Chereads / Terjebak Cinta Karena Harta / Chapter 2 - Sebuah Fakta

Chapter 2 - Sebuah Fakta

Suara petir dan hujan rintik di sore hari ini, cukup mengisyaratkan suasana hati sang adik, yaitu Sarah. Hari ini, ia akan memberanikan diri bertemu Martha. Seharusnya, sore ini ia bergantian jaga dengan ibu di Rumah Sakit. Tapi Sarah sudah memberitahukan pada ibu sebelumnya, bahwa ia akan datang sedikit terlambat.

Sarah keluar dari rumah, lalu ia membuka lebar payung yang akan menemaninya menuju persimpangan jalan untuk menunggu taksi lewat. Saat Sarah hendak melambaikan tangan untuk memberhentikan taksi, samar terlihat ia melihat Martha naik motor bersama seorang lelaki. Wajah lelaki itu tidak jelas karena mereka memakai jas hujan, juga, helm.

Sarah masuk ke dalam mobil taksi itu dan meminta Pak sopir untuk mengikuti motor yang sedang melaju di depannya. Ternyata Martha dan lelaki itu pergi menuju Rumah Sakit tempat Adrian dirawat. "Apa yang akan Martha lakukan di sini?" jelas, Sarah bertanya-tanya tentang hal yang baru saja ia lihat.

Sarah turun dari taksi lalu mengintip Martha yang sedang berada di parkiran motor bersama laki-laki itu. Area parkir motor di Rumah Sakit tidak jauh dari pintu depan. Yang pertama Martha lakukan adalah membuka jas hujan dan juga helm yang ia pakai. Sarah pun kembali heran dengan pakaian Martha yang memakai seragam perawat di Rumah Sakit ini. "Apa, Martha bekerja di sini?" gumam Sarah.

Martha mencium tangan lelaki itu, lalu ia masuk. Sarah berdiri di depan pintu dengan memakai masker. Ia menundukkan kepalanya saat Martha berjalan melewati Sarah. Sesekali Martha melirik ke arah Sarah. Tapi ia tidak menghiraukannya. Kemudian Sarah mengikuti Martha dari belakang. Mereka berjalan menuju ruang ganti perawat. "Benar, Martha adalah perawat di Rumah Sakit ini."

Sarah menunggu Martha keluar dari ruangan. Ia membuka maskernya dan berdiri tepat di depan pintu.

KREK~~~

"Hai ... Martha," sapa Sarah.

Kehadiran Sarah membuat wajah Martha yang berdiri tegap di hadapannya, sontak terperanjat hingga menjatuhkan bolpoin yang sedang ia genggam.

"Sa--Sarah," sahut Martha.

Sarah mengajak Martha duduk dan mencoba meredam emosinya. Martha pun hanya dapat menganggukkan kepala saat Sarah menitahnya duduk. Martha sepertinya sudah tahu bahwa Sarah akan bertanya soal hubungannya dengan Adrian. Kedua mata Martha tiba-tiba bergenangan air mata. Padahal, Sarah belum berkata sepatah kata pun.

"Apa kabar?" tanya Sarah.

"Ba-ba-"

"Calon pengantin!!" Sarah memotong pembicaraan Martha yang gelagapan menjawab pertanyaan sederhana dari Sarah.

"Ada apa kamu kesini, Sar?" Falisha mengusap air matanya.

"Martha, bisa jelaskan tentang hubungan kamu dengan laki-laki yang mengantarmu tadi?"

"Apa maksud kamu, Sarah? Laki-laki yang mana?" Martha masih saja berkelit.

"Aku tidak butuh kamu bertanya. Aku butuh kamu menjawab semua pertanyaan-pertanyaanku."

"Percuma. Kamu tidak akan mengerti Sar," Martha menjawab dengan tegas. Air matanya pun kembali berjatuhan tak menentu membasahi pipi.

"Aku memang tidak mengerti. Itu sebabnya aku bertanya!"

