Chereads / (Not) Fake Marriage / Chapter 12 - Tidak Akan Memaafkan Kalian

Chapter 12 - Tidak Akan Memaafkan Kalian

"Dii?"

Diandra yang tengah terduduk dengan mata fokus pada layar kotak yang berada di atas meja itu menanggahkan kepala menatap orang yang memanggilnya.

"Ck!" Diandra berdecak kesal saat melihat Nadya yang berdiri di depan meja kerjanya, dia hanya menatap Nadya sebentar lalu kembali menatap layar kotak di atas mejanya lagi pura-pura bekerja karena dengan tiba-tiba saja mood nya turun setelah melihat Nadya.

"Dii?" panggil Nadya lagi.

Diandra masih enggan menatap Nadya dan masih berpura-pura bekerja.

"Diandra aku minta maaf," ucap Nadya.

Hening! Diandra sama sekali tak menghiraukan Nadya yang terus memanggil dan berucap padanya.

"Mau sampe kapan kamu giniin aku sih, Dii ... Nadisya aja udah biasa sama aku, terus kenapa kamu kayak begini sama aku? Sakit tau rasanya diginiin sama sahabat sendiri, perih tau rasanya dikatain sama sahabat sendiri," ucap Nadya.

"Cih!" Diandra mendecih sinis ke arah lain, dia lalu menatap Nadya dan tersenyum miris. "Aku Diandra, Nadya! Bukan Nadisya! Jangan samakan aku dengan dia! Aku gak selemah dia, hati aku gak kayak dia yang mudah luluh! Jadi jangan samakan aku dengan dia!" ucap Diandra.

"Tapi, aku–"

"Aku belum selesai bicara jadi dengarkan aku terlebih dahulu!" sela Diandra memotong.

Nadya langsung diam dan tak meneruskan lagi ucapannya.

"Tadi kamu bilang apa? Kamu sakit dengan semua yang aku lakuin ke kamu? Hati kamu perih waktu aku ngatain kamu? Lah terus kamu mikirin hati Nadisya gak? Waktu dia liat kamu sama Alfa lagi berduaan dan lagi ciuman di apartemennya Alfa, kamu mikirin hati Nadisya hancurnya kayak gimana gak? Kalau sama yang lain mungkin masih oke, sakit udah pasti tapi tidak akan sehancur itu, tapi ini dia melihat Alfa sama kamu! Sahabatnya sendiri! Apa gak makin sakit hah?" tanya Diandra dengan nada sarkas.

Nadya langsung diam tak berucap dan menelan salivanya.

"Tadi kamu bilang hati kamu perih saat aku mengatai kamu, lah terus apa kabar sama kamu yang diam saja saat Alfa terus mengatai Nadisya dengan kata-kata yang gak pantas padahal kamu tau kebenarannya seperti apa! Apa kabar dengan kamu yang tetap diam dan hanya menonton saat Nadisya dipermalukan di depan umum sama Alfa! Padahal kamu tau kenapa Nadisya ninggalin Alfa! Terus kamu bilang hati kamu sakit? Cih!" Diandra memalingkan wajahnya ke arah lain dan mendecih sinis, lalu kembali menatap Nadya lagi, "Yang sakit itu bukan hati kamu, Nad, tapi otak kamu yang sakit!"

Nadya mengatupkan bibir, menelan salivanya dan menggigit bibir bawahnya.

"Merasa paling tersakiti padahal kamu yang menyakiti! Sakit yang kamu rasain sekarang, itu karena kamu sendiri! Kamu yang nyari penyakit!"

"Dii ... aku minta maaf, aku tau kalau aku salah, tapi tolong, maafin aku ya ...."

"Enggak! Sampai kapanpun aku gak akan pernah maafin kamu! Yang kamu lakuin sekarang ini keterlaluan banget, Nad! Kamu rebut pacar sahabat kamu sendiri!"

"Tap–"

"Sekali lagi aku tekankan kalau aku bukan Nadisya! Aku bukan Nadisya yang bisa dengan lapang dan mudah melupakan semuanya! Aku bahkan gak paham loh, terbuat dari apa hati dia! Beda dengan kamu! Hati kamu? Ck! Entah terbuat dari apa hati kamu itu."

"Dii ... aku tau aku salah, aku mengakui itu, tapi kamu juga kan tau lebih jelas kalau aku yang lebih dulu mencintai dia. Dari saat kita masih kuliah, aku yang lebih dulu suka, tapi dengan sekejap Nadisya langsung ambil gitu aja, waktu itu aku juga sama! Merasakan sakit yang sama!"

