Tujuan Felix pertemukan Sarah dengan Kinan telah usai. Sarah pun menepati janjinya untuk mau mengikuti semua rencana Felix. Setelah pertemuan selesai, lalu mereka pun saling berpamitan. Ketika Felix menawarkan agar Sarah mau pulang dengannya, Sarah menolak tawaran itu. Ia lebih memilih pulang naik taksi.
Suara hentakan pintu mobil yang di gebrak oleh Felix, membuat jantung Kinan terkejut, tiba-tiba membuatnya merasakan detak jantung yang berdegup kencang. Ia gugup karena ini kali pertamanya pulang ke rumah yang Ia sebut sebagai keluarga, bukan lagi Panti Asuhan.
Felix memakai sit belt, sedang aku melihatnya. "Di mana alamat rumahmu?" tanya Kinan. "Mulai sekarang, alangkah baiknya kamu panggil aku dengan sebutan Kaka!" Tegas Felix. Kinan pun mengangguk, dan Felix menjawab pertanyaan Kinan. "Rumah kita di Jl. Gajah Mada nomor 25," jawab Felix seraya menancap gas mobil dan siap melaju.
Menit demi menit berlalu, jalanan pun telah mereka lalui. Rasa gugup yang masih bersemayam di dalam hati Kinan, seakan enggan pergi. "Sebentar lagi kita sampai." Semakin dekat ke tempat tujuan, semakin kencang pula degupan jantung Kinan.
Felix membunyikan klakson mobilnya. Lalu, ke luarlah seorang wanita yang sedang berbadan dua. "Itu Martha, Istriku." Felix menunjuk ke arah istrinya. Ketika mesin mobil terhenti, Aku membuka sit belt dan bersiap ke luar.
BRUG
Pintu mobil yang Kinan gebrak menutup, membuat suasana menjadi panas ketika Martha berdiri tepat di depan turunnya Kinan dari mobil. Sorot Martha yang menyoroti mata Kinan sontak memancing Felix yang seketika langsung mencairkan suasana.
"Hei ... Lebih baik, kita bicara di dalam saja ya." Felix menggiring Kinan dan Martha masuk ke dalam rumah sederhana mereka. Dalam benak Martha banyak semakin pertanyaan-pertanyaan yang segera ingin lontarkan pada Felix.
Felix menitah Martha dan Kinan duduk berdampingan di atas kursi ruang tengah mereka. "Siapa gadis ini, Felix?" Tanya Martha yang tidak sabar.
"Oke ... Begini, Martha istriku. Aku minta maaf karena tidak jujur soal ini padamu. Ini, adalah Kinan adik kandungku."
DEG
"Adik?" Martha meradang.
Lalu Martha menanyakan di mana selama ini Kinan tinggal dan sejak kapan dia ada di Jakarta. Rasa percaya Martha tidak terbentuk sedikit pun untuk pernyataan Felix. Karena Felix bilang sebelum mereka menikah adalah, Felix mengaku tidak punya adik ataupun kakak. Ia adalah seorang anak tunggal yang merantau dari Bangkok ke Jakarta.
"Bohong! Kamu bilang kamu tidak punya adik," Martha menyela.
"Tenang, Mbak! Felix sama sekali tidak bohong. Aku benar adiknya Felix."
"Lalu, kenapa Felix bilang kalau dia tidak punya seorang adik? Bisakah kalian jelaskan?"
"Aku ... A-aku ...."
"Kinan sempat kabur, Martha. Dia bertengkar dengan kami sehingga ia sudah lama tak pulang. Ayahku mencoret nama Kinan dari daftar keluargaku. Tapi, aku baru tahu kalau Kinan berada di Jakarta. Dia sedang kesusahan. Mana dari itu, aku membawanya ke rumah ini, rumah kita."
Lagi-lagi, Kinan dibuat tak karuan dengan segala kebohongan yang Felix lontarkan tentang identitasnya. "Felix apa yang sebenarnya kamu rahasiakan dari wanita-wanita ini?" imbuh Kinan.
"Kamu tidak keberatan kan, jika Kinan adik iparmu tinggal bersama kita?" Felix mengelus pipi Martha seraya mengusap perutnya yang mulai terasa buncit.
