Chereads / Suami 4 / Chapter 1 - Mimpi Buruk

Suami 4

Marbella_Mirabella
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 23.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Mimpi Buruk

"Adelia, ayo kita bercerai," ucap Eric.

"Kenapa kita harus bercerai?" tanya Adelia.

"Aku tidak mencintaimu," ucap Eric.

"Pernikahan kita baru 6 bulan, beri aku kesempatan, mungkin Kak Eric akan mencintaiku nantinya," ucap Adelia.

"Aku tidak bisa, bercerai adalah cara yang terbaik," ucap Eric lalu meninggalkan Adelia.

"Kak Eric ...." Adelia memanggil Eric yang meninggalkannya.

"Hik ... hik ... hik ... apa salahku Kak Eric? kenapa kau tidak memberiku kesempatan?" ucap Adelia sambil menangis.

***

"Adelia, tanda tangani surat perceraian ini," ucap Tristan.

"Surat perceraian?" tanya Adelia terkejut.

"Kau tidak perlu khawatir, perceraian ini tidak akan merugikanmu," jawab Tristan.

"Tristan, kita sudah cukup lama bersama. Bahkan aku dan Papa begitu dekat," ucap Adelia.

"Tugasmu disini tanda tangani surat perceraiaannya, kita bertemu lagi di pengadilan," ucap Tristan lalu meninggalkan Adelia.

"Tristan tunggu ...," ucap Adelia memanggil Tristan yang meninggalkannya.

"Tristan ... hik ... hik ... apa salahku padamu? beri tahu aku, biar ku perbaiki hik ... hik ...," Ucap Adelia.

***

"Adelia, sebaiknya kita bercerai," ucap Irfan.

"Apa bercerai? tapi Mas Irfan, aku sangat menyayangi Qisya," ucap Adelia.

"Qisya akan menjadi tanggungjawabku nantinya, aku harap kau mengerti," ucap Irfan.

"Mas Irfan apa tidak bisa dipertahankan? aku akan lebih baik lagi jadi ibu untuk Qisya," ucap Adelia.

"Kau sudah baik Adelia, tapi ini sudah jadi keputusanku," ucap Irfan lalu meninggalkan Adelia.

"Mas Irfan ku mohon," ucap Adelia memanggil Irfan.

"Mas Irfan, apa aku masih kurang baik untukmu? apa pernikahan kita tidak bisa dipertahankan? hik ... hik ... hik ...," ucap Adelia.

Seketika semuanya menghilang dan gelap gulita.

"Tidaaak," teriak Adelia.

Adelia langsung terbangun dari mimpi buruknya. Matanya langsung terbuka lebar menatap ke depan penuh ketakutan. Keringat membasahi wajahnya. Jantungnya berdebar kencang dan nafasnya tersengal-sengal. Ternyata semua itu hanya mimpi.

"Kak, kakak pasti mimpi buruk lagi." Raisa adik Adelia datang menghampirinya. Dia duduk diranjang. Tangannya memegang lengan Adelia, berusaha menenangkannya.

"Hah ... hah ... hah ...." Nafas Adelia masih terdengar ngos-ngosan. Mimpi buruk itu kembali datang dan membuat Adelia seakan tercekam masa lalu yang membuatnya ketakutan.

"Apa kakak mimpiin mantan suami kakak lagi?" Bukan hanya sekali, Adelia sudah sering mimpi buruk tentang perceraiannya yang menyakitkan itu. Raisa sudah sering melihat Adelia tersiksa setiap kali mimpi buruk itu datang.

"Iya, setiap kakak kelelahan pasti mimpi itu."

"Gak usah dipikirin ya kak, biar semuanya berlalu dan kakak bisa menyambut masa depan yang lebih baik." Raisa berusaha menyemangati kakaknya. Tiga kali bercerai sudah membuat hidup Adelia menderita. Tak pernah sekalipun dia bahagia dalam pernikahannya bersama ketiga mantan suaminya. Raisa berharap Adelia akan bahagia nantinya.

"Makasih dek."

