Setelah masalah di kampus selesai, Chloe yang masih curiga akhirnya pulang ke rumahnya. Seperti biasanya ia akan pulang bersama Putri yang menumpang di mobilnya. Sepanjang jalan, Chloe hanya diam sehingga membuat Putri sempat melirik pada Chloe beberapa kali.
"Kak?" panggil Putri dan Chloe menjawab dengan mendehem.
"Kakak mikirin apa?" sambung Putri lagi dan Chloe mengatupkan bibirnya tanpa menjawab.
"Ah itu ... Kakak curiga deh sama Pak Archer. Masa sih atasannya si berang-berang itu gak tau apa-apa? Rasanya gak mungkin deh!" gerutu Chloe bercerita pada Putri. Putri sedikit meringis tersenyum dan meluruskan pandangannya.
"Sekarang kalau memang dia mau bantu, apa alasannya?" tambah Chloe lagi makin protes.
"Memangnya Profesor Stanwald gak ngomong sesuatu?" sahut Putri dan Chloe menggelengkan kepalanya.
"Dia cuma bilang oh, terus ngambil makalahnya. Begitu doang!" sungut Chloe lagi. Putri mengangguk-angguk mengerti.
"Jadi Kak Chlo mau ngapain sekarang? Apa Kakak mau nyamperin Kak Aldrich?" Chloe terdiam mendapat pertanyaan seperti itu. Ia sempat berpikir tapi kemudian bagaimana jika terjadi yang sebaliknya? Bagaimana jika yang diucapkan oleh Connor Archer itu benar? Bahwa Aldrich tak terlibat.
"Kalau aku samperin dia dan ternyata dia gak tahu apa-apa, bisa-bisa Pak Archer dipecat jadi asisten dosen. Gimana dong, Dek?" Putri mengatupkan bibirnya dan mengangguk setuju.
"Mungkin sebaiknya Kakak lupain aja. Lagi pula kan masalahnya udah selesai. Makalah Kak Chlo uda diterima dan akan memperoleh nilai!" ujar Putri memberikan pendapatnya. Chloe ingin menerima seperti itu tapi ada suara dalam hatinya yang mengatakan jika ada yang aneh dengan yang terjadi.
"Kak?" panggil Putri lagi dan Chloe pun menoleh. Putri tampak tersenyum dan menjulurkan sebelah tangannya.
"Jangan dipikirin lagi. Senyum dong!" Putri membujuk Chloe agar mau tersenyum. Chloe pun tersenyum mengangguk dan kembali menyetir. Chloe mengantarkan Putri sampai di depan lobi apartemen The Heist tempat Putri tinggal.
"Kak Chlo gak mampir?" tanya Putri sambil mengambil tas dan bukunya. Chloe menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Putri kemudian memeluk dan saling mencium pipi seperti biasa sebelum keluar dari mobil Chloe.
"Bye, Dek!"
"Bye, Kak Chlo!" Putri melambaikan tangannya dengan senyuman manisnya pergi meninggalkan mobil Chloe. Chloe masih berada di sana beberapa saat sambil berpikir tentang Aldrich. Ia tak bisa memungkiri jika memang ada yang salah. Sayangnya, Chloe malah melamun dan tak langsung pergi.
BHUK-BHUK – Chloe tersentak kaget saat atap mobilnya diketuk oleh seseorang. Ia langsung menoleh ke luar dan melihat seseorang telah berdiri di samping mobilnya. Chloe melongok dan orang itu memintanya untuk keluar. Chloe pun keluar dan matanya membesar melihat pria yang mencegatnya.
"Apa kamu tahu jika parkir di sini kamu bisa ditilang?" ujar pria itu dengan ketus pada Chloe. Chloe hanya membesarkan matanya dan tak menjawab apa pun. Ia bahkan masih memegang pintu mobil dan tak sepenuhnya keluar. Pria itu masih memandangnya tanpa senyuman sama sekali.
"Apa yang kamu lakukan di sini, Chloe Harristian?" tanya pria itu lagi dengan nada ketus.
"A-Aku ..."
"Oh, kamu masih menjadi baby sitternya Putri Alexander ya?" sambungnya lagi dengan nada sarkas. Chloe tak menjawab dan matanya langsung berubah sedih. Ia menelan ludahnya beberapa kali dan pria mendengus kesal mendekat padanya.