"Sarah, keadaan ku sulit waktu itu. Aku dan Adrian memang saling mencintai. Tapi, orang tuaku ingin segera menikahkanku. Dan, Keadaan Adrian waktu itu terlihat tidak serius pada hubungan ini. Lalu, Ayah mengenalkan aku pada laki-laki yang kamu lihat tadi. Benar, aku adalah calon pengantin."

"Lalu, kenapa kamu tidak jujur pada Adrian bahwa kamu sudah dijodohkan?"

"Sarah ... Sudah ku bilang bahwa pada saat itu , aku sangat mencintai Adrian. Aku tidak kuasa meninggalkannya begitu saja."

"Itu bukan alasan Martha!"

Sarah dan Martha menangis. Terlihat jelas di mata Martha yang menyesali perbuatannya. Namun apa daya, Martha tidak mungkin membatalkan rencana pernikahannya dengan Felix.

Lalu Sarah mengajak Martha ke ruang ICU. Sarah memberitahu Martha tentang keadaan Adrian yang sedang terbaring lemas di ats bangsal rumah sakit. Sesampainya di ruangan ICU, tangis Martha pun pecah saat melihat keadaan Adrian yang baru kemarin ia temui. Martha menyentuh kaca ruangan ICU, terlihat jelas tubuh Adrian yang berada di dalam sangat tidak berdaya.

"Puas, kamu Martha?" Sarah menarik tubuh Martha dari kaca ruang ICU lalu menyuruhnya pergi. Di depan Adrian, mereka beradu mulut hingga menimbulkan Keributan. Tidak lama kemudian, keributan yang mereka perbuat berhasil dihentikan oleh security Rumah Sakit setelah ibu meminta pertolongan.

Martha terpaksa pergi, ibu yang duduk di samping Sarah mencoba meredam emosi yang sedang membara. Perlahan ibu bertanya tentang apa yang terjadi sebenarnya. Sarah menarik napas dalam-dalam lalu menjelaskan apa yang sudah Martha lakukan terhadap anak laki-lakinya itu.

Dengan suara pelan Sarah merinci penjelasan yang ia tahu dari mulut Martha sendiri. Ia tak mau membuat ibunda sedih karena Sarah tahu betul, bahwa ibunya sangat menyayangi Martha. Air mata sang ibu pun bercucuran saat mengetahui apa yang telah terjadi. Ia tak kuasa melihat keadaan anak lelakinya kini. Ibu Risa bisa merasakan betapa terlukanya perasaan Adrian jika ia tahu keadaan yang sebenarnya.

"Adrian ... Bangun, Nak!"

Sarah memeluk sang ibu yang sedang berdiri melihat Adrian. Kemudian Ia menyuruh ibunya untuk pulang dan istirahat.

Satu jam kemudian

Martha mengintip Sarah dari jauh. Saat Sarah sedang pergi ke toilet, ia mengendap dan mendekati ruangan Adrian.

"Adrian ... Aku mohon, bangunlah. Tolong maafkan semua kesalahanku selama ini. Jika aku punya pilihan lain, aku akan tetap bersamamu hingga nanti. Tapi, aku benar-benar tidak bisa melakukan itu.'

"Pergi, Martha!" tegas Sarah yang sudah kembali dari toilet.

"Tolong, Sar. Izinkan aku melihat keadaan Adrian kali ini saja." Martha memeluk kedua kaki Sarah. Sarah pun tidak tega dengan Falisha yang rela melakukan permohonan ini.

Sarah akhirnya mengizinkan Martha melihat keadaan Adrian. "Ingat Martha. Setelah Adrian siuman, jangan pernah kamu berani menampakkan wajahmu di depan laki-laki yang telah kamu buang ini."

____

Cinta tidak bisa disandingkan dengan harta

Cinta adalah milik dua insan yang berbagi perasaan

Cinta tidak perlu harta, karena cinta adalah anugerah dari sang maha pencipta

Jangan salah mengartikan bahwa Cinta tanpa harta apa jadinya.

Karena,

Hidup yang butuh harta, bukan cinta!

Cinta sejati tidak akan pernah pudar meski maut memisahkan

Dan,

Harta akan pudar ketika ajal menjemput