Raisa langsung memeluk Adelia, dia tahu rasa sakit yang dirasakan kakaknya. Siapapun akan merasa sakit saat diceraikan tiga kali padahal kita sudah berusaha berbuat sebaik mungkin. Tak mudah menyandang status janda tiga kali. Cibiran dan jadi bahan pembicaraan tetangga sudah sering diterima Adelia. Seolah dia wanita yang tak mampu mempertahankan rumah tangganya dan lebih suka kawin cerai.

"Jam berapa dek?"

"Jam 5 kak."

"Kakak mau sholat subuh dulu."

"Iya kak."

Adelia meninggalkan ranjang tidurnya berjalan menuju ke toilet di rumahnya. Dia mandi kemudian sholat, tak lupa dia berdoa pada Allah SWT. Karena dia tahu tiada tempat terbaik untuk mengadu selain Allah SWT. Manusia mungkin meninggalkan kita tapi Allah sang pencipta tak mungkin pergi meninggalkan kita. Tempat terbaik untuk kita kembali dan bersujud.

"Ya Allah, mungkin aku tak berjodoh dengan ketiga mantan suamiku, tapi berilah aku jodoh yang terbaik darimu Ya Allah."

Seusai sholat Adelia menuju dapur, dia memasak, cuci piring dan mencuci baju. Semua pekerjaan itu sudah jadi rutinitasnya setiap hari. Semenjak menganggur beberapa bulan ini, Adelia sudah terbiasa melakukan semua itu. Apalagi ibunya yang sedang sakit membuat Adelia berusaha untuk mengerjakan semuanya. Setelah selesai barulah dia mengajak ibunya berjemur dan jalan santai di halaman. Hal itu dilakukan hampir tiap pagi.

"Ibu kalau capek bilang yah."

"Iya nak."

"Adelia!" Panggil seorang wanita yang datang menghampirinya. Dia terlihat seusia dengan ibunya Adelia. Dandanannya menor dan mengenakan baju yang mencolok. Perhiasan memenuhi tangan dan lehernya. Dia juga mengenakan barang branded. Wajahnya terlihat angkuh dan sinis menatap Adelia.

"Tante, kita bicara di sebelah sana ya." Adelia menunjuk ke samping rumah. Dia ingin bicara empat mata dengan tantenya.

"Nak, ada apa?" Ibu Ayu bertanya. Dia khawatir terjadi sesuatu antara adik ipar dan anaknya.

"Nggak ada apa-apa Bu, aku bicara dulu sama Tante Resti ya." Adelia berusaha menyakinkan ibunya. Dia tahu ibunya tidak boleh banyak pikiran. Ini tidak baik untuk kesehatannya. Apapun masalah Adelia akan menyimpannya sendiri.

"Iya nak." Untung ibu Ayu tidak curiga. Dia percaya dengan ucapan Adelia.

Segera Adelia berjalan ke samping rumah bersama tante Resti. Mereka mulai membicarakan masalah hutang piutang yang ada di antara mereka.

"Adelia kapan kamu bayar hutang?"

"Secepatnya Tante setelah aku mendapat pekerjaan."

"Tante tunggu satu bulan lagi, tapi kalau kamu gak bayar, aku bilang sama ibumu." Tante Resti mengancam Adelia. Dia tahu benar Adelia tidak mungkin membiarkan ibunya tahu semua itu.

"Jangan tante, ibu sedang sakit." Adelia tidak bisa membiarkan ibunya tahu masalah hutang piutang itu. Kondisi kesehatannya bisa kembali drop.

"Udah tahu ibunya sakit kerja dong!" Tante Resti terus mengoceh, memarahi Adelia. Seakan Adelia hanya berdiam diri tak mau usaha. Padahal selama menganggur Adelia sudah berusaha melamar kerja sana sini. Bahkan dia berusaha kerja apa saja.

"Iya Tante, ini juga lagi nyari kerja."