"Aku datang kemari untuk memperingatkan Kakakmu. Katakan pada The Midas, jika dia mengekoriku lagi, aku akan mematahkan lehernya!" ancam pria yang memiliki tato di dekat lehernya. Ia memiliki mata tajam yang sedikit kecil dan berwarna abu-abu. Mata yang sama yang dulu pernah membuat Chloe jatuh cinta.
"Aku sudah lama tak bertemu dengan Rei!" balas Chloe setelah beberapa saat dengan suara agak sedikit bergetar.
"Kenapa?"
"Dia sudah lama tinggal sendiri." Pria itu mengangguk lagi. Pandangan pria itu kemudian sedikit melembut pada Chloe tapi masih memandangnya lekat.
"Sebaiknya kalian para gadis mulai mempertimbangkan memakai pengawal. Apa kalian tidak takut berkeliaran tanpa ada yang menjaga seperti ini?" ucapnya lagi membuat Chloe jadi mengernyit.
"Aku tidak mengerti."
"Sebaiknya minta pengawalan pada The Midas atau saat hal buruk terjadi, aku tak bisa menolong!" Chloe mendengus tersenyum sedikit sinis.
"Aku tidak butuh perlindungan siapa pun!" sahut Chloe membuat ujung bibir pria itu naik dan ia menganggukkan kepalanya.
"Oh, adik The Midas Rei yang hebat! Tidak berubah sama sekali!" Chloe hanya diam saja tak mau menanggapi entah itu ejekan atau pujian dari pria itu.
"Pergilah Chloe. Pulang ke rumahmu, jangan berkeliaran di malam hari."
"Apa pedulimu!" hardik Chloe membalas lalu berbalik dan langsung masuk mobil. Ia menutup pintu dengan kesal dan langsung tancap gas meninggalkan pria itu. Chloe sempat melirik pada kaca spion di atas kepalanya dan pria itu kemudian berbalik dan pergi naik ke sebuah mobil.
Tangan Chloe meremas kemudi dan matanya mulai berkaca-kaca. Air matanya jatuh begitu saja usai bertemu dengan pria itu. Pria yang sama yang menjadi cinta pertamanya dan menghancurkan hatinya. Pria yang sama yang nyaris menghancurkan hidupnya jika ia berhasil melecehkannya dulu. Dia adalah Andrew Miller yang dulu merupakan kekasih pertama Chloe Harristian.
Chloe terisak sendirian di dalam mobil sampai ia tak tahan dan berhenti di pinggir jalan lalu menangis sesenggukan.
"Untuk apa dia kembali?" gumam Chloe sambil terisak. Ia terus menangis dan beberapa mobil lalu lalang.
Andrew Miller yang tadi menghampiri Chloe kemudian memutuskan untuk mengikuti Chloe. Ia hanya ingin memastikan jika Chloe akan baik-baik saja pulang sampai ke rumahnya. Andrew sedang dalam penyamaran dan ia tak ingin Chloe atau Putri menjadi incaran.
"Apa yang kita lakukan sekarang, Pak?" tanya anak buah Andrew yang menemaninya di dalam sebuah mobil. Mereka berhenti di pinggir jalan di dekat mobil Chloe berhenti. Andrew masih diam memperhatikan mobil Chloe dan tak menjawab pertanyaan itu.
"Apa kamu mengenalnya?" tanya anak buahnya lagi dan Andrew mengangguk pelan.
"Aku sangat mencintainya dulu. Dan melepaskannya adalah saat yang paling berat untukku," jawab Andrew pelan sambil tetap memandang mobil Chloe. Anak buah Andrew menoleh pada atasannya itu dan tertegun.
"Wah, dia mantan kekasihmu?" Andrew mengatupkan bibirnya dan mengangguk lagi.
"Aku harus memastikan tak ada yang mengenalnya. Dia selalu sendirian dan itu membuatku khawatir," ujarnya pelan.
Andrew tak bisa melihat apa yang dilakukan oleh Chloe di dalam mobilnya. Tapi ia yakin jika Chloe mungkin sedang menangis sekarang. Andrew tak bisa bersikap manis pada Chloe. Ia sudah berjanji pada dirinya jika Chloe harusnya memiliki kehidupan yang jauh darinya.
Tak berapa lama, Chloe menyeka sampai kering air matanya dengan tisu dan menarik napas dalam.
"Tidak seharusnya aku menangisi laki-laki jahat itu! Semoga aku tidak akan pernah melihatnya lagi!" rutuk Chloe lalu menjalankan mobilnya lagi. Ia langsung pulang karena hari memang sudah gelap. Andrew yang berada di dalam mobilnya sedikit tersenyum dan ikut pergi meninggalkan tempat itu.