Chereads / Korban Broken Home / Chapter 5 - Terpaksa Nikah Siri Part 2

Chapter 5 - Terpaksa Nikah Siri Part 2

Hari itu matahari sudah terasa membakar kulit namun karena angin yang menghembus membuat udara bersahabat.

Terlihat di KUA telah berkumpul beberapa orang yang akan melangsungkan akad nikah ya mereka keluarga Rahel dan Saiful serta warga juga ikut menyaksikan.

Dengan tanpa persiapan apapun hanya seadanya akad pun segera di mulai.

Data-data telah di lengkapi kemudian Bapak pengulu bertanya kepada Saiful, "Mas kamu punya uang berapa sekarang?"

"Saya hanya punya uang tiga ratus ribu rupiah, selebihnya tidak ada," jawab Saiful dengan rasa deg-degan.

"Bagaimana Mbak Rahel apa kamu mau Mas Kawinnya tiga ratus ribu rupiah?" tanya Bapak pengulu pada Rahel.

Rahel hanya terdiam seribu bahasa tifak bergerak, karena melihat Kakaknya yang memberi kode, maka Rahel pun menyetujui dan menerimanya.

"Iya Bapak saya menerima dengan lapang dada Mas kawin sejumlah itu," jawab Rahel sambil terlihat meneteskan air matanya.

Dari arah belakang tiba-tiba ada seseorang yang bersuara lantang, "Alhamdulillah kamu adalah wanita sholihah, tandanya yaitu karena dia mau menerima maskawin yang tidak begitu mahal."

Maka semua orang menoleh dan menatap orang tersebut.

"Sudah-sudah, apa yang di sampaikan bapak itu adalah benar adanya, tanda wanita sholihah jika dia mau menerima maskawin yang murah, untuk pertanyaan selanjutnya yaitu tertuju kepada Rahel, dengan berkata, "Rahel untuk Wali nikahnya siapa? dalam hal ini."

Rahel tidak bisa menjawab pertanyaan itu, tiba-tiba dera air mata mengalir begitu cepat, karena otak fikirannya di bawa ke masalalu mengingat sepuluh tahun yang pernah merenggut seorang tercinta yaitu sang ayah pergi meninggalkannya.

Kakanya yang melihat tidak tega cepat-cepat dia menjawab pertanyaan Bapak Pengulu dengan berkata, "untuk walinya Rahel yaitu saya terus terang karena Ayahnya Rahel sudah tiada dan saya sendiri Kakaknya, disini kami memasrahkan hak wali kepada Bapak Sesepuh daerah sini yang kebetulan juga bisa hadir."

Terlihat Rahel menangis merasakan kesedihal dihari pernikahannya tidak ada ayah disampingnya hanya ada Ibu yang sudah tua.

Dirasa sudah cukup maka dimulailah akad tersebut terlihat Bapak Penghulu berjabat tangan dengan Saiful seraya berkata, "Ya Saiful saya nikahkan kamu dengan Mbak Rahel binti Mustakim dengan wali yang telah mewakilkan hak wakil kepada saya dengan maskawin sebesar tiga ratus ribu dibayar tunai."

Selesai Bapak penghulu mengucapkan itu Saiful menjawabnya dengan tegas dengan berkata, "Saya terima nikah dan kawinnya Rahel binti Mustakim dengan maskawin tersebut dibayar tunai."

"Bagaimana saksi ?" tanya Bapak pengulu.

Maka semuanya serentak menjawab, "Sah."

"Alhamdulillah, mulai sekarang Mbak Rahel sudah sah menjadi istri Mas Saiful, maka kewajiban dan tanggung jawab menjadi beban Mas Saiful, baik nafaqah dhohir maupun Bathin.

Untuk itu mulai sekarang tidak was-was terhada apa yang akan kalian lakukan, sekarang sudah menjadi halal," terang Bapak pengulu.

Saiful yang masih tidak percaya tentang semua ini dia mencoba menarik tangan Rahel untuk berjabat tangan, terlihat Rahel langsung mencium tangan Saiful sontak Saiful mencium kening Rahel.

Mulai rasa cinta mereka tumbuh, makin besar dan terasa nyaman, walau hatinya Rahel masih terasa sedih.

Iringan Sholawat nabi mengantarkan mereka pergi ke rumah mereka hingga sampailah di dalam rumah dan warga pulang kerumah masing-masing.

Terlihat karena tidak ada persiapan apapun maka di dalam rumah juga tidak ada makanan yang disuguhkan kepada warga, taklama rumah menjadi sepi.

Hanya terdapat dua keluarga yang saling mengucapkan minta maaf, dan merembuk untuk kedepannya bagaimana.