"Makanya kaya Reni anakku dong, gebetannya orang kaya, jadi duitnya banyak gak pelit. Tante aja dibeliin mobil, kamu janda tiga kali gembel. Mau aja dikawin tiga kali gak punya apa-apa." Ibu Resti memamerkan anaknya pada Adelia. Nasib Reni memang jauh lebih beruntung dari Adelia. Bukannya menyemangati keponakannya, tante Resti tak segan mencibir dan menghina Adelia.

"Tante kalau sudah selesai ngomongnya, Adelia mau menemani ibu sarapan." Adelia malas berdebat dengan tantenya. Semakin lama ucapan tante Resti akan semakin menyakitkan. Lebih baik segera mengamankan diri. Toh tante Resti tak bisa diladeni dengan mudah. Yang ada akan menambah masalah dan telinga semakin panas.

"Siapa juga yang mau lama-lama sama kamu sih."

Tante Resti meninggalkan tempat itu, kemudian Adelia kembali memghampiri ibunya, mereka masuk ke dalam rumah.

Sebenarnya Adelia tidak memiliki hutang pada Ibu Resti tapi dulu ayahnyalah yang memiliki hutang pada Ibu Resti. Padahal Ibu Resti adik kandung ayahnya Adelia. Dia sering menghina Adelia yang janda tiga kali. Tak jarang Adelia disebut bodoh olehnya. Ibu Resti tinggal di komplek yang berbeda dari rumah Adelia. Dia memiliki satu anak perempuan bernama Reni. Di depan Adelia dia selalu membanggakan anaknya dan menghina Adelia.

***

Adelia sedang sibuk membereskan file-file dan berkasnya. Dia akan pergi interview di sebuah perusahaan pekan depan. Adelia seorang gadis cantik berusia 31 tahun. Dia seorang gadis yang baik, ramah, dan periang. Selama hidupnya dia sudah menikah tiga kali. Tapi semua pernikahannya kandas ditengah jalan.

Karena kegagalan dalam pernikahannya Adelia memutuskan lebih memikirkan keluarganya dari pada urusan pribadinya. Dia takut memulai kembali hubungan dengan orang lain. Walaupun telinganya sering panas karena celotehan orang yang menganggapnya wanita bernasib sial tapi dia tidak peduli. Ibunya Adelia bernama Ayu Ningsih. Ayah Adelia sudah meninggal saat Adelia lulus kuliah.Ibu Adelia menderita penyakit jantung. Adelia memiliki adik perempuan bernama Raisa Kanaya. Raisa gadis yang sangat cantik, periang, baik, ramah, dan manja. Raisa berusia 23 tahun, dia masih kuliah.

Saat Adelia sibuk berkutat dengan berkas-berkas dimeja, Raisa masuk ke kamarnya. Raisa mengajak Adelia berbincang masalah percintaannya. Dia ingin tahu perkembangan asmara kakaknya. Sudah lama Raisa tak melihat atau mendengar kakaknya dekat dengan seseorang. Padahal Adelia sangat cantik dan berkepribadian baik. Raisa duduk di ranjang sambil memperhatikan kakaknya yang membereskan berkas-berkas yang dipegangnya.

"Kak sibuk terus."

"Pekan depan kakak mau interview di sebuah perusahaan."

"Kasihan kakak kerja terus untuk kita."

"Ini sudah tanggungjawab kakak setelah ayah meninggal."

"Lalu kapan kakak mencari pendamping?" Raisa blak-blakan. Dia tidak ingin kakaknya hanyut dalam pekerjaannya. Melupakan kebahagiaan yang seharusnya dirasakannya. Selama ini Adelia selalu menomor satukan kepentingan ibu dan adiknya. Raisa ingin Adelia juga memikirkan masa depannya. Hidup bersama seseorang yang akan mendampinginya.

Adelia terdiam. Teringat kembali pernikahannya yang sudah gagal. Berat rasanya jika harus kembali memulai. Ada rasa takut dan tak percaya diri jika harus kembali memulai hubungan baru.

"Jangan bicarakan itu lagi."

"Aku punya kenalan seorang polisi baik lagi kak."