"Nadisya mau sama Alfa dan pacaran sama Alfa, itu karna dia gak tau kalo kamu suka sama dia, makanya dia menerima Alfa! Kalau dia tau juga aku yakin dia gak akan mau! Lah kamu? Kamu tau semuanya tapi kamu main terobos aja! Lagian emang kamu pikir hanya kamu yang suka sama si Alfa hah? Dulu aku juga sempet suka sama dia sebelum aku suka sama Andra! Saat mereka pacaran, emang cuma kamu doang yang patah hati hah? Aku juga sama Nadya!"

Nadya diam tak berucap.

"Kenapa diem hm? Kenapa?" tanya Diandra.

"Aku–"

"Mulai sekarang jangan pernah ajak aku ngobrol lagi! Ini kali terakhir kita ngobrol berdua kayak begini! Dan jangan pernah usik kehidupan Nadisya sedikit pun juga, jauh-jauh dari hidup aku dan Nadisya! Jangan ganggu aku sama Nadisya lagi! Dan kamu juga tenang aja, Nadisya gak akan pernah rebut Alfa kok dari kamu, dia gak akan pernah jadi orang ketiga dihubungan kamu sama Alfa karena dia bakal menikah sama Darren, jadi tenang aja, hidup kamu bakalan baik-baik aja setelah ini."

"Nadisya, dia mau ... nikah?"

"Iya!" jawab Diandra dengan nada sinis. "Jangan harap dapet undangan karena kamu gak akan pernah dapet undangan!"

Nadya kembali menelan salivanya lagi, dia memegang antara leher dan juga dada yang terasa sangat perih dan juga sesak saat pembicaraannya dengan Diandra sama sekali tak membuahkan hasil. Diandra sama sekali tidak mau memaafkannya.

"Udah kan? Gak ada yang mau diomongin lagi, kamu udah boleh pergi, aku mau balik kerja," ucap Diandra lalu dia kembali menatap layar kotak di depannya lagi.

Tidak ada kata yang keluar dari bibir Nadya lagi, dia berbalik dan melangkahkan kakinya pergi meninggalkan meja kerja Diandra.

Diandra duduk bersandar, memejamkan mata dan menghembuskan napas setelah Nadya pergi.

"Kamu orang paling menyebalkan di dunia ini, Nad! Sampai kapanpun aku gak akan pernah mau maafin kamu!" gumam Diandra.

"Diandra?" panggil Seseorang lagi.

"Astaghfirullahaladzim." Diandra yang masih memejamkan mata itu beristighfar di dalam hati saat mendengar suara pria yang sangat dia kenali. "Manusia menyebalkan satu pergi, datang lagi yang lain," ucap Diandra di dalam hati lagi.

Diandra lalu membuka mata perlahan dan menyipitkan mata melihat Andra yang berdiri di depan matanya.

"Apa?" tanya Diandra dengan nada sinis.

"Barusan, aku liat Nadya kok jalan sambil nangis, pas aku tanya, dia gak mau jawab dan jalan terus. Kenapa? Tadi kalian habis ngobrol?" tanya Andra.

"Iya! Gua yang bikin dia nangis, kenapa? Gak suka lu betina yang lu suka gua bikin nangis?" tanya Diandra dengan nada sarkas. "Mau apain gua? Mau balik marah sama gua? Atau mau apa? Ngatain gua juga?"

Andra yang mendengar Diandra berbicara dengan nada sarkas itu sontak langsung menelan salivanya, dadanya juga entah mengapa tiba-tiba saja merasa perih dan sakit. "Kamu kok sekarang jadi kayak begini sih, Dii ... berubah banget," ucap Andra.

"Gua begini juga karena lu elu pada! Kalo kalian waras, gua juga bakal tetep waras! Sayangnya lu semua gila sampe gua juga harus gila kek begini!" ucap Diandra.

"Dii–"

"Gua lagi males debat! Udah cukup keknya tadi gua debat sama tuh orang, udah cukup menggila hari ini jadi tolong, biarin gua tetep waras! Lagian kemarin gua udah bilang jangan pernah ajak gua ngobrol lagi! Kenapa elu gak paham-paham sih? Ngerti bahasa manusia gak sih? Harus banget gua pake bahasa orang gak waras hah?" tanya Diandra.

"Gak ngerti aku sama kamu yang sekarang, Dii ... kamu berubah banget!" ucap Andra menggelengkan kepalanya, dia melangkahkan ke arah kiri dan masuk ke ruangan Alfa yang pintunya berada di samping meja Diandra.

"Kamu yang bikin aku kayak begini!" ucap Diandra di dalam hati.

Bersambung