berikan oleh tante Sarah.

"Waahh kamu pinter juga memilihya. Ini bahannya lebih bagus dan memang lebih mahal."

"Oohh lebih mahal ya te? Ya sudah Diah yang satunya saja,deh!"

"Loh kenapa? Kamu sudah pilih yang paling bagus kok malah tidak jadi," tante Sarah heran.

"Tapi mahal tante,Diah yang biasa saja!" ucap Nindia.

"Looh tidak masalah. Ini gaun tante kasih bukan beli. Lagi pula uang tidak masalah bagi Fadil. Ayo kamu coba dulu di kamar pas,di ujung situ."

"Hmm,baik te!' Nindia pun mengikuti arahan tante sarah. Setelah mencoba gaun,Diah pun keluar dari kamar pas menemui Fadil.

"Mas.. " Diah berjalan ke arah Fadil. Fadil pun terpesona melihat penampilan Nindia.

"Kamu cantik sekali,sayang!" Fadil berjalan mendekati Nindia hendak menciumnya tapi tante sarah langsung berdehem.

"Kamu cocok pakai gaun ini,sayang!" ucap Fadil lagi.

"Tidak apa kan mas,aku nanti nikah pakai hijab?

"Tentu saja,sayang. Kamu makin cantik!" puji Fadil membuat Nindia tersipu malu.

"Ya sudah kalau suka yang ini,tante bungkusin,ya."

"Kok kamu tidak cari juga,Fadil?" tanya tante Sarah.

"Fadil pakai jas sendiri saja,te!" jelas Fadil.

"Ooh ya sudah."

Nindia dan Fadil pun meninggalkan butik tante Sarah.

"Mas tidak masalah kan kalau aku pakai hijab pas nikah nanti?" tanya Nindia saat mereka sudah di mobil.

"Tentu saja,sayang, Mas senang kalau kamu tertutup. ".

"Terima kasih,mas. Kalau aku mau pakai hijab terus tidak masalah kan?"

"Tidak masalah kok,sayang! Mas akan dukung jika itu hal yang baik!" tegas Fadil lalu mengusap rambut Nindia lembut.

Sebelum pulang,Fadil mengajak Nindia makan di kafe. Kafe yang belum pernah Nindia datangi. Kafenya tidak terlalu ramai dan mereka segera memesan makanan.

Setelah selesai makan,mereka lalu pulang ke rumah Nindia. . .