"Untuk kamu saja." Adelia langsung menolak. Dia berusaha menutup hatinya untuk saat ini. Mencari pekerjaan menjadi hal utama yang harus dipikirkannya.

Raisa selalu berusaha mengenalkan kakaknya dengan pria yang dikenalnya baik. Dia ingin kakaknya bahagia bersama seseorang yang menyayanginya. Tiga tahun setelah perceraiannya dari suami ketiganya, Adelia tidak pernah lagi dekat dengan lelaki manapun. Dia selalu menyimpan kesedihannya sendiri. Raisa pernah melihat Adelia menangis saat sholat malam. Adelia begitu terluka dengan tiga kali kegagalannya. Apalagi dia tidak tahu di mana letak kesalahannya, hingga ketiga mantan suaminya menceraikannya. Padahal sejauh ini selama bersama para mantan suaminya Adelia selalu berusaha sebaik mungkin untuk mereka.

Dengan mencarikan jodoh untuk kakaknya, Raisa berharap Adelia segera menikah dengan lelaki yang baik dan akan benar-benar menyayanginya. Tapi Adelia selalu menolak. Adelia lebih berfokus pada pekerjaannya. Adelia memikul beban sebagai tulang punggung keluarga.

"Kak, aku ingin lihat kakak bahagia suatu saat nanti bersama orang yang kakak cintai."

"Amin, makasih dek."

"Tidak semua laki-laki seperti para mantan suami kakak."

Adelia diam tanpa kata meskipun hatinya terluka setiap mengingat mantan suaminya. Bagaimana tidak, tiga kali menikah diceraikan mantan suaminya. Adelia bahkan tidak tahu pasti dimana letak kekurangan dan kesalahannya kenapa ketiga mantan suaminya tidak bisa menerima dan mencintainya.

"Aku berangkat ke kampus dulu ya kak." Raisa berdiri. Dia pamitan pada Adelia.

"Iya, hati-hati di jalan dek."

"Oke, kakakku yang baik. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsallam."

Raisa pergi meninggalkan Adelia pergi ke kampus. Adelia sebenarnya sangat sedih dengan keadaannya yang sudah gagal menjalani pernikahan sebanyak tiga kali tapi dia berusaha menutupi semuanya, dia tidak ingin Ibu dan Raisa bersedih karena kesedihan Adelia. Kebahagiaan Ibu dan Raisa prioritas Adelia. Biarlah Allah SWT menunjukkan jalan jodohnya. Walaupun terkadang dalam benaknya dia merasa dirinya banyak kekurangan sehingga para mantan suaminya tidak bisa mencintainya.

"Adelia ..., Bebi datang tuh" Ibu Ayu masuk kamar Adelia.

"Ya Bu, tolong sampaikan pada Beby langsung masuk ke kamarku aja."

"Oke ibu sampaikan padanya."

Bebi adalah sahabat Adelia saat sekolah SMA dan Kuliah. Dia pindah keluar kota untuk bekerja. Bebi bekerja jadi guru di pelosok desa. Sudah lama Bebi tidak bertemu Adelia. Mereka hanya berhubungan via telpon. Bebi biasanya jadi teman curhat Adelia.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsallam."

"Adelia ...."

"Bebi dah lama gak ketemu, aku kangen banget." Adelia memeluk Beby. Sudah lama mereka tak bertemu dan mengobrol seperti biasa.

"Aku juga kangen tahu Adelia." Beby membalas pelukan Adelia. Dia juga merasakan hal yang sama dengan Adelia.

Mereka berdua duduk di ranjang, mengobrol dan bersenda gurau. Bebi sudah menganggap Adelia seperti saudaranya sendiri. Dia sudah tidak canggung membicarakan apapun pada Adelia.

"Adelia itu foto pernikahanmu dengan para mantan suamimu?"

"Iya."

"Uuu ... ganteng-ganteng banget mantan suamimu, sayang aku gak hadir dipernikahanmu."

