Bab 19
Setelah kepergian Brian, setelah sehabis memakan bubur yang di buatkan Bibi Asih dan meminum obatnya sekalian, Nirmala menuju kamarnya untuk beristirahat. Nirmala mengunci pintu kamarnya.
Diatas ranjang dia menjatuhkan saja tubuhnya ke atas ranjang yang tidak empuk, keras namun membuatnya tenang.
Nirmala menggigit bibirnya, dalam fikirannya ujian hidupnya tidak cukup Sampai disini saja. Meski sudah tinggal di keluarga yang sederhana dan membuatnya betah, disisi lain dia harus memikirkan tentang pengobatan untuk dirinya sendiri. Semakin lama dia membiarkannya kanker darah ini.ambat laun ini akan menjalar keseluruh tubuh dan organ lainnya.
Saat ini Nirmala hanya bisa menangis, apa yang harus dia perbuat. Jika dia tinggal bersama Bibinya disini lalu untuk biaya berobat uang dari mana.
Tidak cukup dengan seratus dua ratus untuk cuci darah lalu yang lainnya?" Gumamnya didalam hati.
Tubuh Nirmala menggigil, demamnya makin meninggi. Kepala terasa berat dan pusing, seluruh kulit terasa sakit luar biasa.
Nirmala menahannya dengan menggigit bibirnya lebih dalam lagi hingga berdarah.
Dia harus kuat obat tadi akan membantu meredakan semua rasa sakit yang dirasakannya.
Nirmala seketika pingsan, tiada yang tahu.
****
"Kevin, tolong bantu mengupas semua bahan didapur. Biar nanti Bu Rossa yang akan memasaknya, jam 06.30 nanti harus sudah semua!" Suruh Bibi Asih pada Kevin.
Kevin segera mengambil pisau dan mulai mengupas bahan-bahan dapur yang akan dimasak untuk mengisi menu warung Bu Rossa.
Wajah Nirmala masuk dalam fikirannya, tangannya diam tidak bergerak. Bayangan wajah Nirmala menari-nari difikirannya.
Nirmala tampan sangat cantik saat itu, menggunakan dress selutut berwarna merah berpita biru. Daleman tipis 3/4 berwana hitam. Rambut dibiarkan tergerai disapu angin hingga terlihat melambai-lambai. Sungguh Kevin sangat terpesona dengan kecantikan Nirmala saat ini.
"Kenapa kamu melamun gitu?" Tanya Nirmala tersipu malu melihat Kevin tidak berhenti menatapnya.
"Kamu sangat cantik Nirmala!" Puji Kevin dengan mata berbinar-binar menatapnya.
"Gak biasanya kamu bilang gitu padaku,"
"Sekali-kali boleh dong aku memujimu Nirmala,"
Nirmala memberikan seulas senyum simpul yang indah, seperti biasanya. Sudah dasarnya cantik diapa-apain aja juga cantik.
"Mau gak kamu menerima bunga ini?" Tanya Kevin memberinya sepucuk bunga mawar merah ditangannya.
Nirmala menganggukan kepalanya pelan, dan menerima bunga pemberian Kevin itu. Nirmala menciumnya.
"Aduh!" Rintihnya Nirmala dengan melihat tangannya tertusuk duri dari tangkai mawar.
Kevin memeriksanya, dan Membantu mengambil duri kecil yang ada dijari telunjuknya.
"Maaf ya Nirmala, sakit ya?" Tanya Kevin penuh perhatian.
Nirmala menggelengkan kepalanya, dan lagi-lagi memberikan senyuman untuk Kevin. Senyum itulah yang membuat Kevin terbang ke angkasa. Dia tidak bisa melupakan senyum Nirmala yang manis.
Tanpa sadar dia tersadar dari lamunannya, dan tidak terasa telah mengiris jari telunjuknya sendiri.
"Aww!!" Teriaknya kesakitan.
Disana ada Bu Rossa, Tommy dan Dio yang biasa membantu pekerjaan warung. Mereka menertawakan kelucuan Kevin saat melamun. Hingga tidak menyadari dia telah mengiris jarinya sendiri.
"Hahahah," gelak tawa ditujukan pada Kevin.
"Aduh, pada disini sih? Ngapain kalian?" Tanya Kevin sangat malu dengan dirinya sendiri.
"Apa ya yang tadi kuperbuat?" Gumam Kevin sambil mengingat-ingat kembali saat dia lagi melainkan Nirmala.
"Aduh dasar gadis gila. Saat melamun pun dia suka bikin repot!" Gerutunya kesal.