Sikap Felix tidak bisa ditebak. Ia bersikap manis terhadap Sarah dan Martha. Sejenak Martha terdiam, Ia menatap wajah Kinan yang sekilas sangat mirip dengan dirinya. Lalu Ia menganggukkan kepala. "Ya sudah, Kinan boleh tinggal bersama kita." Martha menjabat tangan Kinan dan menunjukkan kamar yang akan ia tempati.
Martha mencoba percaya dengan Felix dan berusaha bersikap baik pada Kinan. Ia ingin perannya sebagai kakak ipar bisa terlihat baik di depan Felix. "Kinan ... Maaf ya, kamar yang ada di rumah ini tidak cukup besar. Saat ini, Felix kakakmu sedang berusaha bangkit," ujar Martha.
Kinan menilik inci demi inci wajah Martha. Seketika Ia terkesima dengan tatapan Martha yang memiliki mata yang mirip dengan dirinya. Aneh, ujar Kinan. Bukan hanya Martha yang menyadari kemiripan itu, ternyata Kinan pun merasakan hal yang sama.
Lalu Felix datang menyuruh Martha untuk membiarkan Kinan beristirahat. Saat akan pergi dari kamar sang adik ipar, Kinan dan Martha saling melemparkan senyuman satu sama lain. Senyuman yang penuh arti sehingga Felix pun memerhatikan sikap Martha dan Kinan. Keluarga baru itu terbentuk kala Kinan masuk ke dalam pernikahan Martha dan Felix.
Berjalan, langkah demi langkah menuju kamar. Felix menggenggam tangan Martha dan menuntunnya. Martha mengembangkan bibirnya seraya menatap wajah Felix. Felix pun membalas senyuman itu.
KREK
Felix membukakan pintu kamar dan persilahkan Martha masuk terlebih dulu. Felix melepaskan bajunya dan mengganti setelan tidur yang sudah di siapkan oleh Martha. Lalu Martha memberitahu Felix, kalau esok adalah jadwal pergi ke Dokter untuk memeriksakan kandungannya.
"Sebenarnya besok aku ingin sekali menemui Sarah. Tapi jika ku tolak, Martha akan berubah pikiran untuk kembali pertahankan pernikahan ini.'
"Iya sayang, aku antar kamu besok ya." Felix terpaksa menuruti apa yang Martha minta. Karena semua rencana Felix akan kembali di mulai saat bayi dalam kandungan Martha lahir.
Keesokan harinya, Martha dikejutkan dengan suara yang ke luar dari dapur. Martha bangun dan melihat jam yang menunjukkan pukul 7 pagi. "Siapa yang ribut dengan peralatan dapur pagi-pagi begini?'
Tubuhnya beranjak pelan dari kasur. Martha mengambil baju hangat dan ke luar untuk mengecek apa yang Ia lewatkan pagi ini.
"Kinan?" sapa Martha.
Ternyata dapur itu seketika menjadi milik Kinan. Ia sengaja bangun pagi agar bisa menyiapkan sarapan untuk Martha dan juga Felix. Ini semua Ia lakukan semata-mata sebagai bentuk terima kasihnya karena telah bersedia menerimanya di rumah ini.
Martha membangunkan Felix dan menitahnya segera pergi mandi lalu sarapan bersama-sama.
Suasana rumah yang semula hampa, seketika berubah menjadi hangat. Ternyata Sosok Kinan bisa membangkitkan keharmonisan dalam sebuah keluarga.
Sebelum mereka sarapan, Kinan pun bersiap-siap pergi bekerja. Saat itulah Felix berpesan pada Kinan agar Ia tak menceritakan tentang bersama siapa Ia tinggal di rumah ini.
Hal itu yang membuat Kinan tidak berkata jujur padaku tentang keluarga barunya saat aku mengantarnya pulang malam itu.
~~~
Satu minggu setelah bertemu Kinan, tak henti aku memikirkannya. Lamunanku ternyata mengganggu pemandangan Sarah ketika ia hendak menonton televisi di ruang tengah.
"Heh, kenapa?" tanya Sarah sembari mengambil remote tv untuk Ia nyalakan. Aku tak sadar akan kedatangan Sarah. Ia paham betul bahwa sesuatu telah terjadi padaku.
Meski Sarah memaksaku untuk bercerita, lebih baik ku tahan dulu sebelum semua yang ku rencanakan ku dapatkan.
Kemudian aku pergi meninggalkan Sarah dengan riang gembira.