"Gak papa, kamu kan sedang tugas di tempat yang jauh untuk mengabdi pada masyarakat." Adelia paham. Pekerjaan Beby bukan pekerjaan biasa. Dia harus mengajar di desa terpencil yang sangat jauh.

"Aku cuma tau mereka dari telpon, gak tau aslinya ternyata ganteng-ganteng banget."

Adelia diam tidak memberi komentar. Karena kenyataan tak seindah yang dilihat. Ketiga mantan suaminya memang tampan tapi kehidupan rumah tangganya tak satupun berjalan dengan mulus dan berakhir dengan indah.

"Tapi kok masih disimpan sih foto pernikahannya."

"Gak tahu, Ibuku suruh menyimpannya, gak boleh dibuang katanya."

"Aku mau nikah tiga kali kalau ganteng-ganteng semua kaya gitu." Beby masih terpesona melihat ketampanan ketiga mantan suami Adelia. Siapa saja juga akan terpesona seperti Beby. Ketiga mantan Adelia memang tampan dan bertubuh ideal.

"Ah, kamu bisa aja."

Mereka malah bercanda-canda. Bebi tidak mengenal ketiga mantan suami Adelia. Dia hanya tahu mereka dari Adelia saat menelpon. Ini pertama kali Bebi melihat wajah para mantan suami Adelia.

"Kamu gak pernah ngasih tahu aku kenapa kamu cerai dengan mereka Adelia." Beby penasaran dengan penyebab perceraian sahabatnya dengan ketiga mantan suaminya.

"Ini sebenarnya sudah lama, aku juga sudah melupakan semuanya. Meskipun sesekali hatiku masih sakit ketika mengingat perceraian itu."

"Maafin aku ya Adelia jadi bikin kamu inget lagi."

"Gak papa, semua sudah terjadi. Ini sudah jadi takdir hidupku."

"Kasih tau dong alasannya kenapa mereka tega menceraikanmu, padahal kamu sangat baik hati."

Sebenarnya Adelia tidak ingin mengingat masa lalu. Tapi sedikit bercerita pada Beby mungkin bisa membuat hatinya lega.

"Saat aku menikah dengan suami pertamaku itu murni perjodohan orang tua, jadi kami tidak saling mencintai. Aku hanya menikah dengan Eric selama 6 bulan lalu kami bercerai .Eric masih menjalin hubungan dengan pacarnya selama kami menikah."

"Itu namanya belum move on, terus mantan suamimu yang kedua?"

"Suamiku yang kedua, saat itu aku dan Tristan mengikuti kencan aplikasi, semacam kencan buta. Tiga kali bertemu kami memutuskan menikah. Ternyata Tristan alergi dengan wanita. Pernikahan kami hanya bertahan satu tahun."

"Dia penyuka sesama jenis ya?"

"Bukan, dia normal kok. Hanya membenci wanita tapi aku tidak tahu alasannya, sepertinya Tristan menikahiku untuk status saja."

"Lalu suami yang ketigamu, katamu duda."

"Ya dia duda, Dia duda yang memiliki seorang anak perempuan yang masih kecil. Saat itu kami bertemu saat aku mengajar TK. Anaknya murid di kelasku. Aku tidak tahu ternyata Irfan menikahiku hanya demi anaknya. Irfan belum bisa melupakan istrinya yang sudah meninggal. Aku hanya menjadi ibu pengganti anaknya."

"Adelia sedih banget ceritamu bersama para mantan suamimu. Mereka tidak benar-benar mencintaimu dan malah memanfaatkanmu untuk tujuan mereka."

"Tidak apa-apa, aku juga sudah melupakan semua itu."

Adelia dan Bebi masih berbincang-bincang. Ini kesempatan untuk mereka saling melepas rindu. Setelah bercerita pada Bebi, Adelia merasa bebannya berkurang selama ini tidak ada yang tahu pasti penyebab perceraiannya. Dipengadilan alasan Adelia bercerai karena beda prinsip. Adelia sengaja menyembunyikan alasan yang sebenarnya demi menjaga hati ibunya. Dan demi nama keluarganya.