"Cie cie... Yang lagi kasmaran nih. Melamun aja terus sana, sampai jari dikira kacang panjang!" Ledek Bu Rossa dan ke dua teman kerjanya.
"Melamunin cewek ya pasti?" Tanya Dio.
"Apaan sih!" Jawab Kevin kesal sendiri pada dirinya.
"Udah-udah cepet obati lukamu sana! Awas infeksi!" Suruh Bu Rosa. Mengambil alih pisau yang di pegang Kevin.
Kevin dengan menundukkan kepala berlalu kedalam ruangan mencari kotak obat, dikeluarkan seluruh darahnya dan diberi obat pengering dan dibalut nya dengan plester.
Kevin berjalan kebelakang warung, disana ada taman untuk sekedar Menenangkan dirinya rasanya cukup. Kalau Bu Rossa ada uang lebih rencananya di belakang warung akan dibuat meja-meja makan yang menyatu dengan alam seperti cafe atau resto-resto kecil. Berhubung dia hanya mencari uang sendiri dengan tangannya dia belum bisa merenovasi tempat makannya.
Bu Rossa seorang janda beranak dua, mereka masih sekolah di Sekolah Menengah Atas. Menjadi orang tua tunggal adalah hidup yang berat untuknya. Namun dia tetap semangat demi kedua anak-anaknya.
Kevin salut dengan upaya kerja keras Bu Rossa, dia harus bisa hidup mandiri sepertinya.
Kevin termenung lagi, entah kenapa bayangan Nirmala muncul begitu saja dalam ingatannya. Seperti jelangkung datang tak dijemput pulang tak di antar.
"Kenapa sih hari ini aku banyak melamun kan perempuan itu?" Gumam Kevin sebal sendiri dengan hidupnya yang hampir terbuang sia-sia demi memikirkan orang yang paling menyebalkan di dunia.
"Oh ya, bagaimana ya degan kondisi Nirmala sekarang ini? Lalu hasil dari lab kemarin bagaimana. Suster sepertinya ingin menjelaskan tentang perihal sakit yang diderita Nirmala sangat serius. Kalau Nirmala menyembunyikan penyakitnya, apa dia akan baik-baik saja?" Tanya Kevin sendiri. Mulutnya komat Kamit membicarakan Nirmala.
"Anak itu anak keras kepala, pasti dia akan menyembunyikan penyakitnya, dasar cewek aneh." Mulut Kevin masih berbicara soal Nirmala dengan kesal.
"Ehm, ngomong-ngomong Nirmala cantik juga ya? Uh ngomong apaan barusan aku!" Ucap Kevin tiba-tiba dan memukul bibirnya yang asal ngomong itu.
"Kevin! Ada yang nyariin kamu tuh!" Teriak Dio dari dalam warung di depan pintu belakang.
"Siapa?" Tanya Kevin penasaran
"Gak tahu, dia cewek!" Kata Dio
Dalam fikiran Kevin, apakah dia Nirmala, buat apa dia kesini? Dia juga tidak tahu tempat tinggal dan tempat kerjanya? Jadi mana mungkin dia Nirmala.
Kevin segera berlari menuju ruang depan, dan mengintip siapa yang datang mencarinya pagi-pagi gini. Lewat tirai yang tertutup dia menyibak sedikit dan melihat cewek yang tempo hari memarahi Nirmala di depan klinik.
"Ngapain tuh anak kemari?" Gumam Kevin dalam hati.
Senja, adalah cewek yang naksir berat kegantengan Kevin. Dia penggila berat artis Korea, dan dia berfikir Kevin ketampanan setara dengan Limin Hoo.
"Sudah sana! Kasihan tuh dari tadi nungguin kamu Vin!" Kata Bu Rossa hampir membuat jantung Kevin copot karena kaget.
Dengan mendorongnya pelan akhirnya Senja melihat Kevin didepan tirai itu.
"Pagi Kevin?" Sapa Senja mula-mula
"Ada apa pagi-pagi kamu kesini? Apa gak tahu kalau aku lagi kerja?" Tanya Kevin penuh emosi.
"Tahan-tahan ambil nafas, bunga nafas. Huffttt," teriak batinnya yang suka mengontrol dirinya sendiri.
"Maaf ayang Kevin, ini mau nganterin sarapan buat ayang!" jawab Senja dengan nada bicaranya yang aneh. Serasa yang melihatnya ilfill.
"Dasar cewek jadi-jadian!" Gumam Kevin dalam hatinya, saat ini hampir stress bicara dengan manusia gaib ini.