Ibuknya Saiful berkata, "Mbak Yu sebelumnya saya mewakili keluarga saya minta maaf yang sangat besar sekali, tidak menyangka menjadi seperti ini, saya juga tidak habis pikir anak saya kok beraninya melakukan hal seperti itu."

"Sudah ini sudah menikah jangan di ungkit-ungkit dari pada menjadi tambah semakin besar, saya sekeluarga ya juga memaafkan serta meminta maaf jika kejadian ini melukahi hati yu," terang Ibunya Rahel.

"Sebentar saya ingin bertanya kepada kamu Saiful, Apa benar seperti itu yang kamu lakukan," tanya Ibunya.

"Ibu! Kamu juga tahu sendiri saya tidak bisa berbohong pada Ibu, ceritanya saat saya menghantarkan Rahel pulang karena kakaknya masih sibuk, eh saat saya ingin meninggalkannya tiba-tiba dia pinsan, karena tidak ada seseorang maka saya bawa dia kedalam rumah, sumpah beneran saya tidak melakukan hal yang tidak senonoh yang seperti yang sudah di tuduhkan padaku, karena tidak sadar-dadar baru saya ingin bawa ke rumah sakit tapi saat saya mengangkatnya tiba di depan rumah tak disangka ada banyak warga yang berdatangan kemudian menuduh saya berbuat seperti itu, mereka saya jelasin yang sebenarnya tidak ada yang mau percaya malah menuduh yang enggak-enggak. Terpaksalah diriku mengikuti alur itu." terang Saiful.

"Ya kalau tidak percaya bisa diperiksa ke dokter ada bekas luka tidak di alat vitalnya," terang Hasan.

"Iya Ibu percaya kepada mu, pasti kamu tidak melakukan hal yang demikian," terang Ibunya Saiful.

"Terus kemudian ini kedepannya bagaimana ini," ungkap Ibunya Saiful.

"Begini saja kita dua bulan lagi mengadakan resepsi pernikahan secara sah dimata hukum," terang Ibunya Rahel.

"Baik kalau begitu saya setuju atas apa yang kamu paparkan itu" Imbuh Ibunya Rahel.

Maka dirasa sudah cukup Keluarga Saiful pulang kerumahnya.

Rahel dan Saiful masuk kamar, rasa sedih yang baru dialami berangsur berubah menjadi rasa cinta, rasa yang tidak ingin berpisah walau hanya sesaat.

Saiful yang seorang laki-laki yang juga terkenal banyak cewek yang menginginkannya, dia mulai merayu Rahel, mulai memegang tangan jemari-jemarinya, sambil berkata, "Mulai sekarang kamu saya panggil Sayang, dan kamu bebas mau panggil saya apa."

"Baik saya akan memanggilmu, Kang Mas," sahut Rahel.

"Sayang, saya perhatikan kamu wanita tercantik yang pernah saya temui, lihat bibirmu yang tipis ini berwarna kemerahan membuat saya semakin tergoda," kata Saiful dengan nada lembutnya.

Rahel yang mendengar apa yang dikatakannya, menjadi baper sontak membalas, "Kang Mas, mulai sekarang diriku ini milik kang Mas, saya mohon jangan biarkan saya sendirian, jangan kau menduakan saya, saya sudah cinta sama kamu."

Saiful jiwa laki-laki perkasa mulai tumbuh, tangannya mulai meraba dan berjalan ke kepala kini mereka saling tatap menatap, gairah mereka mulai tumbuh, tanpa ada ragu Saiful mulai mendekatkan bibirnya ke arah bibir Rahel, akan tetapi Rahel mendorongnya, sontak Saiful berkata, "Sayang mengapa kita sudah suami istri, masihkah kamu belum percaya kepada saya?"

Mendengar itu Rahel langsung terdiam, dan hanya bisa mengangguk-nganggukkan kepalanya kemudian berkata, "Baik yang ini saya kasih tapi yang satunya jangan dulu, saya masih ingin sekolah tidak mau sekolah harus menggendong anak."

"Iya, Sayang Kang Mas tahu kok yang itu, ya semoga kita kuat, tapi apa mungkin masih baru saja kita masuk sekolah mungkin masih dua tahun," terang Saiful.

"Ya terserah bagaimana caranya yang penting saya tidak mau harus putus sekolah, jika itu terjadi maka termasuk orang sangat rugi," terang Rahel.

Saiful Hanya bisa mengatakan Iya dan Iya, walaupun dia sudah menahan perasaannya ingin melakukannya.

Nah Bagaimana kisah selanjutnya.

Akankah ada malam pertama atas pernikahannya ikuti kisahnya.